We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Rabu, 19 Februari 2014

Chapter 1 "KALI INI, MENGURAS TENAGA DAN FIKIRAN ( PUSIIIING)"



Apabila melihat negara kita ini sangat miris sekali.  Dalam hal ekonomi, sumberdaya alam, maupun pendidikan.  Ketiga hal atau permasalahan tersebut dikarenakan juga tingkat literasi yang masih rendah.  Oleh karena itu diperlukannya metode maupun pendekatan pengajaran literasi dalam setiap aspeknya menurut para ahli, penggunaan metode dan pendekatan terhadap bahasa asing  terbagi menjadi beberapa kelompok, yakni :
Pendahuluan Struktural.  Pendekatan ini fokus pada penggunaan bahasa tulis dan penguasaan tata bahasa, melatih siswa mengidentifikasi jenis kata, unit sintaksis (kata, frase, klausa ) dan cara menggabungkannya.  Cara ini melatih siswa-siswa menganalisis kesalahan berbahasa.  Namun tidak menjamin siswa mampu menganalisis persoalan sosial seperti bahasa iklan dan gender.
Pendekatan audio lingual (dengar-ucap).  Pendekatan ini terfokus pada latihan dialog-dialog pendek untuk dikuasai oleh siswa.  Tetapi pendekatan ini kurang memberi ruang terhadap variasi ujaran untuk berbagai fungsi.  Selain itu pendekatan ini mengabaikan penguasaan bahasa tulis.
Pendekatan kognitif dan transfoprmatif sebagai implikasi dari teori-teori syntactic structure (comsky, 1957).  Terfokus pengajarannya pada pembangkitan potensi berbahasa siswa sesuai dengan potensi dan kebutuhan lingkungannya.
Pendekatan communicative competence, tokohnya diantaranya Hymes (1976) dan widdowson (1978).  Tujuan pengajaran bahasa adalah menjadikan siswa mampun berkomunikasi dalam bahasa target, mulai dari komunikasi terbatas sampai dengan komunikasi spontan dan alami.  Pendekatan komunikatif juga dianggap kurang eksplisit dalam upaya menjelaskan bentuk dan fungsi, sehingga lahir tata bahasa fungsional atau systemic functional grammar yang dikembangkan oleh Halliday (1985), Martin (2000).
Pendekatan literasi atau pendekatan genre based.  Tujuan pembelajaeran ini adalah menjadikan siswa mampu menghasilkan wacana yang sesuai dengan tuntutan konteks komunikasi.  Yang sangat menonjol dalam pendekatan ini adalah pengenalan berbagai genre wacana lisan maupun tulisan untuk dikuasai oleh siswa.  Dilakukan melalui empat tahapan, yaitu :
Membangun pengetahuan (Building knowledge of field)
Menyusun model-model teks (Modeling of text)
Menyusun teks secara bersama-sama (Joint construction of text)
Menciptakan teks sendiri (Independent construction of text)

Definisi Literasi
Definisi lama literasi adalah kemampuan membaca dan menulis.  Istilah literasi memang jarang dipakai, yang biasa didengar adalah pengajaran bahasa atau pembelajaran bahasa (Setiadi, 2010).  Kemudian ada juga istilah yang ada pada Kamus besar bahasa indonesia yakni literator dan literer.
Sejak dahulu literasi memang dianggap sekedar peersoalan psikologi yang berkaitan dengan kemampuan mental dan keterampilan.  Sebenarnya tidak hanya itu, literasi yakni praktek kultural yang  berkaitan dengan sosial politik.  Zaman sekarang banyak sekali jenis pengenalan literasi.  Seperti literasi komputer, literasi matematika, literasi IPA, dn litewrasi pelajaran lainnya.
Dibawah ini model literasi yang ditawarkan oleh Freebody dan Luke :
Memahami kode dalam teks (Speaking the codes of texts)
Terlibat dalam memaknai teks (Participanting in the meaning of texts)
Menggunakan teks secara fungsional (using texts funcionally)
Melakukan analisis dan mentransformasi teks secara kritis (Critically analyzing and transforming texts).
Keempat model diatas diringkas dalam lima verba yakni memahami, melibati, menggunakan, menganalisis dan mentransformasi teks.  Sebenarnya literasi ini tidak hanya dalam aspek baca-tulis saja, tetapi meluas sampai berbagai macam bidang.  Oleh karena itu memiliki berbagai macam dimensi didalamnya, antara lain :
Dimensi geografis (Lokal, nasional, regional, internasional).  Literasi ini bergantung pada tingkat pendidikan sosial maupun politiknya.
Dimensi bidang pendidikan (Pendidikan, komunikasi, administrasi, hiburan, militer, dan lainnya).  Dimensi ini bergantung pada kecanggihan teknologi komunikasi dan persenjataan.  Sama halnya dengan pendidikan.  Pendidikan yang berkualitas tinggi menghasilkan literasi yang berkualitas tinggi pula.
Dimensi keterampilan (Membaca, menulis, menghitung, berbicara).  Seperti yang telah diutarakan oleh Chaedar alwasilah, bahwa keterampilan seorang mahasiswa atau sarjana yakni tidak lepas dalam kegiatan membaca, menulis, menghitung, dan berbicara.  Namun tidak semua sarjana mampu menulis.  Tetapi mahasiswa untuk menjadi seorang sarjana tidak cukup mengandalkan literasi tapi harus mampu memiliki keterampilan menghitung.
Dimensi fungsi (Memecahkan persoalan, mendapat pekerjaan, mengembangkan potensi).  Orang yang memiliki literasi tinggi akan mudah untuk mendapatkan pekerjaan dan mampu memecahkan masalah dengan ilmu pengetahuan.
Dimensi media (Teks, cetak, visual, digital).  Bagaimanapun kemampuan seseorang tidak hanya cukup dengan membaca dan menulis teks alfabet saja.  Tetapi membaca dan menulis teks cetak seperti koran, novel, visual, dan digital.  Oleh karena itu harus diimbangi pengetahuan Ilmu Teknologi (IT).
Dimensi jumlah (satu, dua, tiga, beberapa), dimensi ini terikat dengan waktu seperti bahasa, variasi bahasa, peristiwa tutur, bidang ilmu dan media.  Aspek tersebut bisa saja berubah dan bersifat relatif.
Dimensi bahasa (Etnis, lokal, nasional, regional, internasional.  Literasi ini adalah literasi singular dan literasi plural.  Contohnya apabila literasi berbahasa indonesia dan inggris kita sangat bagus, tetapi tidak peduli dengan budaya (sunda maupun jawa), maka tingkat literasi budaya kita rendah.

Selain literasi memiliki frase kunci, pendidikan bahasa berbasis literasi juga harus mengikuti tujuh prinsip :
Literasi adalah kecakupan hidup (life skills).  Pendidikan bahasa sejak tingkat dasar dibutuhkan untuk merangsang tingkat pengetahuan bahasa dan mampu memfungsikan dalam masyarakat.  Contohnya membaca menu, kalender, dan lain-lain.
Literasi mencakup kemampuan reseptif dan produktif dalam berwacana secara tertulis maupun lisan.  Prinsip ini juga tak lepas dari pendidikan bahasa di usia dini karena akan berpengaruh besar terhadap kualitas literasi di usia dewasa.  Apalagi seorang mahasiswa harus mampu memproduksi ilmu pengetahuan, karya ilmiah, dan tugas lain.
Literasi adalah kemampuan memecahkan masalah.  Prinsip ini adalah kegiatan literasi yang membutuhkan tingkat konsentrasi yang tinggi.  Mampu menggunakan bahasa dengan nalar dan mampu mengetahui isi dan makna wacana.  Sehingga pengajaran berfikir kritis bisa menjadi kurikulum ditingkat dasar (SD).
Literasi adalah refleksi penguasaan dan apresiasi budaya.  Pendidikan baca-tulis tidak akan lepas dari sistem budaya (sikap, cara).  Oleh karena itu pendidikan di usia dini harus diterapkan pengetahuan budaya agar mampu mengimbangi tingkat literasi di zaman sekarang.
Literasi adalah kegiatan refleksi (diri).  Ini terikat dengan prinsip sebelumnya, bahwa pengajaran pengetahuan budaya sejak dini akan merefleksi kita untuk mengaplikasikan dalam kehidupan dan menanamkan kesadaran komunikasi juga mengajarkan kesadaran perbedaan antara aspek pengetahuan bahasa dan penggunaan bahasa dalam situasi berkomunikasi, karena refleksi ini adalah konstruk dan pemahaman yang terus berkembang dan semakin canggih, maka harus mengimbanginya.
Literasi adalah hasil kolaborasi.  Prinsip ini sangat penting baik untuk penulis maupun pembaca.  Penulis tidak akan membuat suatu karya tulis tanpa ada maksud untuk menarik para pembaca.  Begitupula pembaca, pasti akan membutuhkan bacaan yang sesuai dengan kebutuhan, jadi mereka saling terikat dan disebut kolaborasi.
Literasi adalah kegiatan melakukan kegiatan interpretasi.  Interpretasi disini mencari, menebak, dan membangun makna atas berbagai ranah kehidupan dan bidang ilmu.  Ini sangat bermanfaat terutama untuk para mahasiswa sehingga mampu mensetarakan dengan tingkat literasi di negara lain dan akan sangat berpengaruh terhadap peradaban di negara kita.

Melihat kasus di indonesia, literasi termasuk pada taraf rendah dibandingkan negara lain.
Beberapa penemuan seperti :
Skor prestasi membaca yang rendah dibandingkan Rusia, Hongkong, Kanada, dan Singapura.
Negara yang prestasi membacanya diatas rata-rata ditandai oleh pendapatan kapita yang tinggi pula.  Sementara di indonesia masih belum stabil, ini di akibatkan lemahnya literasi.
Terdapat kategori berdasarkan perbandingan skor membaca literary purposes (LP) dan informational purposes (IP).  Beberapa negara memiliki prestasi (LP) lebih tinggi dari (IP).  Namun indonesia tidak termasuk didalamnya, karena indonesia memiliki prestasi (LP) lebih rendah daripada (IP) sehingga indonesia memiliki indikator lebih tinggi dalam retrieving and straightforward inferencing process daripada dalam interpreting, integrating, dan evaluating process.

Dari beberapa penemuan tersebut dapat menarik sejumlah pelajaran, bahwa tingkat literasi siswa maupun mahasiswa di indonesia masih tertinggal oleh siswa dan mahasiswa di negara lain.  Ini berarti literasi di negara kita belum kompetitif.  Terlihat dari berbagai variabel yang terkait dengan pendidikan literasi yakni pendapatan nasional perkapita, pendidikan orangtua, fasilitas belajar, dan lama belajar di sekolah.

Implementasi
Orang literat adalah orang yang terdidik dan berbudaya.  Rekayasa literasi adalah upaya yang disengaja dan sistematis untuk menjadikan manusia terdidik dan berbudaya lewat penguasaan bahasa secara optimal.  Sekolah seagai lembaga pendidikan formal adalah situs pertama untuk membangun literasi.
Perbaikan rekayasa literasi menyangkut empat dimensi, yakni :
Linguistic atau focus text
Kognitif
Sosiokultural atau fokus kelompok
Perkembangan atau fokus pertumbuhan.


Demikian rekayasa literasi berarti merekayasa pengajaran membaca dan menulis dalam empat dimensi diatas, sebagaimana tampak pada gambar dibawah ini.
Jadi dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi orang yang mampu menyetarakan kualitas pendidikan, maupun sosial maka harus bisa mengaplikasikan metode yang tertera diatas.  Dengan mengikuti langkah-langkah menjadi literat yang baik, kita mampu menstabilkan segala persoalan dan peradaban literasi yang semakin melemah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic