We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Selasa, 25 Februari 2014

3rd Class Review


Stamina Sang Penulis
Bolehkah saya menyombongkan diri? Bolehkah saya menjawab ‘boleh’? boleh ataupun tidak, namun pada kenyataannya saya ‘sedikit’ menyombongkan diri. Seseorang yang menyombongkan diri tentu sajadibalik itu semua ada sesuatu yang dibanggakan. Saya sedikit berani menyombongkan diri saya karena sampai saat ini saya masih bertahan memproduksi banyak teks. Terlebih dalam mata kuliah writing tiga ini.
Saya masih mempunyai segudang stamina yang bisa saya gunakan untuk menghadapi mata kuliah academic writing ini. yang kata Mr. Lala Bumela membutuhkan keberanian dan kemauan yang kuat untuk menghadapi tantangan yang semakin berat. Belum lagi tugas yang semakin berat pula. Namun saya adalah orang yang kuat sebagai mana yang pernah beliau katakana pada mata kuliah writing semester dua bahwa:
Hanya orang-orang yang kuat yang akan terus bertahan sampai akhir dengan saya (Mr. Lala Bumela, M.Pd.).

Saya kuat. Bahkan untuk menulis banyak teks dalam log buk ini. Bahkan saya lebih senang menulis dengan dengan pena dalam buku ini setelah saya mengetahui bahwa
Menulis dengan pena mampu meningkatkan kemampuan berbahasa

Pada pertemuan sebelumnya Mr. Lala Bumela, Mpd. menceritakan kepada kami bahwa di India terdapat Universitas yang kulitasnya bagus meskipun gedungnya tak sebagus gedung kampus ini. Namun yang ‘amazing’ dari mereka ialah mereka banyak menulis. Bahkan saat ujian mereka mengerjakan jawaban berlembar-lembar dengan tangan. Awalnya saya merasa bahwa mereka mungkin ‘gaptek’ atau konserpatif.
Namun sesuatu yang mencengangkan baru saya ketahui bahwa menulis dengan tangan mampu meningkatkan kemampuan berbahasa. Hal ini dijelaskan di media Kompas.com. mengapa menulis dapat meningkatkan kemampuan berbahasa. Hal itu disebabkan karena ketika kita menulis dengan tangan bagian otak kita yang dinamakan broca lebih aktif. Bagian otak ini berkaitan dengan kemampuan berbahasa. Bahkan apabila bagian otak ini mengalami kerusakan akan mengalami kesulitan berbicara.
Bicara mengenai bahasa tentunya berkaitan erat dengan topic yang sedang hangat di bahas pada mata kuliah ini. Apalagi jika bukan mengenai literasi. karena menurut bapak chaedar bahwa literasi tetap berurusan dengan penguasaan bahasa.
Bahkan menurut Hayland “academic literacy emphasize that the ways in we use language, referred to as literacy practices, are patterned by social institution and power relationship” jadi sudah jelas bahwa literasi erat kaitannya dengan bahasa. Bahkan hayland dalam bukunya mengatakan bahwa ‘literacy is something we do’  kemudian pernyataan hayland diperkuat lagi oleh Hamilton dimana ia menyatakan bahwa melihat literasi sebagai aktifitas yang terletak dalam interaksi antara masyarakat.
Dari pernyataan pernyataan tersebut dapat kita ketahui bahwa bahasa penting untuk interaksi dan literasi dipandang sebagai interaksi. Karena dalam literasi menekankan penggunaan bahasa. Hal ini berarti bahasa mempunyai peran yang sangat penting untuk literasi. baik bahasa pertama maupun bahasa kedua.
Berbicara mengenai bahasa pertama ataupun bahasa kedua, orang yang multiliterat ialah orang yang multilingual. Sebab, orang multiliterat mampu berinteraksi dalam berbagai situasi. Sementara jelas kita ketahui salah satu sarana yang sangat krusial dari interaksi ialah bahasa. Tanpa bahasa tidak akan terjadi interaksi.
Pentingnya bahasa dalam interaksi menyadarkan kita pentingnya belajar mengenai bahasa. Selain bahasa sebagai modal awal dalam melakukan interaksi, bahasa juga mengajarkan kita ketrampilan berfikir kritis. Sementara pengajaran bahasa (language art) yang baik menghasilkan orang literat, yang mampu menggunakan empat dimensi secera serempak, aktif, dan terintegrasi. Serta dapat menggunakan bahasa secara efektif dan efisien.
 
Kegiatan literasi secara serentak melibatkan keempat dimensi yang disebutkan diatas. Literasi tidak sesederhana hanya dengan menuasai ketrampilan membaca dan menulis saja. Namun literasi juga berkaitan dengan memahami, melibatkan, menggunakan, menganalisis, serta mentransformasikan. Karena literasi bukan hanya soal membaca dan menulis saja namun literasi sejatinya ialah praktek cultural yang berkaitan dengan persoalan sosial politik. Sehingga literasi menuntut seseorang untuk berfikir kritis lewat pengajaran (seperti yang telah disebutkan diatas).
Definisi literasi terus menjamur sesuai dengan tuntutan “zaman edan” sehingga tuntutan mengenai perubahan pengajaranpun tidak bisa dihindari. Karena pada dasarnya pendidikan yang berkyalitas tinggi pasti akan menghasilkan literasi yang berkualitas tinggi pula dan juga sebaliknya. Pendidikan yang berkualitas tinggi tentunya tidak akan menghasilkan para literat tanpa ada dukungan dari pengajar.
Karena pada dasarnya ujung tombak pendidikan literasi adalah guru. Dengan kata lain, membangun literasi bangsa harus diawali dengan membangun guru yang professional, guru yang professional hanya dihasilkan oleh lembaha pendidikan guru yang professional juga (alwasilah:2012).
Guru yang professional guna mengembangkan literasi serta mencetak literat-literat pada masa mendatang seharusnya dapat melakukan rekayasa literasi. dimana menurut pak Chaedar rekayasa literasi ialah upaya yang disengaja dan sistematis untuk menjadikan manusia terdidik dan berbudaya lewat penguasaan bahasa secara optimal. Sementara penguasaan bahasa adalah pintu masuk menuju pendidikan dan pembudayaan. Rekayasa literasi dapat dilakukan melalui prosesnya dengan menggunakan metode metode mengajar yang dapat menghidupkan kelas.
Dari seluruh uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa bahasa merupakan unsure yang penting dalam literasi. hal ini karena bahasa dilihat sebagai aktifitas dalam interaksi sementara interaksi unsure yang paling krusial ialah bahasa. Melalui pengajaran bahasa pula seseorang diajarkan ketrampilan berpikir kritis. dalam pembelajaran literasi yang menjadi ujung tombak ialah guru dan guru yang professional ialah guru yang mampu merekayasa literasi melalui prosesnya dengan menerapkan method of teaching yang dapat menghidupkan kelas.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic