We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Kamis, 27 Februari 2014

Class Review 3 BELUM ADA WAKTU UNTUK BERISTIRAHAT



Suasana pagi yang tak seperti biasanya. Udara dingin yang teramat sangat dingin sampai menusuk tulang, membuat tubuh ini tak kuat untuk menahannya. Derasnya air hujan yang membasahi bumi, membuat mentari enggan menampakkan senyumnya. Perlahan hujan pun mereda, namun mentari tetap tak ingin menampakan senyuman indahnya. Entah sampai kapan mentari akan muncul dan menghangatkan pagi ini.
            Tanjakan itu mulai terasa berat, seakan membuat tubuh ini semakin lemah. Tak ada kata untuk berhenti, tak ada tempat untuk melepas rasa lelah yang kian terasa. Semua akan berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan, dan dengan satu keyakinan semua akan indah pada waktunya.
            Pagi itu terasa semakin tersesat. Rabu 19 Februari 2014, adalah pertemuan yang ketiga dengan dosen yang membimbing Mata Kuliah Writing 4, Mr. Lala Bumela, M.Pd. Kekuatan adalah segalanya, tanpa adanya kekuatan kita tidak akan bisa menjalani semua rintangan yang datang pada hidup kita. Kekuatan seorang penulis terletak pada kekuatan literasinya. Tetapi, harus disadari bahwa daya tahan tubuhlah yang sangat penting, kuat ataukah tidak kita untuk menjadi seorang penulis, sudah fokus atau belumkah kita pada suatu materi. Itu semua tergantung pada daya tahan tubuh masing-masing.
            Mr. Lala mengatakan bahwa, mahasiswa IAIN khususnya Jurusan Bahasa Inggris dapat dikatakan sebagai mahasiswa yang berkualitas, kenapa tidak, karena hanya mahasiswa Bahasa Inggris dari IAIN yang mampu membaca dan berani mengkritik wacana Rekayasa Literasi yang ditulis oleh A. Chaedar Alwasilah, M.A., Ph.D . Mahasiswa dari kampus sekitar IAIN belum tentu mampu membacan dan mengkritiknya. Mr. Lala pun memberikan satu prinsip yaitu ‘Centre of Excellence’ pada para mahasiswa Bahasa Inggris IAIN. Betapa bangganya jadi mahasiswa Bahasa Inggris IAIN, hehe. Tetapi, harus disadari bahwa hal ini adalah campur tangan Mr. Lala Bumela yang sangat super istimewa. Serta patut dibanggakan juga memiliki seorang dosen yang amat sangat literat seperti Beliau.
Berbicara tentang rekaya literasi, yang harus direkayasa adalah cara pengajaran Reading dan Writingnya dalam empat dimensi yaitu mencakup linguistik (fokus pada teks), kognitif (fokus pada minda), perkembangan (fokus pada pertumbuhan) dan sosiokultural (fokus pada kelompok). Literasi bukan hanya menguasai alfabet atau sekedar mengerti hubugan antara bunyi dan simbol tulisannya, tetapi simbol itu difungsikan secara bernalar dalam konteks sosial. Dan kualitas literasi berkembang seiring dengan kematangan diri. Tingkat pendidikan sangat menentukan kualitas literasi seseorang. Bila seseorang tingkat pendidikannya relatif tinggi tetapi tingkat literasinya relatif rendah (misalnya pada umumnya ilmuan Indonesia kurang produktif menulis), bisa jadi karena pendidikan literasinya kurang maksimal, atau karena sudut pandang (paradigma) yang berbeda tentang (pendidikan) literasi. Sekali lagi, literasi adalah kemampuan berbaca-tulis dan malah bagi sebagian orang literasi berkonotasi “general learnedness and familiarity with literature.” (Kern 2003: 3). Artinya, bahwa seorang literat itu tidak sekedah pandai berbaca-tulis, tetapi juga terdidik dan mengenal sastra.
            Sebagai seorang penulis, harus kita sadari bahwa posisi kita saat ini masih Multilingual Writer. Artinya seorang penulis baik pada dua bahasa, yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Kedua bahasa itu adalah sebagai basis kita sebagai penulis. Saat ini, kita harus tahu bagaimana cara menulis, tahu cara mempresentasikan tulisan yang kita tulis, dan tahu cara memproduksi tulisan tersebut. Disamping itu, pemahaman terhadap teks haruslah ditingkatkan. Kenapa? Karena menulis adalah kegiatan memproduksi teks dan tidak ada kegiatan menulis tanpa teks.
            Pemahaman terhadap teks merupakan dimensi utama pada dimensi rekayasa literasi. Teks merupakan modal utama dalam suatu wacana. Teks pula akan membangun makna. Tetapi untuk membangun sebuah makna pada wacana, hal ini tergantung pula pada bahasa yang digunakan,  apakah dapat dipahami oleh pembaca atau tidak. Sesuai dengan apa yang telah disampaikan oleh Bapaknya literasi yaitu Prof. Chaedar “kini adalah zaman (edan) dan pendidikan dasar tidak cukup mengandalkan kemampuan membaca dan menulis.” Dengan artian bahwa, pada zaman modern yang serba canggih dan maju ini semua standar ditingkatkan, semakin tinggi standar kualitas literasi, haruslah dibekali dengan informasi yang lebih banyak dan berkualitas.
            Seperti yang telah dije;laskan tadi, bahwasannya rekayasa literasi adalah merekayasa pembelajaran reading dan writing. Pendekatan pembelajaran writing pada saat ini yaitu terdapat tiga tahapan, yaitu:
1.      Reading
Seperti yangtelah kita ketahui, untuk menjadi seorang penulis yang berkualitas tentunya terlebih dahulu menjadi pembaca yang berkualitas (Quantified Reader). Menjadi seorang pembaca yang berkualitas, tentu saja harus menjadi seorang pembaca yang aktif. Disamping itu, pada saat kita membaca kita harus mempunyai tujuan terlebih dahulu. Artinya, pada saat membaca, kita tidak hanya membaca tetapi harus bisa memahami teks yang kita baca. Dengan membaca, tentunya kita dituntut untk mencari berbagai maca informasi yang dapat menunjang kualitas baca kita. Jadi, membaca merupakan tahap pertama untk menjadi seorang penulis yang berkualitas.
2.      Respond
Setelah tahap pertama terlewatkan, yait u menjadi seorang pembaca yang aktif, kita beranjak pada tahap selanjutnya, yaitu merespon apa yang sudah kita baca. Dengan demikian kita dituntu untuk memberikan pendapat atau kritikan terhapad teks yang sudah kita baca.
3.      Re-write
Tahap yang terakhir yaitu menuliskan kembali apa yang telah kita baca dan respon. Pada tahap inilah mahasiswa dituntut untuk mengekspresikan pendapat mereka melalui tulisan. Tetapi, harus digarisbawahi penulis yang berkualitas tinggi adalah penulis yang kritis. Pada tahap ini pula membangun karateristik penulis yang berkualitas dapat terlihat. Jadi, dapat dikatakan bahwa menuliskan kembali apa yang telah kita pelajari dan telah kita respon merupakan kunci untuk dapat lebih memahami sesuatu yang telah dipelajari.

Belajar tentang Academic Writing, kita perlu mengetahui Appetizer elements yang mendukung, yaitu:
1.      Cohesi (Kohesi). Yaitu gerakan halus atau “aliran” antara kalimat dan paragraf.
2.      Clarity (Kejelasan). Yaitu makna yang akan membuat komunikasi menjadi sangat jelas.
3.      Logical Order (Urutan logis). Pada elemen ini mengacu pada informasi yang logis. Dalam penulisan akademik, penulis cenderung bergerak dari yang umum ke yang khusus.
4.      Consistency (Konsisten). Yaitu mengacu pada keseragaman gaya penulis.
5.      Unity (unit). Yaitu mengacu pada kesatuan pada informasi suatu topik, tetapi ada pengecualian informasi yang tidak secara langsung berhubungan dengan topik yang dibahas dalam paragraf tertentu.
6.      Conciseness (Keringkasan). Yaitu ekonomi dalam menggunakan kata-kata. Tulisan yang bagus dengan cepat sampai ke titik dan menghilangkan kata yang tidak perly dan tidak perlu mengulang (redudancy). Pengecualian dari informasi  yang tidak perlu mempromosikpersatuan dan kesatan uan.
7.      Completeness (Kelengkapan). Sementara informasi berulang-ulang atau tidak perlu harus dihilangkan, penulis memberikan informasi penting mengenai suatu topik tertentu.
8.      Variety (Ragam). Variety membantu pembaca dengan menambahkan beberapa ‘bumbu’ untuk sebuah teks.
9.      Formality (Formalitas). Menulis akademik adalah formal dalam nada. Ini berarti baahwa kosakata canggih dan struktur tata bahasa yang digunakan.

Kesembilan elemen tersebut sangatlah berperan peting terhadap kualitas Academic Writing seorang mahasiswa. Jika tulisannya sudah mengandung kesembilan elemen tersebut berarti tulisan kita berkualitas baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic