Mengukir
sejarah itu sebenarnya tidak sulit.
Salah satunya pengalaman adalah sesuatu yang baru yang akan menjadi
sebuah sejarah. Menjadi seorang
mahasiswapun sudah menjadi sejarah bagi saya, karena ini adalah sesuatu yang
baru dan belum tentu orang lain bisa merasakannya. Menikmati pengalaman menjadi seorang
mahasiswa dan menikmati banyak tugas disetiap mata kuliah, itu adalah sebuah
keharusan dan wajib dikerjakan.
Selama
tiga semester kemarin sudah cukup membuat pengalaman baru, terutama ketika
mengerjakan tugas. Sudah tidak bisa
berleha-leha apalagi untuk bermalas-malasan.
Mata kuliah yang benar-benar membutuhkan tenaga extra adalah
writing. Bagaimana tidak, setiap minggu
diberi tugas yang mengharuskan kita untuk membaca dan menulis kritis.
Malam
ini kembali tinta bergoyang diatas kertas putih. Ditemani alunan rintik hujan dan tak lupa
secangkir kopi. Ini bukan saat nya untuk
duduk dihadapan trelevisi ataupun membuka facebook, tapi saatnya bekerja
keras. Semangat !!! Sedikit demi sedikit pasti bisa selesai. Sepertinya ini bukan pekerjaan instan,
membutuhkan banyak sumber buku yang mendukung.
Apa boleh buat, ini baru malam pertama saya menuangkan ide dalam buku
pasport. Masih ada malam-malam
berikutnya yang harus saya taklukan.
Mereview
perkuliahan pada tanggal 11 Februari 2014, merasakan saat0-saat menegangkan
ketika menunggu dosen tiba di kelas.
Ketika dosen tiba, kami langsung mempersiapkan untuk duduk dengan posisi
membuat lingkaran. Seperti sebelumnya,
dosen memberikan pertanyaan seputar appetizer yang telah kami buat. Setelah selesai, beliau memulai membuka slide
materi pertemuan kali ini. Kembali
membahas mengenai isi dan kualitas mata kuliah writing akademik, karena
kebanyakan dari kita masih belum bisa membuat karangan yang mengarah pada basic
academic. Seperti yang telah dikatakan
sebelumnya, writing 4 ini berbasis akademik.
Mengarah pada orientasi mengajar dosen yang akan menjadi penentu kualitas
isi dari tulisan kita.
Writing
akademik ini bersifat kaku, formal, kritikal.
Rigid
atau kaku, diibaratkan seorang chef profesiona.
Ia akan memasak satu menu khusus untuk satu orang yang special atau
kalangan tertentu. Ia disebut chef
ketika ia sedang memasak di dapur. Tapi
apabila ia telah selesai memasak, ia tidak disebut chef. Begitu juga dengan penulis. Ia akan disebut penulis apabila ia sedang
melakukan tulis menulis, tapi jika sudah selesai ia tidak disebut
penulis.. Ini menandakan bahwa siapapun
juga bisa menjadi seorang penulis, hanya bagaimana kita bisa mengembangkannya.
Critical
thinking yakni berfikir secara kritis ketika menjadi seorang pembaca maupun
penulis. Ciri ciri dari critical
thinking anatara lain :
Selalu
bertanya apabila ia ingin mengetahui sesuatu yang lebih dari sebuah
permasalahan yang dibahas. Dengan cara
ini akan menimbulkan cara berfikir yang kritis.
Memberi
argumen, dengan beberapa pengetahuan yang dimilikinya sehingga dapat memberi
suatu masukkan pada sebuah pernyataan yang menurutnya kurang puas.
Tidak
pernah puas apabila mendapat pernyataan yang kurang menambah wawasannya, maka
dari itu akan timbul pertanyaan lagi dan akan menambah wawasan baru lagi
untuknya.
Akan
sangat selektif apabila mendapat dua pernyataan, ia akan mencari persaamaan
maupun perbedaan di antara keduanya yang kemudian akan memunculkan informasi
baru.
Sementara
itu bagi Mr.Lala, basic writing adalah :
A
way of knowing something
A
way of representing something
A
way of reproducing something
Something
tersebut memeliki beberapa maksud, yakni knowledge, information, dan
experience.
Writing
memang terkait dengan literasi, namun tidak hanya dalam akademik, literacy juga
akan berpengaruh besar terhadap lompatan ekonomi suatu negara, kesadaran sosial
dan kemakmuran. Melihat literasi di
negara kita sebenarnya tidak salah, hanya saja sistemnya yang salah. Kita prediksikan pada tahun 2015 nanti
beberapa kasus mungkin akan terjadi di indonesia, akibat tingkat literasi yang
rendah. Pengalaman kerja sangat rendah,
daya saing rendah, tenaga kerja dominan lulusan SD, literasi rendah tetapi
ingin mendapat upah tinggi, itulah beberapa kasus yang mungkin akan selalu ada
di indonesia apabila sistem literasi tidak di tingkatkan.
Untuk
merubah literasi di negara kita khususnya harus bisa peka terhadap apapun yang
ada di hadapan kita, harus mampu membuka kata kunci schemata atau kumpulan
pengetahuan dalam hal apapun yang menyangkut kemajuan literasi. Kita sebagai penerus generasi, harus lebih
membudayakan literasi. Terlebih kita
harus mengetahui isue yang membutuhkan satu masukan kritis dari para
mahasiawa. Budaya literasi berkaitan
dengan menulis, dan menulis tidak lepas dari teks. Oleh karena itu merujuk pada pendapat
Lehtonen tahun 2000 mengenai teks, contexts, reader, writer, dan meanings. Teks merupakan makhluk fisik. Makhluk fisik tersebut maksudnya adalah
sebuah karya literasi yang berwujud dan mampu komunikatif, entah itu literasi
teknologi lama maupun baru. Teks dapat
berupa tulisan, pidato, gambar, musik, atau simbol lainnya.
Menurut
Barthes mengatakan bahwa teks linguistik yang produktifitas, dimana produsen
teks dan pembaca bertemu satu sama lain.
Oleh karenanya teks, contexts, dan pembaca saling bertemu dan berkaitan. Barthes juga mengatakan bahwa penulis bukan
merupakan penunjang produksi makna, tetapi beroperasi dalam bahasa yang
mengarah pada sastra, maka akan membentuk makna dalam tulisan dengan sadar
maupun tidak.
Ketika
sudah berbicara mengenai makna, tidak lepas dari persepsi sang pembaca
teks. Jadilah seorang pembaca yang
benar-benar mengetahui isi dan makna dalam tulisan yang nantinya akan menjadi
seorang pembaca yang kritis.
Pernyataan-pernyataan
di atas merujuk pada literasi academic writing.
Membuat suatu masukan yang kritis tidak mudah, harus benar-benar
memahami teks wacana yang dibaca.
Serhingga tingkat imajinasi juga dibutuhka.
Jadi
dapat disimpulkan bahwa di antara penulis, pembaca, maupun isi memiliki koneksi
yang tak bisa dipisahkan. Seorang
penulis membuat suatu karya harus mampu mengajak pembaca agar tidak bosan untuk
membacanya. Begitu pula seorang pembaca
harus mampu berimajinasi dalam memahami makna teks. Sehingga critical thinking, penulis, dan
pembaca ini berada dalam satu lingkaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic