We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Rabu, 02 April 2014

Writing: Crush the Wall



Class Review 7

            Malam ini, pena ini kembali menggoreskan tulisan-tulisan indah diatas lembaran-lembaran putih.  Tulisan yang akan mengingatkan kembali momen-momen berharga di kelas writing pada hari Selasa, 18 Maret 2014.  Hari itu merupakam hari dimana saya dan teman-teman seperjuangan saya mengikuti pertemuan ketujuh dalam mata kuliah yang mengharuskan pena ini menari-nari diatas lembaran-lembaran putih dan otak ini harus berpikir lebih keras untuk mencari dan menemukan ide-ide brilian yang akan dituliskan dengan indah diatas lembaran-lembaran putih tersebut. 
            Pada pertemuan ketujuh ini, Mr.Lala sedikit menyinggung pembahasan pada minggu kemarin.  Salah satu tugas utama penulis adalah untuk mengungkap kemungkinan-kemungkinan pemahaman baru.  Maka dari itu, untuk menjangkau bentuk-bentuk baru dari pemahaman tersebut meliputi tiga tahap penting, yaitu: emulate --> discover --> create.  Tahap pertama yaitu emulate atau meniru.  Tahap ini merupakan fase awal dalam memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru.  Setelah melewati tahap pertama, tahap selanjutnya yaitu discover atau menemukan.  Pada tahap ini, kita menemukan hal-hal baru atau pengetahuan baru yang sebelumnya belum kita ketahui.  Contohnya yaitu selama perkuliahan writing ini banyak pengetahuan baru yang sebelumnya belum kita ketahui, seperti: literasi, classroom discourse, semogenesis, dan sebagainya.  Hal itulah yang disebut dengan meneroka ceruk-ceruk baru.  Setelah melewati dua tahap tersebut, yaitu meniru dan menemukan.  Tahap yang terakhir yaitu create atau menciptakan.  Dalam hal ini, tentunya kita menciptakan pengetahuan-pengetahuan baru setelah melewati kedua tahap sebelumnya, yaitu meniru dan menemukan.  Dari kedua tahapan itulah kita bisa menciptakan sesuatu hal yang baru, yaitu pengetahuan.
            Dalam hal menulis, menulis berkaitan dalam hal menciptakan affordance dan exploring the meaning potential.  Sebuah tulisan yang didalamnya menciptakan affordance dan exploring the meaning potential, tentunya pembaca akan lebih tertarik untuk membacanya.  Oleh karena itu, tulisan tersebut akan menggugah pembacanya dan membuat pembacanya interest pada tulisan tersebut.
            Menulis adalah sebuah semogenesis.  Semogenesis adalah penciptaan makna.  Istilah ini telah dipromosikan oleh Halliday & Matthiessen (1999) sebagai prinsip dalam presentasi mereka tentang teori fungsional sistemik bahasa-bahasa yang memiliki dalam dirinya sendiri sumber daya yang mana orang dapat menciptakan makna baru.  Mereka menyarankan bahwa setidaknya ada tiga dimensi atau bingkai waktu untuk proses tersebut, diantaranya:
1)      Dimensi filogenetik; untuk mencakup evolusi dalam bahasa dan dalam bahasa tertentu.
2)      Dimensi ontogenetik; untuk mencakup perkembangan linguistik dalam individu, yaitu meningkatkan repertoar linguistik individu.
3)      Dimensi logogenik; untuk mencakup terungkapnya makna dalam wacana aktual.
Dalam hal ini, makna terus diciptakan, ditransmisikan, diciptakan, diperpanjang, dan diubah (1999: 18) dengan proses yang beroperasi di masing-masing dimensi atau kerangka waktu.  Dengan demikian, secara umum kemampuan manusia untuk menggunakan bahasa untuk mengubah pengalaman menjadi tindakan komunikasi. 
Berbicara mengenai menulis, Milan Kundera (di L’Art duroman, 1986) berkomentar bahwa: untuk menulis, berarti untuk seorang penyair harus bisa menghancurkan dinding di belakang yang “selalu ada” sesuatu yang tersembunyi.  Dalam hal ini, menulis berarti menghancurkan dinding menjadi berkeping-keping untuk mencari suatu rahasia yang ada di balik dinding tersebut.  Maksud dari crush the wall atau menghancurkan dinding tersebut sampai berkeping-keping yaitu karena didalam sebuah ruangan tentunya terdapat suatu rahasia dan sesuatu yang tersembunyi.  Oleh karena itu, dibalik dinding ruangan tersebut kita harus bisa menghancurkannya agar bisa mencari sesuatu yang belum tahu dan mengetahui suatu rahasia yang tersembunyi dari balik dinding tersebut.  Dalam perumpamaan bahasa Sunda yaitu seperti “cakcak bodas”.  Kita harus bisa seperti cakcak bodas agar kita bisa mengetahui suatu rahasia dan sesuatu yang tersembunyi.
Dari hal tersebut, maka kita dapat menggambarkannya seperti dibawah ini.
DISCOVER : POET = HISTORIAN = LINGUIST
Dari hal tersebut, antara poet, historian, dan linguist memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya.  Ketiga hal tersebut berada dibawah naungan discover.  Hubungannya dengan hal tersebut, kita juga memiliki misi yang sama yaitu discovering, yaitu mengungkap sejarah.  Tugasnya yaitu menolak asumsi-asumsi yang lama beredar dan menolak asumsi-asumsi nyata yang ada di depan mata.
Hubungannya karya sastra atau puisi dengan sejarah tidak akan terlepas satu sama lain.  Sebuah puisi tidaklah mungkin muncul secara tiba-tiba, adanya puisi tersebut tentunya karena dibuat terlebih dahulu sebelumnya.  Dengan demikian, dalam segala upaya melakukan interpretasi maupun apresiasi secara kritik, tentunya tidak akan dihindari dengan sisi historis karya sastra tersebut.  Sehingga hal itu akan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan apa hubungan puisi yang baru tersebut dengan puisi-puisi sebelumnya atau dengan puisi karya penyair lainnya, serta keterkaitannya dengan penyair dari aspek sudut pandangnya yang telah bersungguh-sunggguh melahirkannya, termasuk didalamnya berkaitan dengan waktu atau zaman ketika puisi tersebut dimunculkan. 
Hal-hal tersebut begitu saling terkait, karena untuk mendapatkan interpretasi yng tidak jauh dan tidak keluar dari cakupannya.  Kita harus mengetahui apa makna dari suatu kata, makna kata secara personal, maupun dalam konteks gramatikal, menurut waktu tersebut disusun menjadi sebuah puisi.  Hal itu dikarenakan bahasa adalah sebagai sebuah alat, daya gunanya bisa terus mengalami pengembangan dan perubahan.  Selain itu, penyair adalah salah satu pihak yang paling utama dalam memperbesar khazanah kebahasaan bangsanya. 
Kita tidak mungkin hanya menilai sebuah teks puisi tanpa apa-apa yang ada di belakang kepala kita, maka sebaiknya kita pun harus mempertimbangkan sisi kesejarahan puisi tersebut, agar menjadi kuat dalam hal evaluasi dan kesimpulan.  Sebab, sebuah kebaruan itu dikatakan baru apabila memang sudah diperbandingkan dengan karya yang sebelumnya, menyatakan sebuah kemunduran nila-nilai estetisnya.  Tentunya ada dua hal dalam memperbandingkan, bisa dengan karya penyair lain atau bisa pula dengan syair-syairnya yang lain.
Disini terdapat beberapa pendapat, seperti: pendapat Bambang Purwanto.  Purwanto mengungkapkan bahwa secara umum sastra selalu dikaitkan dengan fiksi yang imaginatif, sedangkan sejarah tidak dapat dipisahkan dari fakta untuk menemukan kebenaran masa lalu sebagai sebuah realitas yang dibayangkan, sejarah dan sastra sering dianggap berada dalam tataran yang sama (Purwanto, 2006: 2).
Sastra telah membuktikan dirinya sebagai ilmu yang bukan hanya bicara persoalan kreativitas dan rentetan imajinasi, tetapi dapat pula berfungsi sebagai dokumen sejarah (Surur, 2008).  Zainuddin Fananie berpendapat dengan keluarnya sastra dari kreativitas imajiner ke wilayah sejarah, maka sastra secara tidak langsung bisa diletakan sebagai dokumen sejarah atau dokumen sosial yang kaya dengan visi dan tata nilai suatu masyarakat. 
Jadi, dapat disimpulkan bahwa karya sastra atau puisi memiliki keterkaitan dengan sejarah dan bahasa.  Ketiga hal tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain.  Selain itu, ketiga hal tersebut berada dalam satu atap yaitu discover.  Hubungnnya dengan hal tersebut, kita dalam kelas writing juga memiliki misi yang sama yaitu discovering atau mengungkap sejarah.  Tugasnya yaitu menolak asumsi-asumsi yang lama beredar dan menolak asumsi-asumsi yang nyata di depan mata.  Hubungannya dengan puisi, sejarah, dan bahasa, maka antara penyair, sejarahwan, dan linguistik tentunya juga akan terikat satu sama lain.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic