We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Sabtu, 17 Mei 2014

PROBLEM SOLVING TO MAKE A GOOD WRITING


-Class review 12-

Pergolakan internal yang menyesakkan dada rupanya belum berakhir dengan nyata, terhitung hari Selasa 13 Mei 2014. Genderang perang mulai sayup-sayup terdengar, senjata-senjata runcing sudah siap berbaris dalam mimbar kekuasaan, dan teriakan laskar-laskar gigih sudah siap dalam memperebutkan barisan depan. Pertempuran setengah musim akan terulang kembali di medan perang ini, bersama divisi PBI-C.  Dengan selalu menerima puluhan bom kertas yang tak tahu kapan akan meledak, ranjau-ranjau kecil yang berbaris dalam tumpukan kalimat akan siap meledakan diriya jika kita tak berhati-hati menjinakannya. Ini menjadi harapan sebenarnya, kita bukan hanya menjadi perakit bom ulung tapi perakit nuklir handal. Dengan tetesan darah dan keringat menjadi saksi semuanya, kita berharap dalam pertempuran akhir ini menjadi akhir yang bahagia dalam perang Academic Writing.
Dalam akhir ini, guratan tinta kembali menjamah kertas putih suci yang bersahaja. Mr. Lala Bumela belum berakhir dalam mendeklarasikan sejarah dunia, sejarah dalam mengukir duka nestapa di Papua Barat. Akhir pertempuran ini kita akan mengahadapi sejarah kembali, dengan penulisan Argumentative Essay. Sebelum pertempuran besar akan dimulai, beliau memeberikan wejangan kepada kita dengan meng-highlight hal-hal penting tentang apa yang dikatakan Ken Hyland dalam bukunya Teaching and Researching Writing (2009).  Kelas kita sudah seberapa jauh penekanan tentang Ken Hyland, dengan proses review tulisan.
Melalui pendekatan pedagogy dalam menulis, diharapkan kita mampu mengembangkan tulisan kita setelah terjadinya teknik menghasilkan, penyusunan, merevisi dan menanggapi berbagai teks, dan mengembangkan pengakuan bahwa menulis melibatkan mediasi antara penulis dan penonton [Ken Hyland (2009)]. Melalui pendekatan tersebut, kita berada di tahap revisi pertama dalam melakukan Argumetative Essay.  Dalam buku Ken Hyland (2009:80) menjelaskan, bahwa ada 5 proses dalam menulis, yaitu: Problem Solving, Generative, Recursive, Collaborative dan Developmental.
1.      Problem-Solving
Menulis adalah pemecahan suatu masalah, metode ini juga dikemukakan oleh Flower. Penulis menggunakan strategi penemuan dan perencanaan yang luas untuk menyelesaikan masalah retoris bahwa setiap penulisan tugas dihadirkan. Dalam proyek Essay ini, memecahkan masalah tentang tulisan yang S. Eben Kirkskey tuliskan mengenai konflik Papua, kita tahu bahwa BP (British Petroleum) adalah sumber masalahnya. Hal ini juga bisa dikatakan memetakan konflik Papua. Tapi ada banyak pertanyaan yang timbul dalam tulisan Eben, dengan tidak menuliskan PT Freeport juga selain BP. Jika diteliti Freeport lah yang lebih dulu datang, statement ini bisa dituliskan dalam pemecahan masalah Papua.
Dalam proyek analisis tersebut, Ken Hyland juga mengatakan ada 2 syaratnya:
a.       Penulis  yang mampu memecahkan masalah adalah penulis yang mempunyai strategi
b.      Penulis mampu merencanakan, karena perencanaan itu extensive (luas).
2.      Generative
Penulis mengeksplorasi dan menemukan ide-ide yang mereka tulis. Yang menarik dalam menulis adalah menyelam lautan ilmu, seberapa banyak bahan bacaan yang pernah kita baca untuk dituliskan kembali kedalam secarik kertas.  pendekatan ini sesuai dengan cara pandang Murray dan Holst yaitu menulis sebagai suatu pembelajaran. Berbagai pendekatan telah dianggap sebagai teks wacana, tetapi semua telah mencoba untuk menemukan bagaimana penulis mengatur bahasa untuk menghasilkan koheren, prosa tujuan. Jika penulis mampu menemukan bagaimana cara menulis yang berkualitas, ini akan disebut sebagai “Good writing”.

Dalam buku Hyland (2009:19), Rohman (1965: 107–8) mengatakan Good writing” adalah kombinasi ditemukan kata-kata yang memungkinkan seseorang integritas mendominasi subjek dengan pola baik yang segar dan asli.'Bad writing”, kemudian, adalah gema dari kombinasi orang lain yang kita hanya mengambil alih untuk kesempatan tulisan kita. . . 'Good writing' harus menjadi penemuan oleh orang yang bertanggung jawab dari keunikannya dalam subjek. Ini sama halnya dengan menulis sebagai tindakan penemuan kreatif di mana proses ini sama pentingnya dengan produk kepada penulis.

3.      Recursive

penulis terus-menerus meninjau dan memodifikasi teks mereka saat mereka menulis dan sering menghasilkan beberapa draft untuk mencapai produk jadi. Tahap ini juga disebut “revisi”, dengan memperbaiki produk kita sebelum dipublikasikan. Dalam hal ini juga kita menemukan dengan apa yang disebut “Constant review”, melakukan tindakan revisi secara konstan. Dengan cara menulis lagi, membaca lagi, menulis lagi, membaca lagi dan menulis lagi dengan waktu yang tetap. Pendekatan ini dipopulerkan oleh Elbow, yaitu  pre-writing, revision dan peer response. Untuk mencapai hasil yang baik, penulis harus mampu menyatukan jiwanya dengan audience dan mengerti respon mereka.

Seperti yang kita lakukan pada pertemuan kali ini, melakukan beberapa konsultasi, revisi, dan  menuliskannya kembali. Peer response juga bisa dilakukan dengan teman, melalui beberapa prosedur dan memeberikan kritikan.  Contohnya [Ken Hyland (2009:82)]siswa berkonsentrasi pada aspek yang berbeda dari teks sampel, mengingat isinya, tujuan, audince mungkin meneliti tingkat formalitas, panjang kalimat, pilihan kosa kata, dan sebagainya, dan mendiskusikan evaluasi mereka dalam kelompok-kelompok kecil. Tujuan ini adalah membuang kata-kata mati, memperkuat kalimat, dan meningkatkan gaya

4.      Collaborative

Seperti yang dijelaskan dalam penjelasan Recursive, bahwa menulis juga membutuhkan perbaikan untuk bisa diterima dengan baik. Dalam pembahasan ini juga demikian, bahwa setelah kita mendapatkan perbaikan, apakah kita focus dalam timbal balik yang dikatakan teman diskusinya atau gurunya. Keduanya, guru maupu teman diskusinya adalah elemen sentral dari pembelajaran. Setiap essay menerima komentar rekan berdasarkan rubrik yang berfokus pembaca pada aspek-aspek tertentu dari genre tersebut, sehingga meningkatkan kesadaran kedua peserta dari isu-isu penting.
Tanggapan ini berfokus pada apa yang mereka pelajari dari komentar pembaca dan apa yang mereka harus lakukan untuk memperbaiki potongan. Tutor mengomentari kekuatan kertas dan menyarankan perbaikan mungkin (Ken Hyland:84). Dalam pertemuan kali ini pun demikian, minggu lalu Mr. Lala menyuruh kita untuk melakukan revisi ouline Essay. Beliau mengatakan bahwa rata-rata thesis statement yang ditulis di kelas kita perlu diperbaiki, jadi kita langsung merespon dan memperbaiki kesalahan kita. Bahkan, dengan fokus pada akurasi adalah persis tempat yang salah untuk mencari menulis perbaikan karena ada sedikit bukti untuk menunjukkan bahwa baik kompleksitas sintaksis atau ketepatan tata bahasa merupakan langkah terbaik dari menulis yang baik.
5.      Developmental
Penulis tidak boleh dievaluasi hanya pada produk akhir mereka, tetapi pada perbaikan mereka. Menulis sebagai tindakan kreatif penemuan di mana proses ini sama pentingnya dengan produk kepada penulis. Menulis itu dipelajari, tidak diajarkan, dan peran guru adalah memfasilitasi, memberikan penulis dengan ruang untuk membuat makna sendiri melalui menggembirakan, positif, dan mengatur lingkungan dengan menjauhkan gangguan kepada muridnya.
Menulis adalah proses perkembangan, jadi guru didorong untuk tidak memaksakan pandangan mereka, memberikan model, atau menyarankan tanggapan terhadap topik sebelumnya. Sebaliknya, mereka didesak untuk merangsang pemikiran penulis melalui tugas pra-writing, seperti jurnal-menulis dan analogi (Elbow, 1998), dan untuk menanggapi ide-ide yang menghasilkan penulis.  Kemudian, menulis sebagai penemuan diri (Ken Hyland: 19). Mr. Lala juga melihat kita dengan demikian, perkembangan kita dari masa ke masa mempunyai cita rasa atau tidak dalam menulis.

Dengan demikian, melalui kelima tahap tersebut diharapkan kita bisa menjadi penulis yang baik. Dalam menghadapi proyek ini, kita seakan merencanakan gerilya besar-besaran. Maka dari itu dibalik perencenaan menulis yang baik, Lehtonen meegaskan ulang bahwa”tulisan yang baik, embrionya ada di Good reading”. Kita diharapkan membaca dengan comprehensive, sehingga nantinya menjadi Good writing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic