Class
Review 2
Connection Between Literacy and
Language
Tertantang,
tertantang dan tertantang.Yeah, mungkin itulah kata yang tepat dan selalu
melekat dalam fikiran saya ketika beranjak mempelajari mata kuliah writing
empat ini, kenapa demikian? Karena dalam setiap pertemuan mata kuliah ini
selalu terdapat hal-hal yang baru dan berinovasi, sehingga menimbulkan perasaan
yang was-was dan tertantang. Seperti
sebuah judul yang terdapat didalam materi yang disampaikan oleh pa Lala kemarin
di power point yang berjudul “knowing who we realy are”.Dari judul saja
minimbulkan sebuah peprtanyaan yang sangat menarik buat saya pribadi dan
mungkin itu dirasakan oleh teman-teman juga.
Seperti
yang beliau jelaskan diawal pertemuan kemarin bahwa dimata kuliah writing empat
ini terdapat tiga factor atau tingkatan proses yang harus kita tempuh dan
lakukan dalam tujuan mencapai keberhasilan dimata kuliah writing empat sekarang
ini.
Akademik
writing, critical review dan writing merupakan ketiga aspek yang akan kita lalui
dalam mata kuliah writing empat ini.
Karena ketiga aspek tersebut jugc wa mempunyai nilai proses yang sangat
tinggi dan memberikan banyak manfaat yang besar dalam mata kuliah writing
ini. Untuk itu kita sebagai mahasiswa
dari ketiga aspek tersebut harus kita highlight dalam fikiran kita, karena
sangat penting untuk kita sebagai mahasiswa untuk mempelajarinya dan
mengaplikasikanya setiap hari dalam kehidupan kita.
Dalam
penulisan class review kali ini ada dua point utama yang akan saya kupas
panjang lebar didalam teks bacaan ini diantaranya yaitu Academik writing,
Critical thinking dan Writing.
A.
Academic writing
Terdapat beberapa aturan penting yang
terdapan dalam penulisan sebuah academic writing antara lain :
1. Rijid
2. Formal
3. Critical
4. Structur
5. Systematic
Dari kelima aturan tersebut dapat kita
ketahui bahwa didalam academic writing terdapat sebuah aturan-aturan penting
yang harus diperhatikan ketika kita menulis, agar tulisan yang kita tulis itu
bernilai tinggi dan berkualitas, dan semuanya itu hal yang sangat penting dalam
proses penulisan academic writing.
1. Rijid
Makna lain dari kata rijid adalah kaku
atau beku. Seperti sebuah bahasa,
menurut saya bahasa itu adalah suatu hal yang sangat misterius, susah ditebak
aturan mainnya, begitupun sama halnya ketika kita menulis. Ketika tangan kita tidak tertibasa melakukan
aktifitas menulis maka yang terjadi ialah kita merasa kaku dan beku untuk
melakukannya. Maka dari itu untuk
menghilangkan perasaan kaku atau beku tersebut yang harus kita lakukan pertama
kali adalah untuk membiasakan aktifitas menulis setiap saat, karena menulis
merupakan sebuah kewajiban kita bagi seorang pendidik untuk melestarikan budaya
menulis setiap saat agar tercipta suatu generasi bangsa yang berliterasi demi
mewujudkan bangsa Indonesia yang lebih maju melalui menulis. Karena bangsa yang maju ialah bangsa yang
mempunyai nilai literasi yang tinggi.
2. Formal
Selain bersifat misterius, menurut saya
bahasa juga merupakan sebuah ilmu dasar
yang digunakan untuk kebutuhan sebuah penulisan akademik yang bersifat formal,
contohnya pembuatan sebuah karangan, karya tulis dan karya ilmiah serta lain
sebagainya. Dari semua jenis tulisan itu
membutuhkan sebuah bahasa untuk menciptakan sebuah tulisan yang baik dan
berkualitas demi memanjakan kebutuhan seorang pembacanya.Tentu ketika kita
menulis untuk kepentingan akademik, maka kita harus menggunakan pengolahan kata
yang bersifat formal dibandingkan menggunakan pengolahan kata yang bersifat
informal.
3. Critical
Critical disini ialah sebuah bahasa yang
bersifat reaktif, artinya kita itu ketika menulis atau menanggapi tulisan
seseorang, tentu kalimat atau bahasa yang kita sampaikan harus bersifat kritis
sehingga menimbulkan pro dan kontra akan tetapi tunjuannya baik untuk membangun
pribadi masing-masing baik untuk penulisnya itu sendiri maupun pembacanya. Alhasil tulisan yang kita tulis terlihat
lebih menarik sehingga menimbulkan rasa penasaran bagi para pembacanya.
4. Structure
Structure juga merupakan salah satu hal
atau aturan yang sangat penting ketika kita menulis, karena bertujuan untuk
menyusun atau merangkai tulisan kita sesuai aturan yang baik dan menghasilkan
sebuah tulisan yang menarik dan memikat pembacanya. Didalam structure terdapat sebuah
aturan-aturan penting yang harus diperhatikan dalam sebuah tulisan diantaranya
adalah penempatan punctuation yang tepat dan gramatikal yang baik, sehingga
ketika kita merangkai sebuah kata atau kalimat didalam sebuah paragraph, maka
akan terlihat enak dibaca dan memudahkan pemahaman ketika seseorang membacanya.
5. Systematic
Dengan menulis secara systematic itu
akan memudahkan kita ketika kita menulis, karena tulisan kita akan tersusun
dengan baik, jadi alangkah baiknya kita merancang terlebih dahulu tulisan yang
akan kita tulis sebelum kita memulai menulis.
Tentunya sebelum kita mulai menulis, langkah pertama yang harus kita
lakukan adalah mencari terlebih dahulu sumber-sumber bacaan yang akan kita
tuangkan dalam tulisan kita dan menyusunnya secara systematis sehingga tercipta
tulisan yang baik dan berkualitas.
B.
Critical
Thingking (Berfikir Kritis)
Dalam budaya literasi, berfikir kritis
itu sangat dibutuhkan dalam kebutuhan menulis, salah satu contohnya adalah
ketika kita membuat sebuah tulisan karangan chapter review atau critical
review, tentu dalam tulisan tersebut harus terdapat unsur kitis yang bertujuan
untuk membangun atau mengembangkan sebuah karangan yang sebelumnya. Karena ketika kita berfiir kritis didalam
sebuah tulisan kita, secara otomatis kita itu sedang memproses atau menciptakan
sebuah pengetahuan yang baru dan lebih luas lagi, dan pemikiran kita pun akan
terlihat jelas perkembangannya.
C.
Writing
Seperti yang sudah kita ketahui semua
bahwa menulis merupakan suatu budaya literasi yang harus kita pertahankan demi
kemajuan bangsa. Karena ketika kita
menuliis maka kita disitu sedang melakukan proses berfikir, kita semua juga
tahu bahwa menulis merupakan sebuah pencapaian atau eksplorasi seseorang dalam
menuangkan sebuah ide, gagasan atau perasaan, terutama dalam aspek ilmu
pengetahuan.
Selain terdapat tiga aturan penting,
didalam menulis juga terdapat sebuah cara yang perlu kita perhatikan, dan
ketiga cara ini harus kita terapkan ketika kita menulis, agar tercipta sebuah
tulisan yang baik dan mampu memanjakan pembacanya. Ketiga cara tersebut lebih mengarah ke aspek
Knowing, representing dan reproducing.
1. A
way of knowing something
2. A
way of representing something
3. A
way of reproducing something
Dari ketiga cara tersebut dapat kita
simpulkan bahwa ketika kita menulis kita harus menyertakan ketiga unsur
tersebut, karena ketiga cara tersebut secara tidak langsung ketika komponen
tersebut saling berkaitan satu sama lainnya.
Mengetahui, menghadirkan dan kemudian
menghasilkan. Dengan ketiga cara
tersebut, apabila kita terapkan dalam aktifitas atau dalam kegiatan menulis
kemungkinan akan tercipta sebuah tulisan yang berkualitas dan enak dinikmati
oleh pembacanya.
Untuk menciptakan sebuah tulisan yang baik
dan berkualitas, selain terdapat cara untuk melakukannya, tentu terdapat sebuah
faktor yang sangat penting sehingga membuat siklus, dan siklus yang terkandung
didalamnya antara lain think, read and write.
Dari ketiga factor tersebut yang membentuk sebuah siklus yang ketiganya
saling berkaitan erat satu sama lainnya, sehingga mencapai sebuah tujuan yaitu
tujuan tulisan yang baik.
Area psikologi juga memiliki peranan
yang sangat penting dalam mata kuliah writing.Sudah kita ketahui bahwa di area
psikologi terdapat tiga ranah yang yang yerkandung didalamnya diantaranya
adalah ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.Diantara ketiga ranah psikologi
tersebut, yang sangat diperlukan dalam mata kuliah writing ini adalah ranah
psikomotorik atau area experience (pengalaman). Karena bukan hanya informasi atau pengetahuan saja yang diperlukan ketika kita
menulis, akan tetapi faktor pengalaman menjadi hal yang sangat diperlukam dalam
mata kuliah writing ini. Seperti yang pa
Lala sampaikan pada pertemuan kemarin bahwa untuk pintar saja itu tidak cukup
dan bukan sebuah ukuran, atau tidak cukup kalu tidak diliputi dengan
pengalaman. Seperti sebuah pepatah
mengatakan bahwa pengalaman merupakan ilmu yang paling penting dan berharga
dibanding yang lain dan “ pengalaman adalah guru yang terbaik”.
Diakhir penjelasan dalam pertemuan
kemarin beliau mejelaskan bahwa ciri-ciri sebuah negara yang maju itu adalah
sebuah negara yang memiliki nilai literasi yang sangat tinggi.
KESIMPULAN
Setelah kita mampu mendefinisikan bahwa
menulis adalah sebuah nilai seni yang tingkat tinggi, tentu ketika kita
menciptakan sebuah tulisan yang bernilah seni tingkat tinggi, kita harus
memunculkan atau menghubungkan antara literasi dengan bahasa, karena pada
intinya kedua unsur tersebut pada intinya saling berkaitan erat satu sama
lainnya. Kita juga tahu bahwa tolak ukur
kemajuan suatu negara itu adalah negara yang memiliki serta menerapkan budaya
literasi yang tinggi.
CRITICAL
REVIEW
SANDIWARA PENDIDIKAN
Menurut
Alwasilah, A.C ( 2012 ). Pokoknya
rekayasa literasi dijelaskan bahwa dalam proses pengajaran membaca dan menulis
bisa direkayasa. Kali ini saya mencoba
menanggapii beberapa tulisan yang terdapat didalam buku tersebut mengenai
problematika pendidikan umum dan liberal.
Sebenarnya kalau kita telaah dengan cermat, mungkin kita ini sedang
memerankan sebuah sekenario pendidikan yang sedang kita jalani sekarang. Yang terjadi saat in adalah kita telah
dibingungkan oleh dua perkara yaitu manakah yang paling baik antara pendidikan
umun dan liberal? Maka muncul berbagai
macam pertanyaan-pertanyaan yang mampu mengusik dan menggelitik fikiran kita saat
ini dan diiringi dengan sebuah tantangan perkembangan zaman, serta mampu munculkan
polemik-polemik tertentu terutama di lingkungan pendidikan.
Alasan
saya bahwa dalam pendidikan itu terdapat sebuah sandiwara adalah karena
ternyata dari pertama kali istilah kurikulum itu muncul didalam kamus Webster
1856. Perkataan kurikulum mulai dikenal sebagai waktu istilah dalam dunia
pendidikan kurang lebih sejak satu setangah abad yang lalu. Pada tahun itu penggunaan kurikulum digunakan
dalam bidang olahraga, yaitu suatu alat yang membawa seseorang diri “ start “
sampai “ finish “. Baru pada tahun 1955,
istilah kurikulum dipakai dalam dunia pendidikan dengan arti sejumlah mata
pelajaran pada perguruan tinggi ( PT ).
Belum lagi kalau kita melihat sejarah perkembangan kurikulum
diindonesia, dari tahun ketahun mengalami perubahan dan perkembangan
berdasarkan kebutuhan dan sudut pandangtujuan terbaik yang diinginkan oleh
pendidikan di negeri ini. Maka dari itu
saya menganggap bahwa didalam pendidikan pun terdapat sandiwara yang
diaplikasikan melalui sebuah proses pembelajaran atau kurikulum yang
diterapkan.
Berdasarkan
sumber buku yang berjudul “ Belajar dan
Pembelajaran “ yang ditulis oleh Dr. Suciati dkk, dalam bab pengertian dan
kedudukan kurikulum dalam pendidikan, disitu dijelaskan bahwa apabila kita
telusuri, ternyata istilah kurikulum mempunyai beberapa arti diantaranya adalah
sebagai berikut :
1. Kurikulum diartikan sebagai rencana
pembelajaran
2. Kurikulum diartikan sebagai pengalaman
belajar yang diperoleh peserta didik disekolah / kampus.
3. Kurikulum diartikan sebagai rencana belajar siswa atau mahasiswa.
Dilihat
dari segi artinya sendiri sudah jelas bahwa tujuan adanya sebuah kurikulum
adalah tidak lebih dri sekedar sebuah rencana pembelajaran didalam lingkungan pendidikan. Namun menurut saya, untuk menyikapi hal ini
terdapat sebuah dua pandangan yaitu dilihat dari pandangan pandangan
tradisional dan modern. Menurut
pandangan tradisional adakah sebuah pelajaran yang harus ditempuh siswa di
lingkungan sekolah. Pengertian ini
menimbulkan seolah-olah belajar disekolah hanya sekedar mempelajari buku-buku
teks yng sudah ditentukan sebagai bahan pelajaran. Sedangkan berbeda jika dilihat dari sudut
pandang modern. Kurikulum bukan sekedar
rencana pembelajaran, tetapi kurikulum juga dianggap sebagai sesuatu yang nyata
terjadi dalam proses pendidikan.
Selain mengundang sandiwara dalam aspek kurikulum,
muncul juga sebuah sandiwara pendidikan yang dikenal dengan sebuah istilah
pendidikan umum dan pendidikan liberal. Seperti yang ditulis oleh Pa Chaedar
dalam bukunya “Pokoknya Rekayasa Literasi”, dari situ pula muncul kembali
berbagai macam pertanyaan yang mengundang Pro dan Kontra baik untuk para
pembacanya maupun para pemeran pendidikan dimanapun berada. Pertanyaan-pertanyaan
yang muncul antara lain sebagai berikut :
1.
Apa tujuan yang ingin dicapai dari pendidikan umum dan liberal ?
2.
Apa kelemahan dan kelebihan dari setiap system kedua pendidikan tersebut
?
3.
Bagaimanakah proses yang terbaik dilakukan oleh kedua prinsip-prinsip
pendidikan itu, terhadap tantangan zaman pada saat sekarang ?
Mungkin dari pertanyaan-pertanyaan istilah yang mampu
mengusik dan membingungkan kita sebagai pemeran pendidikan atau actor dalam
sebuah sandiwara pendidikan, sehingga menumbuhkan gejolak yang sangat tinggi
dalam proses berfikir kita ketika menjalankan sebuah peran yang sangat penting
dalam lingkungan pendidikan karena di sisi lain kita di tuntut untuk bisa
berfikir kritis dan bijak dalam menghadapi permasalahan yang ada di dunia
pendidikan saat ini.
Kalau saya melihat dan membaca tulisan Pa Chaedar, ini
yang patut saya apresiasikan dalam hasil tulisan beliau, karena apa ?karena
menurut saya, tulisan yang baik atau berkualitas itu ialah tulisan yang mampu
menimbulkan pemikiran yang pro dan kontra bagi para pembacanya, sehingga
menimbulkan perasaan termotivasi dan
tertantang untuk menanggapinya atau meresponnya.
Untuk menanggapi tulisan beliau mengenai pendidikan
umum dan liberal bagi saya adalah kita harus pandai menganalisa kelemahan dan
kelebihan prinsip-prinsip pendidikan tersebut, serta harus di dasari oleh
beberapa komponen – komponen dasar yang harus diperhatikan dalam proses
pendidikan dan sistemnya komponen – komponen tersebut meliputi :
1.
Komponen tujuan
2.
Komponen Isi
3.
Komponen Metode dan Proses Pembelajaran
4.
Komponen Evaluasi dan Penilaian
Dari keempat komponen tersebut sebenarnya saling
keterkaitan antara satu sama lainnya, sehingga mencapai proses tujuan
pendidikan yang efektif, apabila kedua jenis pendidikan baik pendidikan umum
maupun liberal jika tidak terdapat keempat komponen tersebut itu akan percuma
dan sia-sia karena nanti tidak akan sampai pada proses pendidikan yang baik dan
berkualitas.
PENDIDIKAN
LIBERAL
Ada beberapa poin penting dan menarik perhatian saya
dari tulisan Pa Chaedar dan saya garis bawahi yang berisi “The Great books
adalah teks klasik yang memiliki nilai sejarah dan kebenaran yang tinggi, yang
harus tetap dipelajari dan dijadikan sumber inspirasi bagi perkembangan ilmu
pengetahuan sekarang ini”. Maksud dari itu adalah cara yang paling mudah untuk
mengajarkan pendidikan liberal adalah dengan menjadikan buku-buku klasik
sebagai bacaan wajib bagi mahasiswa.
Menurut saya, dalam hal menanggapi statement tersebut
sangatlah tidak bijak jika di dalam pendidikan liberal itu terdapat cara yang
paling mudah untuk mengajarkan pendidikan dengan mewajibkan dan mewujudkan
buku-buku klasik sebagai bacaan wajib bagi mahasiswa. Karena itu akan kurang
menguntungkan bagi mahasiswa di zaman sekarang, karena tidak mudah untuk
mempelajari buku-buku klasik di kalangan mahasiswa sekarang dan itu akan mampu
membebani mahasiswa dalam proses pembelajarannya. Kita tahu bahwa buku-buku
klasik itu tidak gampang dipahami di kalangan mahasiswa sekarang, selain sangat
susah dipahami karena kebanyakan menggunakan bahasa yang berbeda, juga terdapat
kesulitan untuk mendapatkannya, karena buku-buku tersebut sudah tidak mudah di
koleksi serta sudah jarang keberadaannya, yang lebih pantasnya lagi adalah
bukan di wajibkan akan tetapi disunahkan atau alangkah baiknya digunakan
apabila bisa atau ada, karena kalau diwajibkan itu akan memebratkan bagi
mahasiswa, seperti yang dijelaskan oleh Martin Van Bruinessen (1995) bahwa ada
beberapa kesamaan antara the great books dengan kitab kuning, dari situ bisa
kita ambil contoh bahwa kitab kuning pun sekarang sudah sedikit tidak diminati
oleh kalangan remaja sekarang karena dari segi maknanya yang sedikit sulit
dimengerti dan harus dipelajari terlebih dahulu agar bisa menggunakannya.
Tidak bisa kita pungkiri juga bahwa teks klasik itu
memiliki nilai sejarah dan kebenaran yang tinggi, namun untuk menangani itu
semua kan bisa kita cari solusi lain agar kita bisa mencari dan menentukan
pengganti atau penerus teks klasik, apalagi seiring perkembangan jaman dan
kemajuan teknologi banyak cara dan sumber lain yang bisa kita pelajari dan
dijadikan sumber inspirasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan sekarang ini,
tetapi tidak dipungkiri saja peran penting dari teks – teks klasik karena
kehadirannya masih sangat diperlukan dalam ilmu pengetahuan pendidikan kita.
Dalam kenyataannya di dalam pendidikan liberal itu
terdapat sebuah tantangan besar yang harus diselesaikan dan pertanyaannya
apakah kita mampu menjawab tantangan tersebut, bahwa tantangan dalam pendidikan
liberal adalah sejauh mana pendidikan liberal mampu menanamkan prinsip –
prinsip pendidikan agar lulusan siap menghadapi perubahan dunia, sedangkan
kenyataannya semua itu berbanding terbalik dalam kehidupan kita sehari-hari
saat ini, karena kenyataannya kita merasa lebih mudah belajar dari umum ke
khusus dari pada sebaliknya karena menurut saya pendidikan liberal itu kurang
efektif jika diterapkan dalam pendidikan sekarang, serta tidak sebanding dengan
kurikulum yang ada sekarang dalam lingkungan perguruan tinggi.
Menurut Dr, Hamzah B Unu, M.Pd dalam bukunya yang
berjudul “Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran” yang dituliskan di Bab 4
tentang tiga alternative pendekatan pembelajaran ditinjau dari sudut pandang
psikologi disitu dijelaskan bahwa lembaga pendidikan tinggi selaku pemegang
mandat mendidik generasi muda menyelesaikan tahapan akhir usia perkembangan
mentalnya. Meskipun teori perkembangan formal dapat dicapai oleh anak – anak
pada usia 12 tahun, namun sejumlah hasil penelitian menunjukkan bahwa anak –
anak Amerika Serikat yang telah sampai pada tahapan perkembangan berfikir
formal dalam arti yang sebenarnya (sprintall dan Collins, 1984 : 112), Artinya
ternyata perkembangan itu sangat masih jauh lebih rendah tingkat berfikirnya
dibandingnya Negara lain contohnya Amerika Serikat.
Meskipun demikian, sejauh ini telah ada tiga macam
pendekatan yang pernah diterapkan di Indonesia untuk mencoba mengatasi masalah
proses belajar mengajar di lembaga pendidikan tinggi dalam konteks pendidikan nasional sebagai satu
kesatuan, ketiga alternative pendekatan yang dimaksud merupakan aplikasi dari
ranah psikologi antara lain :
1.
Pendekatan perilaku (BEHAVIORAL APPROACH)
2.
Pendekatan Kognitif (COGNITIVE APPROACH)
3.
Pendekatan terapan (APPLEAD APPROACH)
Secara konsepsional, menurut saya ketiga alternatif
pendekatan itu sangat efektif bila diterapkan dalam lingkungan pendidikan di
Perguruan Tinggi sekarang jika dibandingkan dengan cara pendidikan liberal akan
tetapi, pengembangan program perkuliahan dengan berbagai pariasi pendekatan
sesuai dengan pola struktur bidang kajian dan jenis kemampuan yang dituntutkan
pada para mahasiswanya.
PENDIDIKAN
UMUM
Kalau kita melihat dari sisi fungsinya, ternyata
antara pendidikan umum dan liberal terdapat sebuah kesamaan yaitu menyiapkan
tenaga pribadi yang utuh, bukannya menyiapkan tenaga vokasional, perbedaannya
terletak pada aspek-aspeknya pendidikan liberal itu berfokus pada mata
pelajaran sebagai warisan tradisi (klasik) dan mengembangkan aspek intelektual
sedangkan pendidikan umum lebih berfokus pada pengembangan pribadi dalam skala
yang lebih luas, tidak sekedar aspek intelektual saja, tetapi semua aspek yaitu
intelektual, emosi, social dan masal peserta didik. Dari situ saja jelas dapdat
kita ketahui bahwa efek atau manfaat yang di dapatkan melalui aspeknya
pendidikan umum lebih banyak dibandingkan dengan pendidikan liberal, namun kita
juga harus pandai menganalisa titik kelemahan dan kelebihan masing-masing dari
kedua jenis pendidikan tersebut sehingga apabila kita terapkan pendidikan umum
pada zaman sekarang ini, mungkin lebeihan yang pada zaman sekarang ini mungkin
kelebihan yang akan di dapatkan oleh para peserta didik ialah sebuah kecerdasan
ganda yang biasa disebut dengan istilah (Multiple intelligeces)
Sejalan dengan itu semua di dalam pendidikan umum juga
ada beberapa factor yang harus diperhatikan dalam penerapannya agar siswa
dengan target atau sasaran dan tujuan pendidikannya, artinya harus sesuai
dengan kurikulum yang ada, yang saya ketahui bahwa di dalam sebuah kurikulum
terdapat sebuah landasan atau dasar-dasar dan tingkatan dalam perkembangan
sebuah kurikulum, dasar-dasar kurikulum tersebut meliputi beberapa aspek antara
lain :
1.
Filosofis (Mencangkup filsafat dan tujuan pendidikan)
2.
Psikologis (Berkaitan psikologi belajar dan karakter)
3.
Budaya (Berkaitan dengan tradisi dan budaya)
4.
Sosiologis (Berkaitan dengan lingkungan / masyarakat)
5.
Teknologi (Berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi)
Dari kelima aspek tersebut merupakan sebuah pondasi
yang sangat kuat dan harus ada dalam sebuah perkembangan kurikulum sejalan
dengan tantangan zaman pada kehidupan sekarang, karena dengan begitu akan muncul
generasi-generasi yang lebih berkualitas serta meningkatkan mutu pendidikan itu
sendiri. Untuk itu kelima aspek tersebut harus ada di dalam konsep pendidikan
umum.
Setelah itu, coba kita kembali pada pokok bahasan
bahwa di dalam pendidikan itu terdapat sebuah sandiwara. Pertanyaannya adalah
sandiwa apakah yang diterapkan dalam sebuah pendidikan ? Sudah saya dijelaskan
di awal bahwa garis besar permasalahannya adalah manakah yang paling baik di
antara pendidikan umum dan liberal, tentu ketika kita berbicara mengenai konsep
pendidikan tentu tidak bisa terlepas dari istilah kurikulum.
Menurut sata kurikulum sanagt menentukan baik buruknya
nilai kualitas atau mutu sebuah pendidikan, namun seiring berjalannya waktu dan
kebutuhan kurikulum dan sebuah pendidikan terdapat sandiwara, baik dilihat dari
tujuannya, sejarahnya dan perkembangannya, pada intinya semua kurikulum itu
memiliki tujuan yang baik, akan tetapi dalam kenyataannya banyak scenario
seperti sebuah sandiwara ketika pelaksanaannya sehingga seorang pendidik dan
peserta didik selaku pemeran sandiwara kurikulum merasa sangat dibingungkan
karena penjelasan kurikulum sering mengalami perubahan dan perkembangan sesuai
keadaan yang ada.
KESIMPULAN
Untuk menjawab pertanyaan yang ada dalam pembahasan
mengenai manakah yang lebih baik diantara pendidikan umum dengan pendidikan
liberal ?sebenarnya mudah sekali menjawab pertanyaan tersebut, yaitu tinggal
bagaimana kita bisa berfikir bijak mana diantara keduanya yang lebih baik.
Karena pada intinya kedua pendidikan itu memiliki kelemahan dan kelebihan satu
sama lainnya kalau kita melihat dari kebutuhan dan fungsinya itu sendiri, cara
yang baik menyikapi problematika semua adalah bukan dengan cara menghilangkan
salah satu diantara keduanya, akan tetapi kita bisa mengkombinasikan diantara
keduanya sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh kita tahu bahwa pendidikan
umum sangat cocok bila kita terapkan dalam kehidupan sekarang dan sesuai dengan
kebutuhan tantangan zaman yang ada kemudian kita bisa padukan dengan konsep-konsep
pendidikan liberal terhadap pendidikan umum.
Karena menurut saya, pendidikan umum tidak bisa
terlepas dari kelebihan yang ada pada pendidikan liberal dan mungkin juga
sebaliknya, pendidikan liberal tidak bisa terlepas dari konsep-konsep yang
terdapat pada pendidikan umum, Dalam kehidupan sekarang kita tidak bisa
mengandalkan dengan kecerdasan tunggal,
akan tetapi kita juga butuh yang namanya kecerdasan ganda yang biasa disebut
dengan (MULTIPLE INTELLIGENCE) karena kecerdasan ganda itu sangat memiliki pengaruh
besar dan kebutuhan hidup kita sekarang ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic