Stamina Sang Penulis
Bolehkah
saya menyombongkan diri? Bolehkah saya menjawab ‘boleh’? boleh ataupun tidak,
namun pada kenyataannya saya ‘sedikit’ menyombongkan diri. Seseorang yang menyombongkan
diri tentu sajadibalik itu semua ada sesuatu yang dibanggakan. Saya sedikit
berani menyombongkan diri saya karena sampai saat ini saya masih bertahan
memproduksi banyak teks. Terlebih dalam mata kuliah writing tiga ini.
Saya
masih mempunyai segudang stamina yang bisa saya gunakan untuk menghadapi mata
kuliah academic writing ini. yang kata Mr. Lala Bumela membutuhkan keberanian
dan kemauan yang kuat untuk menghadapi tantangan yang semakin berat. Belum lagi
tugas yang semakin berat pula. Namun saya adalah orang yang kuat sebagai mana
yang pernah beliau katakana pada mata kuliah writing semester dua bahwa:
Hanya orang-orang yang kuat yang akan terus
bertahan sampai akhir dengan saya (Mr. Lala Bumela, M.Pd.).
Saya kuat. Bahkan untuk menulis banyak teks dalam log buk ini. Bahkan saya lebih senang menulis dengan dengan pena dalam buku ini setelah saya mengetahui bahwa
Menulis dengan pena mampu meningkatkan kemampuan berbahasa
Pada
pertemuan sebelumnya Mr. Lala Bumela, Mpd. menceritakan kepada kami bahwa di
India terdapat Universitas yang kulitasnya bagus meskipun gedungnya tak sebagus
gedung kampus ini. Namun yang ‘amazing’ dari mereka ialah mereka banyak menulis.
Bahkan saat ujian mereka mengerjakan jawaban berlembar-lembar dengan tangan.
Awalnya saya merasa bahwa mereka mungkin ‘gaptek’ atau konserpatif.
Namun
sesuatu yang mencengangkan baru saya ketahui bahwa menulis dengan tangan mampu
meningkatkan kemampuan berbahasa. Hal ini dijelaskan di media Kompas.com.
mengapa menulis dapat meningkatkan kemampuan berbahasa. Hal itu disebabkan
karena ketika kita menulis dengan tangan bagian otak kita yang dinamakan broca
lebih aktif. Bagian otak ini berkaitan dengan kemampuan berbahasa. Bahkan
apabila bagian otak ini mengalami kerusakan akan mengalami kesulitan berbicara.
Bicara
mengenai bahasa tentunya berkaitan erat dengan topic yang sedang hangat di
bahas pada mata kuliah ini. Apalagi jika bukan mengenai literasi. karena
menurut bapak chaedar bahwa literasi tetap berurusan dengan penguasaan bahasa.
Bahkan
menurut Hayland “academic literacy emphasize that the ways in we use language,
referred to as literacy practices, are patterned by social institution and
power relationship” jadi sudah jelas bahwa literasi erat kaitannya dengan
bahasa. Bahkan hayland dalam bukunya mengatakan bahwa ‘literacy is something we
do’ kemudian pernyataan hayland
diperkuat lagi oleh Hamilton dimana ia menyatakan bahwa melihat literasi sebagai
aktifitas yang terletak dalam interaksi antara masyarakat.
Dari
pernyataan pernyataan tersebut dapat kita ketahui bahwa bahasa penting untuk
interaksi dan literasi dipandang sebagai interaksi. Karena dalam literasi
menekankan penggunaan bahasa. Hal ini berarti bahasa mempunyai peran yang
sangat penting untuk literasi. baik bahasa pertama maupun bahasa kedua.
Berbicara
mengenai bahasa pertama ataupun bahasa kedua, orang yang multiliterat ialah
orang yang multilingual. Sebab, orang multiliterat mampu berinteraksi dalam
berbagai situasi. Sementara jelas kita ketahui salah satu sarana yang sangat
krusial dari interaksi ialah bahasa. Tanpa bahasa tidak akan terjadi interaksi.
Pentingnya
bahasa dalam interaksi menyadarkan kita pentingnya belajar mengenai bahasa.
Selain bahasa sebagai modal awal dalam melakukan interaksi, bahasa juga
mengajarkan kita ketrampilan berfikir kritis. Sementara pengajaran bahasa
(language art) yang baik menghasilkan orang literat, yang mampu menggunakan
empat dimensi secera serempak, aktif, dan terintegrasi. Serta dapat menggunakan
bahasa secara efektif dan efisien.
Kegiatan
literasi secara serentak melibatkan keempat dimensi yang disebutkan diatas.
Literasi tidak sesederhana hanya dengan menuasai ketrampilan membaca dan
menulis saja. Namun literasi juga berkaitan dengan memahami, melibatkan,
menggunakan, menganalisis, serta mentransformasikan. Karena literasi bukan
hanya soal membaca dan menulis saja namun literasi sejatinya ialah praktek
cultural yang berkaitan dengan persoalan sosial politik. Sehingga literasi
menuntut seseorang untuk berfikir kritis lewat pengajaran (seperti yang telah
disebutkan diatas).
Definisi
literasi terus menjamur sesuai dengan tuntutan “zaman edan” sehingga tuntutan
mengenai perubahan pengajaranpun tidak bisa dihindari. Karena pada dasarnya
pendidikan yang berkyalitas tinggi pasti akan menghasilkan literasi yang
berkualitas tinggi pula dan juga sebaliknya. Pendidikan yang berkualitas tinggi
tentunya tidak akan menghasilkan para literat tanpa ada dukungan dari pengajar.
Karena
pada dasarnya ujung tombak pendidikan literasi adalah guru. Dengan kata lain,
membangun literasi bangsa harus diawali dengan membangun guru yang
professional, guru yang professional hanya dihasilkan oleh lembaha pendidikan
guru yang professional juga (alwasilah:2012).
Guru
yang professional guna mengembangkan literasi serta mencetak literat-literat
pada masa mendatang seharusnya dapat melakukan rekayasa literasi. dimana
menurut pak Chaedar rekayasa literasi ialah upaya yang disengaja dan sistematis
untuk menjadikan manusia terdidik dan berbudaya lewat penguasaan bahasa secara
optimal. Sementara penguasaan bahasa adalah pintu masuk menuju pendidikan dan
pembudayaan. Rekayasa literasi dapat dilakukan melalui prosesnya dengan
menggunakan metode metode mengajar yang dapat menghidupkan kelas.
Dari
seluruh uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa bahasa merupakan unsure
yang penting dalam literasi. hal ini karena bahasa dilihat sebagai aktifitas
dalam interaksi sementara interaksi unsure yang paling krusial ialah bahasa.
Melalui pengajaran bahasa pula seseorang diajarkan ketrampilan berpikir kritis.
dalam pembelajaran literasi yang menjadi ujung tombak ialah guru dan guru yang
professional ialah guru yang mampu merekayasa literasi melalui prosesnya dengan
menerapkan method of teaching yang dapat menghidupkan kelas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic