Class Review 1
Terkadang,
sebagian orang berpendapat kalau ingin bisa melakukan sesuatu atau menjadi
sesuatu, maka hal pertama yang harus dilakukan ialah menyukai apa-apa yang akan
dilakukan. Dari rasa suka itulah yang
nantinya akan muncul passion atau kecintaan untuk melakukan yang terbaik dengan
sepenuh hati, sehingga apa yang dilakukannya akan memberikan hasil yang
membanggakan. Seperti halnya menulis,
kalau ingin bisa menulis, maka harus banyak membaca dan suka menulis agar memiliki
wawasan yang luas serta nantinya akan terbiasa dalam menulis.
Dulu bagi saya,
menulis adalah kegiatan yang sangat melelahkan.
Bahkan sampai sekarang pun masih tetap sama. Mengapa demikian? Karena dimata saya, menulis itu tidak hanya
sekedar menguras tenaga saja, melainkan menguras hati dan pikiran saya. Ketika
menulis, seseorang harus bisa menuangkan dan mengembangkan idenya ke dalam
sebuah tulisan, oleh karenanya dibutuhkan wawasan, kesabaran dan konsentrasi
penuh agar bisa mencapai hasil yang maksimal.
Hari ini merupakan
hari pertama dimana saya kembali menjalankan kewajiban saya yaitu belajar di
IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Itu artinya,
saya akan berhadapan dengan dosen-dosen dan mata kuliah yang baru. Di semester kali ini, saya bertemu kembali
dengan dosen yang paling saya kagumi yaitu Mr. Lala Bumela, M.Pd. Jika di semester sebelumnya beliau mengajar “Phonology”,
sekarang beliau mengajar “Writing 4” di kelas kami. Ada banyak hal yang beliau utarakan di
pertemuan pertama kami, diantaranya : penjelasan mengenai kontrak belajar,
silabus, dan buku-buku apa saja yang dibutuhkan untuk memenuhi tugas mata
kuliah ini. Selain itu, beliau juga
berkata, “Di semester kali ini tantangan yang akan kita hadapi akan lebih
berat dari sebelumnya. Salah satu
diantaranya yaitu kita harus meneliti bagaimana teori-teori penulisan dan
pengajaran menulis telah berevolusi, sifat penulisan yang baik itu seperti apa,
sifat teks dan genre serta bagaimana cara merefleksikan penggunaannya dalam
komunitas wacana tertentu, dan sebagainya.”
Menurut Hyland bagi
orang yang belajar bagaimana cara menulis dengan menggunakan bahasa kedua (L2)
merupakan salah satu aspek yang paling menantang dari pembelajaran bahasa
kedua. Bahkan bagi mereka yang
menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa pertamanya, akan merasa kesulitan
dalam menulis karena kemampuan untuk menulis secara efektif adalah sesuatu yang
membutuhkan instruksi yang luas dan khusus.
(Hyland 2003; Hyland 2004)
Ada banyak hal
yang harus direnungkan oleh kami bahwa di mata kuliah “Writing 4” ini butuh perjuangan dan kerja keras. Diantaranya
yaitu kita akan merasakan yang namanya kurang tidur, sakit mata akibat terlalu
banyak digunakan untuk membaca, nyeri punggung, jari-jemari yang tegang karena
sering digunakan untuk menulis atau mengetik, buku-buku yang berserakan
dimana-mana, dan lain-lain. Meskipun
begitu, menulis dapat membuat kita menjadi seorang mahasiswa yang lebih baik,
seorang individu yang lebih baik, dan tentu saja menjadi seorang warga negara
yang lebih baik. Kata Maria Popova, “Perfection is like chasing the
horizon. Keep moving.” Kesempurnaan itu seperti mengejar cakrawala. Oleh karena itu, kita harus terus berjalan
untuk mencapai kesempurnaan itu.
Dengan memiliki
kemampuan menulis, dapat membantu guru bahasa menjadi guru menulis, karena di
zaman sekarang ini tidak semua guru bahasa memiliki kemampuan menulis yang
baik. Oleh karena itu, seorang guru yang
efektif ialah seorang guru yang dapat membuat pilihan informasi baik itu
tentang metode, bahan ajar, dan prosedur yang akan digunakan di dalam kelas
sesuai dengan pemahaman yang jelas tentang sikap dan praktek dalam profesinya
saat ini. Artinya, guru tersebut tidak
langsung percaya begitu saja dengan informasi yang ia dapatkan sebelum ia tahu
kebenaran dan keakuratannya. Di samping
itu, seorang guru yang kuat ialah guru yang reflektif, dan refleksi itu
membutuhkan pengetahuan untuk menghubungkan kegiatan kelas dengan penelitian
dan teori yang relevan.
Menulis itu pada
awalnya memang sulit, karena dalam menulis kita harus menyusun kalimat,
merangkai paragraf yang tentunya butuh pembelajaran yang bisa memakan waktu
cukup lama. Kebiasaan juga dibutuhkan
dalam menulis, dan untuk menumbuhkan kebiasaan itu sering kali harus dipaksa,
karena kalau tidak dipaksa sampai kapan pun kita tidak akan bisa menulis dengan
baik.
Menurut pak
lala, menulis itu melibatkan penyusunan
keterampilan, pengetahuan tentang teks, konteks, dan pembaca. Seperti kerajinan apapun, hasil tulisan kita
juga akan menjadi lebih baik dan terus meningkat dengan adanya praktek, dan
apabila kita terus-menerus berlatih menulis, kita akan terbiasa menulis. Bahasa pertama (L1) kita adalah dasar untuk
bahasa kedua (L2). Jadi, jika kita sudah menguasai bahasa pertama, kita akan
lebih mudah dalam mempelajari bahasa kedua.
Dari uraian di
atas dapat disimpulkan bahwa menulis itu bukanlah suatu hal yang mudah bagi
orang yang tidak terbiasa dalam menulis.
Menulis merupakan kegiatan yang sangat melelahkan, karena butuh
perjuangan dan kerja keras untuk mencapai hasil yang maksimal dan
membanggakan. Selain itu, menulis juga
dapat membuat kita menjadi seorang mahasiswa yang lebih baik, seorang individu
yang lebih baik, dan tentu saja menjadi seorang warga negara yang lebih
baik. Bahkan dengan memiliki kemampuan
menulis, dapat membantu seorang guru bahasa menjadi guru menulis, karena di
zaman sekarang ini tidak semua guru bahasa memiliki kemampuan menulis yang
baik. Oleh karena itu, jika kita ingin
memiliki kemampuan menulis yang baik, maka kita harus memaksa diri kita untuk
terbiasa menulis, karena dari kebiasaan itulah kita akan bisa menulis dengan
baik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic