We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Rabu, 19 Februari 2014

Class Review 2

Coretan Pena

Satu fikiran terfokus
Satu hati terbelenggu
Satu kata telah terucap
Aku harus menulis...
Dua mata tak berkedip
Dua kaki hanya terpaku
Dua tangan tak boleh diam
Aduh baru dua lembar...
Tiga gelas telah kureguk
Tiga piring telah kulahap
Tiga kali aku bergumam
Kenapa masih tiga lembar?
Empat menit telah usai
Empat jam telah berlalu
Empat hari telah terlewati
Hanya empat lembar..
Ternyata memang amat sukar...
Menulis memang harus sabar...
  


Pelajar “Dipaksa” Menulis

Kita sering kali salah langkah dalam membangun budaya belajar khususnya budaya literasi, seperti yang terjadi saat ini yakni pemaksaan belajar, bukannya pemahaman belajar, atau bahkan salah paham dalam belajar. Sebagian besar mahasiswa maupun pelajar menekuni baca-tulis jika guru atau dosen mereka menugaskan mereka untuk belajar. Fenomena tentunya. Mengapa?
Marilah kita renungkan apakah pendidikan di Indonesia mengawali masa – masa pendidikanya dengan materi “keutaman ilmu, kedudukan ilmu, hakikat ilmu, dan tujuan berilmu?” Tentu jawabannya sangat jarang kita temukan, bahkan besar kemungkinan tidak terdapat di kurikulum pendidikan formal. Malah mayoritas yang di ajarkan sekolah – sekolah formal adalah Matematika, IPA, IPS, dan lainnya. Anak – anak Indonesia sering kali dibuat bingung dengan pertanyaan-pertanyaan dasar yang terlintas di kepalanya “ngapain sih berhitung rumit seperti ini ? apa manfaatnya untuk saya?” Menuntut ilmu tanpa pemahaman keutamaan ilmu akan membuat seseorang tidak memiliki semangat belajar atau bahkan berhenti untuk belajar.
Permasalahan lain yang dihadapi oleh bangsa ini adalah salah paham dalam belajar. Tidak sedikit di antara kita yang mendapatkan pertanyaan dari orang tua murid ketika hendak lulus SMA kemudian memilih jurusan di Universitas “Kalau masuk jurusan ini nanti kerjanya dimana ya?” Padahal yang seharusnya ditanyakan adalah “kalau masuk jurusan ini nanti mendapatkan ilmu apa saja ya?” Kesalahpahaman tersebut dapat terjadi karena kita tidak pernah dididik bahwa ilmu itu tidak sekedar mengejar materi dunia melainkan juga ketinggian derajat di dunia dan akhirat. Jika hanya materi yang menjadi tolak ukur kita dalam menuntut ilmu, maka yang terjadi adalah berhentinya seseorang untuk belajar. Ketika pekerjaan yang diidamkan telah diraih, maka dapat dipastikan orang tersebut akan berhenti untuk belajar. Oleh karenanya langkah awal yang harus dilakukan seorang mahasiswa maupun pelajar dalam membangun budaya literasi adalah mempelajari tentang keutamaan Ilmu.
                Keutamaan – keutamaan ilmu banyak sekali tercantum di dalam Al-Qur’an & Sunnah Rasul : “Adakah sama orang – orang yang mengetahui dengan orang – orang yang tidak mengetahui?” (Az-Zumar: 9) “Barangsiapa meniti suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah memudahkan jalan baginya ke surga.” (H.R Muslim) Ali R.A pernah ditanya oleh sahabatnya, manakah yang lebih mulia, ilmu atau harta? Ali.R.A berkata “Lebih mulia ilmu. Ilmu menjagamu, sedangkan harta kamu harus menjaganya. Ilmu bila kamu menggunakan akan bertambah, sedangkan harta bila kamu salah menggunakan maka akan berkurang. llmu warisan para nabi, harta warisan Firaun. Ilmu menjadikan kamu bersatu, sedangkan harta bisa membuat kamu terpecah belah”. Benarlah apa yang dikatakan Imam Ali, bahwa ilmu akan menjagamu dari keputusan – keputusan bodoh. Ilmu sangat wajib dimiliki oleh para mahasiswa dan pelajar. Karena mahasiswa maupun pelajar sering kali memberikan respon, kritik, dan saran perihal permasalah-permasalahan politik negara, sosial masyarakat, dan keadaan ekonomi bangsa. Oleh sebab itu mahasiswa maupun pelajar harus membangun budaya literasi dimulai dari kesadaran diri sendiri kemudian menularkannya kepada orang lain. Inilah yang dinamakan virus literasi. Sungguh sangat beruntung bangsa yang telah terjangkit virus ini.

Apa sih pentingnya baca-tulis (literasi) menurut Islam?

Kita dapat melihat sampai hari ini berapa banyak mahasiswa  yang hobi membaca dan menulis? Jawabannya tentu tidak banyak mahasiswa yang hobi membaca dan menulis. Kegiatan anak muda ini lebih banyak disibukkan dengan kegiatan yang sifatnya hura-hura belaka. Padahal Allah SWT jelas-jelas memerintahkan kita untuk membaca dan menulis. Allah berfirman di dalam surat Al-Alaq 1-5:

1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589],
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan kalam yakni baca-tulis (literasi).

Secara sederhana iqra dapat dipahami sebagai metode membaca. Tetapi kandungan makna dari kata iqra ini sangat dalam dan memiliki implikasi luas. Dalam ayat tersebut Allah SWT menyuruh nabi Muhammad SAW agar membaca. Objek yang dibaca sangat bermacam-macam, mulai dari ayat-ayat al-quran, manusia maupun dari alam. Objek yang dibaca itu dalam artian ditelaah, diobservasi, diidentifikasi, dikategorikan, dibandingkan, dianalisa, dan disimpulkan sehingga menghasilkan ilmu pengetahuan. Dengan membaca Al-Quran dalam pengertian yang luas, maka lahirlah ilmu-ilmu keislaman seperti ilmu kalam, fiqih, akhlak, dan tafsir. Sementara itu dengan membaca ayat-ayat Allah dari alam menghasilkan ilmu-ilmu kealaman seperti fisika, kimia, biologi, dan astronomi. Dengan membaca ayat-ayat Allah yang terdapat dalam diri manusia baik fisik jiwa maupun perilakunya maka lahirlah ilmu kedokteran, psikologi, sosiologi, dan antropologi.
Kata iqra dalam ayat tersebut diulang sebanyak 2 kali, yakni pada ayat pertama dan ayat ketiga. Hal ini bermakna bahwa membaca tidak akan masuk dan berbekas ke dalam jiwa kecuali dengan dilakukan secara berulang-ulang, minimal 2 kali. Pengulangan ini juga mengisyaratkan bahwa manusia memiliki keterbatasan dalam menyerap ilmu dan informasi melalui membaca. Untuk itu dibutuhkan perantara kalam yakni literasi ke dalam suatu bentuk tulisan yang secara utuh yang tidak dapat terjangkau oleh keterbatasan daya ingat manusia.
Allah menjadikan kalam sebagai media yang digunakan manusia dalam rangka memahami sesuatu, sebagaimana mereka memahaminya melalui ucapan. Pada perkembangan selanjutnya, pengertian kalam tidak hanya terbatas pada alat tulis, melainkan segala sesuatu yang digunakan untuk mencatat, menyimpan, dan merekam informasi seseorang. Secara tidak langsung ayat ini mengisyaratkan perlunya media untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran. Dalam konteks pendidikan modern, ayat ini terkait dengan perlunya teknologi pendidikan.(Dr. H Muhsin An. Syadilie, M. Si, dkk. Konsep Pendidikan Perspektif Al-Quran : Kontemplasi Filosofis Tafsir Tarbawi. 2012. Yogyakarta : Spirit for Education and Development).
Dengan demikian, kedudukan budaya literasi sangatlah tinggi dalam ajaan Islam. Ini berimplikasi pada kemajuan peradaban suatu bangsa. Pada zaman keemasan Islam telah diketahui bahwa sangat jelas masyarakat kala itu mengidolakan budaya keilmuan membaca, meneliti, menulis dan berdiskusi. Sehingga jelaslah nampak apabila suatu bangsa ingin memiliki peradaban yang tinggi, maka haruslah memiliki rasa cinta dan kepedulian terhadap literasi.   Jangan sampai ada lagi “pemaksaan” dan “salah paham” belajar dalam dunia pendidikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic