We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Rabu, 19 Februari 2014

Chapter Review


Remidi Literasi Anak Bangsa
Dalam definisi lama literasi adalah kemampuan membaca dan menulis (7th edition oxford advanced learner’s dictionary, 2005: 898). Namun makna dan rujukan literasi terus berevolusi. Literasi tidak hanya mengenai kemampuan membaca dan menulis saja. Pada masa silam membaca dan menulis saja dianggap ‘cukup’ sebagai pendidikan dasar (umum) sebagai bekal manusia untuk menghadapi tantangan zaman. Namun pada kenyataannya membaca dan menulis saja tidak cukup untuk menghadapi zaman yang semakin maju dengan penguasaan teknologi tingkat tinggi (hi-tech). selain itu, Literasi selama bertahun-tahun dianggap sekadar persoalan psikologis yang berkaitan dengan ketrampilan membaca dan menulis, padahal literasi merupakan praktek kultural yang berkaitan dengan persoalan sosial dan politik.

     Literasi tetap berurusan dengan penggnaan bahasa, dan kini merupakan kajian lintas disiplin yang memiliki tujuh dimensi yang terkait antara satu dengan yang lain.
§  Dimensi geografis
Pada intinya dimensi ini bergantung pada tingkat pendidikan dan jejaring social vokasionalnya.
§  Dimensi bidang
Literasi bangsa dapat dilihat melalui kemajuan pada bidang-bidang dikehidupan. Misalnya saja pendidikan. Pendidikan yang berkualitas tinggi menghasilkan literasi yang berkualitas tinggi pula.
§  Dimensi ketrampilan
Literasi seseorang dapat dilihat dari kegiatan membaca, menulis, menghitung dan berbicara. Namun ternyata literasi saja tidak cukup untuk menjadikan seseorang mempunyai kualitas literasi yang tinggi. Namun juga harus memiliki numerasi (ketrampilan menghitung).
§  Dimensi fungsi
Orang yang literat –karena pendidikannya- mampu memecahkan persoalan serta memproduksi pengetahuan dengan mudah.
§  Dimensi media
Untuk menghadapi zaman yang serba modern dan hi-tech ini, untuk menjadi literat tidak cukup pandai  membaca, menulis dan menghitung saja. Tapi juga harus pandai dalam penguasaan teknologi.
§  dimensi jumlah
jumlah yang dimaksud disini misalnya bahasa dan pengetahuan. Multiliterat mampu berinteraksi dalam bebagai situasi. Dia bisa mengimbangi interaksi karena dia mempunyai penguasaan ragam bahasa serta ragam pengetahuan.
§  Dimensi bahasa
Hal ini beranalogi ke dimensi monolingual, bilingual, dan multilingual. Orang yang multilingual ialah orang yang multiliterat.

Ada sepuluh gagasan kunci ihwal literasi yang menunjukkan perubahan paeradigma literasi sesuai dengan tanatangan zaman dan ilmu pengetahuan sekarang ini.
§  Ketertiban lembaga-lembaga social
§  Tingkat kefasihan relative
§  Pengembangan potensi diri dan pegetahuan
§  Standar dunia
§  Warga masyarakat demokrtais
§  Keragaman local
§  Hubungan global
§  Kewarganegaraan yang efektif
§  Bahasa inggris ragam dunia
§  Kemampuan berpikir kritis
§  Masyarakat semiotic

Pendidikan bahasa berbasis literasi sejatinya dilaksanakan dengan mengikuti tujuh prinsip sebagai berikut:
1.   Literasi adalah kecakapan hidup (life skill) yang memungkinkan manusia berfungsi maksimal sebagai anggota masyarakat.
2.  Literasi mencakup kemampuan reseptif dan produktif dalam upaya berwacana secara tertulis ataupun lisan. Karena bahasa itu sendiri bersifat konstruktif dan generative.
3.  Literasi adalah kemampuan memecahkan masalah. Pendidikan bahasa juga melatih siswa berpikir kritis. Bahasa adalah alat berfikir. Mengajarkan bahasa sejatinya adalah melatih siswa menggunakan bahasa dengan nalar.
4.  Literasi adalah refleksi penguasaan dan apresiasi budaya. Karena pendidikan bahasa sejatinya mengajarkan tentang budaya.
5.  Literasi adalah kegiatan refleksi diri. Refleksi adalah konstruk atau pemahaman yang terus berkembang dan semakin canggih.
6.  Literasi adalah hasil kolabrasi. Penulis (tidak) menuliskan sesuatu berdasarkan pemahamannya ihwal clalon pembaca. Pembacapun harus mengerahkan segala pengetahuan dan pengalamannya memaknai tulisan.
7.  Literasi adalah kegiatan melakukan interpretasi.

Rapor merah literasi anak negeri
      Sejak 1999 indonesia ikut dalam proyek penelitina dunia. Penelitian tersebut relevan dengan perbincangan literasi tentang membaca. Dari penelitian tersebut diperoleh temuan-temuan penting mengenai literasi khusunya untuk anak negeri.
Indonesia menempati skor di bawah rata-rata prestasi membaca jika dibandingkan dengan Negara lain. Rendahnya literasi tentang membaca disebabkan oleh beberap hal diantaranya yaitu pendapatan kapita suatu Negara dan indeks pembangunan manusia (HDI) yang rendah, jumlah buku dan sumber belajar yang kurang, serta pendidikan orang tua.
Rendahnya pendapatan kapita suatu Negara berpengaruh terhadap literasi membaca. Hal itu disebabkan karena semakin tinggi pendapatan suatu Negara maka akan semakin sadar betapa pentingnya pengetahuan agar dapat bersaing secara global.
Jumlah buku dan sumber belajar yang kurang menghambat literasi membaca. Sudah barang tenutu hal itu benar adanya. Buku adalah sumber membaca serta sumber belajar yang lain merupakan materi pendukung dalam proses membaca misalnya computer. Pada zaman yang serba canggih ini manusia literasi harus menguasai teknologi. Banyak pengetahuan yang di dapat dari teknologi yang serba canggih di era global ini.
Pendidikan orang tua mendukung literasi membaca. Orang tua yang mempunyai pendidikan tinggi tahu akan pentingnya ilmu pengetahuan. Apalagi orangtua yang lulusan perguruan tinggi. Mereka sangat tahu dan memahami pentingnya membaca dan menulis bagi kehidupan mereka. Orangtua secara langsung menjadi sarana pendukung anak ketika belajar dan memahami sesuatu.
Sejumlah pelajaran yang dapat diambil dari penelitian-penelitian tersebut ialah:
1.   Pendidikan nasional kita belum berhasil menciptakan warg Negara literat yang siap bersaing dengan sejawatnya dari Negara lain. Padahal manusia literat merupakan SDM yang memiliki potensi untuk membangun bangsa. Dengan kata lain, pendidikan literasi pasti mengubah pendapat dan pendapatan.
2.  Dalam laporan PIRLS tidak ditemukan skor prestasi menulis. Namun dapat diprediksi bahwa prestasi menulis sangat bergantung pada kemampuan membaca. Tanpa kegiatan (banyak) membaca, orang sulit menjadi penulis. Namun banyak membaca, tidak menjamin orang menjdi penulis. Maka, minimal harus banyak membaca jika ingin menjadi penulis.
3.  Tidak ditmukan potret spesifik ihwal literasi. hanya terdapat laporan pada hulunya saja tapi tidak pada hilirya. Oleh karena itu perlu adanya penelitian penyebab dan relasi pengajaran literasi di sekolah-sekolah. Dengan kata lain, penguasaan tentang literasi dan pedagogi pengajaran literasi mesti dikuasai oleh guru.
Penelitian yang dilakukan oleh setiadi menyatakan bahwa dalam pengajarannya guru hanya mengandalkan kurikulum nasional dan buku paket. Mereka kurang mengelola atau menghidupkan kelas. Maka perlu adanya penerapan-penerapan method of teaching yang dapat menyegarkan kelas.
Membangun literasi bangsa harus diawali dengan membangun guru yang professional dan guru yang professional hanya dihasilkan oleh lembaga pendidikan guru yang professional juga.
      Dari perbincangan di atas tampak bhwa orang literat adalah orang yag terdidik dan berbudaya. Rekayasa literasi adalah upaya yang disengaja dan sistematis untuk menjadikan manusia terdidik dan berbudaya lewat penguasaan bahasa secara optimal. Penguasaan bahasa adalah pintu masuk menuju kependidikan dan pembudayaan. Seperti yang dibahas pada bab ini, literasi meliputi ketrampilan membaca dan menulis. Dengan demikian rekayasa literasi berarti merekayasa pengajaran membaca dan menulis dalam empat dimensi yaitu: dimensi pengetahuan kebahasaan, dimensi pengetahuan kognitif, pengetahuan perkembangan,dan perkembangan sosiokultural.
      Mengajarkan literasi pada intinya menjadikan manusia yang secara fungsional mempu berbaca-tulis, terdidik, cerdas, dan mampu menunjukan apresiasi terhadap sastra. Dalam garis besarnya, ada tiga paradigma pembelajaran literasi, yaitu decoding, skill, dan whole language (kucer: 2000)
1.   Decoding: siswa menjadi literat pertama dengan menguasai hubungan huruf-bunyi untuk membentuk kata. Akhirnya siswa mampu membuat hubungan tulisan dengan makna.
2.  Ketrampilan, siswa membangun literasi dengan terlebih dahulu dalam pengetahuan tentang literasi, yakni cara memaknai bentuk-bentuk bahasa seperti morfem dan kosakata.
3.  Bahasa secara utuh, pengajaran bahasa mesti berfokus pada pembelajaran makna, yaitu kegiatan mengajarkan makna secara utuh, tidak parsial.

Jadi, rekayasa literasi adalah upaya yang disengaja dan sistematis untuk menjadikan manusia terdidik dan berbudaya lewat penguasaan bahasa secara optimal.
Rekayasa literasi adalah upaya yang seharusnya diterapkan pada anak negeri yang menurut bapak Chaedar lewat peniltian PIRLS mendapatkan “rapor merah”. Rekaya literasi yang paling utama terapkan seharusnya pada lembaha pendidikan dimana guru harus lebih mengetahui mengenai literasi guna menyokong siswanya agar lebih literat. Contohnya dengan menggunakan metode-metode pembelajaran yang dapat menghidupkan kelas.
Adapun sebab lain yang mesti diperhatikan guna me-remidi rapor merah literasi anak negeri. Pendapatan kapita dan HDI, sumber belajar, serta pendidikan orangtua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic