We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Kamis, 27 Februari 2014

Class Review 2
Connection Between Literacy and Language
Tertantang, tertantang dan tertantang.Yeah, mungkin itulah kata yang tepat dan selalu melekat dalam fikiran saya ketika beranjak mempelajari mata kuliah writing empat ini, kenapa demikian? Karena dalam setiap pertemuan mata kuliah ini selalu terdapat hal-hal yang baru dan berinovasi, sehingga menimbulkan perasaan yang was-was dan tertantang.  Seperti sebuah judul yang terdapat didalam materi yang disampaikan oleh pa Lala kemarin di power point yang berjudul “knowing who we realy are”.Dari judul saja minimbulkan sebuah peprtanyaan yang sangat menarik buat saya pribadi dan mungkin itu dirasakan oleh teman-teman juga.
Seperti yang beliau jelaskan diawal pertemuan kemarin bahwa dimata kuliah writing empat ini terdapat tiga factor atau tingkatan proses yang harus kita tempuh dan lakukan dalam tujuan mencapai keberhasilan dimata kuliah writing empat sekarang ini.
Akademik writing, critical review dan writing merupakan ketiga aspek yang akan kita lalui dalam mata kuliah writing empat ini.  Karena ketiga aspek tersebut jugc wa mempunyai nilai proses yang sangat tinggi dan memberikan banyak manfaat yang besar dalam mata kuliah writing ini.  Untuk itu kita sebagai mahasiswa dari ketiga aspek tersebut harus kita highlight dalam fikiran kita, karena sangat penting untuk kita sebagai mahasiswa untuk mempelajarinya dan mengaplikasikanya setiap hari dalam kehidupan kita.
Dalam penulisan class review kali ini ada dua point utama yang akan saya kupas panjang lebar didalam teks bacaan ini diantaranya yaitu Academik writing, Critical thinking dan Writing.
A.     Academic writing
Terdapat beberapa aturan penting yang terdapan dalam penulisan sebuah academic writing antara lain :
1.      Rijid
2.      Formal
3.      Critical
4.      Structur
5.      Systematic
Dari kelima aturan tersebut dapat kita ketahui bahwa didalam academic writing terdapat sebuah aturan-aturan penting yang harus diperhatikan ketika kita menulis, agar tulisan yang kita tulis itu bernilai tinggi dan berkualitas, dan semuanya itu hal yang sangat penting dalam proses penulisan academic writing.
1.      Rijid
Makna lain dari kata rijid adalah kaku atau beku.  Seperti sebuah bahasa, menurut saya bahasa itu adalah suatu hal yang sangat misterius, susah ditebak aturan mainnya, begitupun sama halnya ketika kita menulis.  Ketika tangan kita tidak tertibasa melakukan aktifitas menulis maka yang terjadi ialah kita merasa kaku dan beku untuk melakukannya.  Maka dari itu untuk menghilangkan perasaan kaku atau beku tersebut yang harus kita lakukan pertama kali adalah untuk membiasakan aktifitas menulis setiap saat, karena menulis merupakan sebuah kewajiban kita bagi seorang pendidik untuk melestarikan budaya menulis setiap saat agar tercipta suatu generasi bangsa yang berliterasi demi mewujudkan bangsa Indonesia yang lebih maju melalui menulis.  Karena bangsa yang maju ialah bangsa yang mempunyai nilai literasi yang tinggi.
2.       Formal
Selain bersifat misterius, menurut saya bahasa juga  merupakan sebuah ilmu dasar yang digunakan untuk kebutuhan sebuah penulisan akademik yang bersifat formal, contohnya pembuatan sebuah karangan, karya tulis dan karya ilmiah serta lain sebagainya.  Dari semua jenis tulisan itu membutuhkan sebuah bahasa untuk menciptakan sebuah tulisan yang baik dan berkualitas demi memanjakan kebutuhan seorang pembacanya.Tentu ketika kita menulis untuk kepentingan akademik, maka kita harus menggunakan pengolahan kata yang bersifat formal dibandingkan menggunakan pengolahan kata yang bersifat informal.
3.       Critical
Critical disini ialah sebuah bahasa yang bersifat reaktif, artinya kita itu ketika menulis atau menanggapi tulisan seseorang, tentu kalimat atau bahasa yang kita sampaikan harus bersifat kritis sehingga menimbulkan pro dan kontra akan tetapi tunjuannya baik untuk membangun pribadi masing-masing baik untuk penulisnya itu sendiri maupun pembacanya.  Alhasil tulisan yang kita tulis terlihat lebih menarik sehingga menimbulkan rasa penasaran bagi para pembacanya.
4.       Structure
Structure juga merupakan salah satu hal atau aturan yang sangat penting ketika kita menulis, karena bertujuan untuk menyusun atau merangkai tulisan kita sesuai aturan yang baik dan menghasilkan sebuah tulisan yang menarik dan memikat pembacanya.  Didalam structure terdapat sebuah aturan-aturan penting yang harus diperhatikan dalam sebuah tulisan diantaranya adalah penempatan punctuation yang tepat dan gramatikal yang baik, sehingga ketika kita merangkai sebuah kata atau kalimat didalam sebuah paragraph, maka akan terlihat enak dibaca dan memudahkan pemahaman ketika seseorang membacanya.
5.       Systematic
Dengan menulis secara systematic itu akan memudahkan kita ketika kita menulis, karena tulisan kita akan tersusun dengan baik, jadi alangkah baiknya kita merancang terlebih dahulu tulisan yang akan kita tulis sebelum kita memulai menulis.  Tentunya sebelum kita mulai menulis, langkah pertama yang harus kita lakukan adalah mencari terlebih dahulu sumber-sumber bacaan yang akan kita tuangkan dalam tulisan kita dan menyusunnya secara systematis sehingga tercipta tulisan yang baik dan berkualitas.
B.     Critical Thingking (Berfikir Kritis)
Dalam budaya literasi, berfikir kritis itu sangat dibutuhkan dalam kebutuhan menulis, salah satu contohnya adalah ketika kita membuat sebuah tulisan karangan chapter review atau critical review, tentu dalam tulisan tersebut harus terdapat unsur kitis yang bertujuan untuk membangun atau mengembangkan sebuah karangan yang sebelumnya.  Karena ketika kita berfiir kritis didalam sebuah tulisan kita, secara otomatis kita itu sedang memproses atau menciptakan sebuah pengetahuan yang baru dan lebih luas lagi, dan pemikiran kita pun akan terlihat jelas perkembangannya.

C.    Writing
Seperti yang sudah kita ketahui semua bahwa menulis merupakan suatu budaya literasi yang harus kita pertahankan demi kemajuan bangsa.  Karena ketika kita menuliis maka kita disitu sedang melakukan proses berfikir, kita semua juga tahu bahwa menulis merupakan sebuah pencapaian atau eksplorasi seseorang dalam menuangkan sebuah ide, gagasan atau perasaan, terutama dalam aspek ilmu pengetahuan.
Selain terdapat tiga aturan penting, didalam menulis juga terdapat sebuah cara yang perlu kita perhatikan, dan ketiga cara ini harus kita terapkan ketika kita menulis, agar tercipta sebuah tulisan yang baik dan mampu memanjakan pembacanya.  Ketiga cara tersebut lebih mengarah ke aspek Knowing, representing dan reproducing.
1.      A way of knowing something
2.      A way of representing something
3.      A way of reproducing something
Dari ketiga cara tersebut dapat kita simpulkan bahwa ketika kita menulis kita harus menyertakan ketiga unsur tersebut, karena ketiga cara tersebut secara tidak langsung ketika komponen tersebut saling berkaitan satu sama lainnya.
Mengetahui, menghadirkan dan kemudian menghasilkan.  Dengan ketiga cara tersebut, apabila kita terapkan dalam aktifitas atau dalam kegiatan menulis kemungkinan akan tercipta sebuah tulisan yang berkualitas dan enak dinikmati oleh pembacanya.
Untuk menciptakan sebuah tulisan yang baik dan berkualitas, selain terdapat cara untuk melakukannya, tentu terdapat sebuah faktor yang sangat penting sehingga membuat siklus, dan siklus yang terkandung didalamnya antara lain think, read and write.  Dari ketiga factor tersebut yang membentuk sebuah siklus yang ketiganya saling berkaitan erat satu sama lainnya, sehingga mencapai sebuah tujuan yaitu tujuan tulisan yang baik.
Area psikologi juga memiliki peranan yang sangat penting dalam mata kuliah writing.Sudah kita ketahui bahwa di area psikologi terdapat tiga ranah yang yang yerkandung didalamnya diantaranya adalah ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.Diantara ketiga ranah psikologi tersebut, yang sangat diperlukan dalam mata kuliah writing ini adalah ranah psikomotorik atau area experience (pengalaman).  Karena bukan hanya informasi atau  pengetahuan saja yang diperlukan ketika kita menulis, akan tetapi faktor pengalaman menjadi hal yang sangat diperlukam dalam mata kuliah writing ini.  Seperti yang pa Lala sampaikan pada pertemuan kemarin bahwa untuk pintar saja itu tidak cukup dan bukan sebuah ukuran, atau tidak cukup kalu tidak diliputi dengan pengalaman.  Seperti sebuah pepatah mengatakan bahwa pengalaman merupakan ilmu yang paling penting dan berharga dibanding yang lain dan “ pengalaman adalah guru yang terbaik”.
Diakhir penjelasan dalam pertemuan kemarin beliau mejelaskan bahwa ciri-ciri sebuah negara yang maju itu adalah sebuah negara yang memiliki nilai literasi yang sangat tinggi.
KESIMPULAN

Setelah kita mampu mendefinisikan bahwa menulis adalah sebuah nilai seni yang tingkat tinggi, tentu ketika kita menciptakan sebuah tulisan yang bernilah seni tingkat tinggi, kita harus memunculkan atau menghubungkan antara literasi dengan bahasa, karena pada intinya kedua unsur tersebut pada intinya saling berkaitan erat satu sama lainnya.  Kita juga tahu bahwa tolak ukur kemajuan suatu negara itu adalah negara yang memiliki serta menerapkan budaya literasi yang tinggi.




CRITICAL REVIEW

SANDIWARA PENDIDIKAN
Menurut Alwasilah, A.C ( 2012 ).  Pokoknya rekayasa literasi dijelaskan bahwa dalam proses pengajaran membaca dan menulis bisa direkayasa.  Kali ini saya mencoba menanggapii beberapa tulisan yang terdapat didalam buku tersebut mengenai problematika pendidikan umum dan liberal.  Sebenarnya kalau kita telaah dengan cermat, mungkin kita ini sedang memerankan sebuah sekenario pendidikan yang sedang kita jalani sekarang.  Yang terjadi saat in adalah kita telah dibingungkan oleh dua perkara yaitu manakah yang paling baik antara pendidikan umun dan liberal?  Maka muncul berbagai macam pertanyaan-pertanyaan yang mampu mengusik dan menggelitik fikiran kita saat ini dan diiringi dengan sebuah tantangan perkembangan zaman, serta mampu munculkan polemik-polemik tertentu terutama di lingkungan pendidikan.
Alasan saya bahwa dalam pendidikan itu terdapat sebuah sandiwara adalah karena ternyata dari pertama kali istilah kurikulum itu muncul didalam kamus Webster 1856. Perkataan kurikulum mulai dikenal sebagai waktu istilah dalam dunia pendidikan kurang lebih sejak satu setangah abad yang lalu.  Pada tahun itu penggunaan kurikulum digunakan dalam bidang olahraga, yaitu suatu alat yang membawa seseorang diri “ start “ sampai “ finish “.  Baru pada tahun 1955, istilah kurikulum dipakai dalam dunia pendidikan dengan arti sejumlah mata pelajaran pada perguruan tinggi ( PT ).  Belum lagi kalau kita melihat sejarah perkembangan kurikulum diindonesia, dari tahun ketahun mengalami perubahan dan perkembangan berdasarkan kebutuhan dan sudut pandangtujuan terbaik yang diinginkan oleh pendidikan di negeri ini.  Maka dari itu saya menganggap bahwa didalam pendidikan pun terdapat sandiwara yang diaplikasikan melalui sebuah proses pembelajaran atau kurikulum yang diterapkan.
Berdasarkan sumber buku  yang berjudul “ Belajar dan Pembelajaran “ yang ditulis oleh Dr. Suciati dkk, dalam bab pengertian dan kedudukan kurikulum dalam pendidikan, disitu dijelaskan bahwa apabila kita telusuri, ternyata istilah kurikulum mempunyai beberapa arti diantaranya adalah sebagai berikut :
1.      Kurikulum diartikan sebagai rencana pembelajaran
2.      Kurikulum diartikan sebagai pengalaman belajar yang diperoleh peserta didik disekolah / kampus.
3.      Kurikulum diartikan sebagai rencana  belajar siswa atau mahasiswa.
Dilihat dari segi artinya sendiri sudah jelas bahwa tujuan adanya sebuah kurikulum adalah tidak lebih dri sekedar sebuah rencana pembelajaran didalam lingkungan pendidikan.  Namun menurut saya, untuk menyikapi hal ini terdapat sebuah dua pandangan yaitu dilihat dari pandangan pandangan tradisional dan modern.  Menurut pandangan tradisional adakah sebuah pelajaran yang harus ditempuh siswa di lingkungan sekolah.  Pengertian ini menimbulkan seolah-olah belajar disekolah hanya sekedar mempelajari buku-buku teks yng sudah ditentukan sebagai bahan pelajaran.  Sedangkan berbeda jika dilihat dari sudut pandang modern.  Kurikulum bukan sekedar rencana pembelajaran, tetapi kurikulum juga dianggap sebagai sesuatu yang nyata terjadi dalam proses pendidikan.
Selain mengundang sandiwara dalam aspek kurikulum, muncul juga sebuah sandiwara pendidikan yang dikenal dengan sebuah istilah pendidikan umum dan pendidikan liberal. Seperti yang ditulis oleh Pa Chaedar dalam bukunya “Pokoknya Rekayasa Literasi”, dari situ pula muncul kembali berbagai macam pertanyaan yang mengundang Pro dan Kontra baik untuk para pembacanya maupun para pemeran pendidikan dimanapun berada. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul antara lain sebagai berikut :
1.      Apa tujuan yang ingin dicapai dari pendidikan umum dan liberal ?
2.      Apa kelemahan dan kelebihan dari setiap system kedua pendidikan tersebut ?
3.      Bagaimanakah proses yang terbaik dilakukan oleh kedua prinsip-prinsip pendidikan itu, terhadap tantangan zaman pada saat sekarang ?
Mungkin dari pertanyaan-pertanyaan istilah yang mampu mengusik dan membingungkan kita sebagai pemeran pendidikan atau actor dalam sebuah sandiwara pendidikan, sehingga menumbuhkan gejolak yang sangat tinggi dalam proses berfikir kita ketika menjalankan sebuah peran yang sangat penting dalam lingkungan pendidikan karena di sisi lain kita di tuntut untuk bisa berfikir kritis dan bijak dalam menghadapi permasalahan yang ada di dunia pendidikan saat ini.
Kalau saya melihat dan membaca tulisan Pa Chaedar, ini yang patut saya apresiasikan dalam hasil tulisan beliau, karena apa ?karena menurut saya, tulisan yang baik atau berkualitas itu ialah tulisan yang mampu menimbulkan pemikiran yang pro dan kontra bagi para pembacanya, sehingga menimbulkan  perasaan termotivasi dan tertantang untuk menanggapinya atau meresponnya.
Untuk menanggapi tulisan beliau mengenai pendidikan umum dan liberal bagi saya adalah kita harus pandai menganalisa kelemahan dan kelebihan prinsip-prinsip pendidikan tersebut, serta harus di dasari oleh beberapa komponen – komponen dasar yang harus diperhatikan dalam proses pendidikan dan sistemnya komponen – komponen tersebut meliputi :
1.      Komponen tujuan
2.      Komponen Isi
3.      Komponen Metode dan Proses Pembelajaran
4.      Komponen Evaluasi dan Penilaian
Dari keempat komponen tersebut sebenarnya saling keterkaitan antara satu sama lainnya, sehingga mencapai proses tujuan pendidikan yang efektif, apabila kedua jenis pendidikan baik pendidikan umum maupun liberal jika tidak terdapat keempat komponen tersebut itu akan percuma dan sia-sia karena nanti tidak akan sampai pada proses pendidikan yang baik dan berkualitas.
PENDIDIKAN LIBERAL
Ada beberapa poin penting dan menarik perhatian saya dari tulisan Pa Chaedar dan saya garis bawahi yang berisi “The Great books adalah teks klasik yang memiliki nilai sejarah dan kebenaran yang tinggi, yang harus tetap dipelajari dan dijadikan sumber inspirasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan sekarang ini”. Maksud dari itu adalah cara yang paling mudah untuk mengajarkan pendidikan liberal adalah dengan menjadikan buku-buku klasik sebagai bacaan wajib bagi mahasiswa.
Menurut saya, dalam hal menanggapi statement tersebut sangatlah tidak bijak jika di dalam pendidikan liberal itu terdapat cara yang paling mudah untuk mengajarkan pendidikan dengan mewajibkan dan mewujudkan buku-buku klasik sebagai bacaan wajib bagi mahasiswa. Karena itu akan kurang menguntungkan bagi mahasiswa di zaman sekarang, karena tidak mudah untuk mempelajari buku-buku klasik di kalangan mahasiswa sekarang dan itu akan mampu membebani mahasiswa dalam proses pembelajarannya. Kita tahu bahwa buku-buku klasik itu tidak gampang dipahami di kalangan mahasiswa sekarang, selain sangat susah dipahami karena kebanyakan menggunakan bahasa yang berbeda, juga terdapat kesulitan untuk mendapatkannya, karena buku-buku tersebut sudah tidak mudah di koleksi serta sudah jarang keberadaannya, yang lebih pantasnya lagi adalah bukan di wajibkan akan tetapi disunahkan atau alangkah baiknya digunakan apabila bisa atau ada, karena kalau diwajibkan itu akan memebratkan bagi mahasiswa, seperti yang dijelaskan oleh Martin Van Bruinessen (1995) bahwa ada beberapa kesamaan antara the great books dengan kitab kuning, dari situ bisa kita ambil contoh bahwa kitab kuning pun sekarang sudah sedikit tidak diminati oleh kalangan remaja sekarang karena dari segi maknanya yang sedikit sulit dimengerti dan harus dipelajari terlebih dahulu agar bisa menggunakannya.
Tidak bisa kita pungkiri juga bahwa teks klasik itu memiliki nilai sejarah dan kebenaran yang tinggi, namun untuk menangani itu semua kan bisa kita cari solusi lain agar kita bisa mencari dan menentukan pengganti atau penerus teks klasik, apalagi seiring perkembangan jaman dan kemajuan teknologi banyak cara dan sumber lain yang bisa kita pelajari dan dijadikan sumber inspirasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan sekarang ini, tetapi tidak dipungkiri saja peran penting dari teks – teks klasik karena kehadirannya masih sangat diperlukan dalam ilmu pengetahuan pendidikan kita.
Dalam kenyataannya di dalam pendidikan liberal itu terdapat sebuah tantangan besar yang harus diselesaikan dan pertanyaannya apakah kita mampu menjawab tantangan tersebut, bahwa tantangan dalam pendidikan liberal adalah sejauh mana pendidikan liberal mampu menanamkan prinsip – prinsip pendidikan agar lulusan siap menghadapi perubahan dunia, sedangkan kenyataannya semua itu berbanding terbalik dalam kehidupan kita sehari-hari saat ini, karena kenyataannya kita merasa lebih mudah belajar dari umum ke khusus dari pada sebaliknya karena menurut saya pendidikan liberal itu kurang efektif jika diterapkan dalam pendidikan sekarang, serta tidak sebanding dengan kurikulum yang ada sekarang dalam lingkungan perguruan tinggi.
Menurut Dr, Hamzah B Unu, M.Pd dalam bukunya yang berjudul “Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran” yang dituliskan di Bab 4 tentang tiga alternative pendekatan pembelajaran ditinjau dari sudut pandang psikologi disitu dijelaskan bahwa lembaga pendidikan tinggi selaku pemegang mandat mendidik generasi muda menyelesaikan tahapan akhir usia perkembangan mentalnya. Meskipun teori perkembangan formal dapat dicapai oleh anak – anak pada usia 12 tahun, namun sejumlah hasil penelitian menunjukkan bahwa anak – anak Amerika Serikat yang telah sampai pada tahapan perkembangan berfikir formal dalam arti yang sebenarnya (sprintall dan Collins, 1984 : 112), Artinya ternyata perkembangan itu sangat masih jauh lebih rendah tingkat berfikirnya dibandingnya Negara lain contohnya Amerika Serikat.
Meskipun demikian, sejauh ini telah ada tiga macam pendekatan yang pernah diterapkan di Indonesia untuk mencoba mengatasi masalah proses belajar mengajar di lembaga pendidikan tinggi dalam  konteks pendidikan nasional sebagai satu kesatuan, ketiga alternative pendekatan yang dimaksud merupakan aplikasi dari ranah psikologi antara lain :
1.      Pendekatan perilaku (BEHAVIORAL APPROACH)
2.      Pendekatan Kognitif (COGNITIVE APPROACH)
3.      Pendekatan terapan (APPLEAD APPROACH)
Secara konsepsional, menurut saya ketiga alternatif pendekatan itu sangat efektif bila diterapkan dalam lingkungan pendidikan di Perguruan Tinggi sekarang jika dibandingkan dengan cara pendidikan liberal akan tetapi, pengembangan program perkuliahan dengan berbagai pariasi pendekatan sesuai dengan pola struktur bidang kajian dan jenis kemampuan yang dituntutkan pada para mahasiswanya.
PENDIDIKAN UMUM
Kalau kita melihat dari sisi fungsinya, ternyata antara pendidikan umum dan liberal terdapat sebuah kesamaan yaitu menyiapkan tenaga pribadi yang utuh, bukannya menyiapkan tenaga vokasional, perbedaannya terletak pada aspek-aspeknya pendidikan liberal itu berfokus pada mata pelajaran sebagai warisan tradisi (klasik) dan mengembangkan aspek intelektual sedangkan pendidikan umum lebih berfokus pada pengembangan pribadi dalam skala yang lebih luas, tidak sekedar aspek intelektual saja, tetapi semua aspek yaitu intelektual, emosi, social dan masal peserta didik. Dari situ saja jelas dapdat kita ketahui bahwa efek atau manfaat yang di dapatkan melalui aspeknya pendidikan umum lebih banyak dibandingkan dengan pendidikan liberal, namun kita juga harus pandai menganalisa titik kelemahan dan kelebihan masing-masing dari kedua jenis pendidikan tersebut sehingga apabila kita terapkan pendidikan umum pada zaman sekarang ini, mungkin lebeihan yang pada zaman sekarang ini mungkin kelebihan yang akan di dapatkan oleh para peserta didik ialah sebuah kecerdasan ganda yang biasa disebut dengan istilah (Multiple intelligeces)
Sejalan dengan itu semua di dalam pendidikan umum juga ada beberapa factor yang harus diperhatikan dalam penerapannya agar siswa dengan target atau sasaran dan tujuan pendidikannya, artinya harus sesuai dengan kurikulum yang ada, yang saya ketahui bahwa di dalam sebuah kurikulum terdapat sebuah landasan atau dasar-dasar dan tingkatan dalam perkembangan sebuah kurikulum, dasar-dasar kurikulum tersebut meliputi beberapa aspek antara lain :
1.      Filosofis (Mencangkup filsafat dan tujuan pendidikan)
2.      Psikologis (Berkaitan psikologi belajar dan karakter)
3.      Budaya (Berkaitan dengan tradisi dan budaya)
4.      Sosiologis (Berkaitan dengan lingkungan / masyarakat)
5.      Teknologi (Berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi)
Dari kelima aspek tersebut merupakan sebuah pondasi yang sangat kuat dan harus ada dalam sebuah perkembangan kurikulum sejalan dengan tantangan zaman pada kehidupan sekarang, karena dengan begitu akan muncul generasi-generasi yang lebih berkualitas serta meningkatkan mutu pendidikan itu sendiri. Untuk itu kelima aspek tersebut harus ada di dalam konsep pendidikan umum.
Setelah itu, coba kita kembali pada pokok bahasan bahwa di dalam pendidikan itu terdapat sebuah sandiwara. Pertanyaannya adalah sandiwa apakah yang diterapkan dalam sebuah pendidikan ? Sudah saya dijelaskan di awal bahwa garis besar permasalahannya adalah manakah yang paling baik di antara pendidikan umum dan liberal, tentu ketika kita berbicara mengenai konsep pendidikan tentu tidak bisa terlepas dari istilah kurikulum.
Menurut sata kurikulum sanagt menentukan baik buruknya nilai kualitas atau mutu sebuah pendidikan, namun seiring berjalannya waktu dan kebutuhan kurikulum dan sebuah pendidikan terdapat sandiwara, baik dilihat dari tujuannya, sejarahnya dan perkembangannya, pada intinya semua kurikulum itu memiliki tujuan yang baik, akan tetapi dalam kenyataannya banyak scenario seperti sebuah sandiwara ketika pelaksanaannya sehingga seorang pendidik dan peserta didik selaku pemeran sandiwara kurikulum merasa sangat dibingungkan karena penjelasan kurikulum sering mengalami perubahan dan perkembangan sesuai keadaan yang ada.
KESIMPULAN
Untuk menjawab pertanyaan yang ada dalam pembahasan mengenai manakah yang lebih baik diantara pendidikan umum dengan pendidikan liberal ?sebenarnya mudah sekali menjawab pertanyaan tersebut, yaitu tinggal bagaimana kita bisa berfikir bijak mana diantara keduanya yang lebih baik. Karena pada intinya kedua pendidikan itu memiliki kelemahan dan kelebihan satu sama lainnya kalau kita melihat dari kebutuhan dan fungsinya itu sendiri, cara yang baik menyikapi problematika semua adalah bukan dengan cara menghilangkan salah satu diantara keduanya, akan tetapi kita bisa mengkombinasikan diantara keduanya sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh kita tahu bahwa pendidikan umum sangat cocok bila kita terapkan dalam kehidupan sekarang dan sesuai dengan kebutuhan tantangan zaman yang ada kemudian kita bisa padukan dengan konsep-konsep pendidikan liberal terhadap pendidikan umum.
Karena menurut saya, pendidikan umum tidak bisa terlepas dari kelebihan yang ada pada pendidikan liberal dan mungkin juga sebaliknya, pendidikan liberal tidak bisa terlepas dari konsep-konsep yang terdapat pada pendidikan umum, Dalam kehidupan sekarang kita tidak bisa mengandalkan dengan kecerdasan  tunggal, akan tetapi kita juga butuh yang namanya kecerdasan ganda yang biasa disebut dengan (MULTIPLE INTELLIGENCE) karena kecerdasan ganda itu sangat memiliki pengaruh besar dan kebutuhan hidup kita sekarang ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic