We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Kamis, 17 April 2014

REKAYASA UNTUK DAPATKAN PAPUA



CLASS REVIEW 9

Malampun datang, hujanpun mulai terhenti. Kesunyian, kesepian menjadi temanku malam ini. Tanganpun mulai ku regangkan, pikiranku pun mulai ku persiapkan berpacu waktu mengundang inspirasi ditengah sunyi. Suara percik air masih terdengar, hujan pun telah membuat sang bulan tak muncul malam ini. Bintang pun ikut bersembunyi diantara awan hitam dihamparan langit. Segelas Good Day coffee dan roti bakar menemaniku tuk melewati malam panjang ini.
Menulis, kini kan lukis sebuah inspirasi dengan cat warna warnai. Kan ku jadi kan kanvas putih itu menjadi ulasan kuas yang mempunyai sejuta makna. Akan ku buat sebuah lukisan imajinasi di atas kanvas putih itu. Selasa pagi tanggal 08 April 2014 pukul 10.50 WIB bertempat di ruang 44 gedung PBI. Minggu ini merupakan minggu kesepuluh saya dan teman-teman PBI-C belajar mata kuliah Writing and Composition 4 bersama Mr. Lala Bumela, M.Pd.
Pada pertemuan kesepuluh minggu ini, Mr. Lala Bumela, M.Pd membahas tentang masalah-masalah kompleks yang ada di Papua. Banyak kekayaan, seperti tambang minyak dan tambang emas yang dimiliki Papua. Kekayaan Papua tersebut menjadi daya tarik bagi negara lain untuk bisa mengambil kekayaan yang tersembunyi di Papua tersebut. Perusahaan minyak milik negara lain yang mengambil sumber minyak dari pulau Papua di Indonesia seperti BP (Beyond Petroleum) milik Amerika, perusahaan Shell milik Belanda dan perusahaan Freeport yang mengambil kekayaan emas milik Belanda merupakan perusahaan negara lain yang mengambil dan terus mengeruk kekayaan yang ada di Papua. Hal ini merupakan hal yang sangat memprihatinkan dan merupakan bentuk penjajahan bagi bangsa Indonesia khususnya Papua.
BP (BEYOND PETROLEUM)
BP (dulunya "British Petroleum") Indonesia merupakan perusahaan minyak dan gas bumi yang berkantor pusat di London, Kerajaan Inggris. BP telah beroperasi di Indonesia lebih dari 35 tahun, kini menjadi salah satu investor terbesar di Indonesia, dengan investasi kumulatif lebih dari USD 5 Milyar. Akuisisi asset ARCO pada tahun 2000-an dan persetujuan dari Pemerintah Republik Indonesia pada Maret 2005 untuk memulai konstruksi LNG Tangguh, memperbesar secara signifikan posisi BP pada sektor energi di Indonesia. Saat ini BP Indonesia memiliki karyawan lebih dari 1.000 orang, yang sebagian besar berada di Jakarta dan Papua Barat. (http://id.wikipedia.org/wiki/BP_Indonesia, diunggah hari Selasa tanggal 15 April pukul 04.26 p.m.)
BP memiliki perwakilan di lebih dari 100 negara, BP berawal dari seorang William Knox D'Arcy, yang telah lama menginvestasikan waktu, uang dan tenaga kerja dengan keyakinan bahwa deposit minyak berharga dapat ditemukan di Persia (sekarang dikenal sebagai Iran). Saat ini BP Oil & Gas memproduksi minyak dan gas di beberapa negara diantaranya Abu Dhabi, Australia, Kolombia, Norwegia dan Papua New Guinea.
BP sekarang  adalah sebuah perusahaan internasional yang memiliki kekuatan utama eksplorasi dan produksi minyak dan gas, refining, pemasaran dan pasokan bahan bakar minyak, dan pembuatan dan pemasaran bahan kimia. BP juga membangun dan mengembangkan  pembangkit tenaga gas dan  pembangkit listrik tenaga surya. BP merupakan salah satu perusahaan energi terbesar di dunia dengan omzet  $ 175 milyar dan beroperasi di lebih dari 100 negara dengan bisnis yang stabil di Eropa, Amerika, Australia, Asia dan Afrika, serta mempekerjakan 110.000 tenaga kerja di seluruh dunia.
 (http://oliindustri.blogspot.com/2011/03/sejarah-beyond-petroleum-bp.html, diunggah hari Selasa tanggal 15 April 2014 pukul 05.02 p.m)
Proyek LNG (gas cair alam cair) BP Tangguh di Teluk Bintuni adalah proyek terkini dalam sejarah proyek eksploitasi sumber daya alam di belahan barat pulau New Guinea. Bisa dikatakan bahwa proyek ini dianggap sangat penting karena membuka wilayah itu terhadap sebuah gelombang baru eksploitasi. Seperti halnya keuntungan besar yang diraup Freeport-Rio Tinto dari pertambangan emas dan tembaga telah menarik perusahaan tambang lainnya datang ke Papua, Tangguh juga menarik perusahaan-perusahaan minyak dan gas lainnya ke Papua. Kebutuhan energi dunia meningkatkan tekanan terhadap masyarakat dan lingkungan di Papua. Skala proyek Tangguh, berikut penghasilan yang diperoleh dari penjualan LNG ke pasar asing, semakin memperkuat tekanan ini.
Sejak tahun 1997, ketika perusahaan Amerika ARCO mengumumkan ditemukannya cadangan gas yang besar di Teluk Bintuni, kecepatan ekspolitasi sumber daya alam di Papua telah meningkat tajam. Meskipun ada krisis keuangan Asia, jatuhnya Soeharto dan meningkatnya masalah politik di Papua, semakin banyak perusahaan Indonesia dan asing yang mencari keuntungan dari sumber daya ini. Selain mineral, minyak dan gas, hutan Papua merupakan target utama ekploitasi. Pembalak mengambil kayu yang berharga secara komersial dari banyak wilayah hutan dan pengusaha perkebunan kelapa sawit dan pulpwood (kayu untuk bubur kayu) mengikuti jejak mereka. Sekarang ini ada rencana ambisius untuk mengembangkan tanaman pangan dan energi di Merauke, di bagian selatan Papua. Kekhawatiran global mengenai perubahan iklim juga telah mendorong adanya fokus baru-baru ini, yaitu mengenai keuntungan yang mungkin diperoleh dari pelestarian stok karbon di hutan-hutan Papua yang masih ada.
Kondisi geologi di Teluk itu cukup kaya akan mineral, minyak dan gas. Menurut BP, konsesi Tangguh memiliki hak atas 14,4 triliun kaki kubik cadangan gas yang telah terbukti, dengan cadangan yang mungkin ada sebesar 24-25 triliun kaki kubik.
 Tangguh LNG memiliki tiga blok konsensi: Wiriagar, yang masa kontraknya berlaku hingga 2023, dan Berau serta Muturi, yang masa kontraknya berlaku masing-masing hingga 2017 dan 2022.  Untuk memproses gas, BP Tangguh telah membangun pabrik LNG di atas lokasi seluas 3.500 hektare di Distrik Babo.  Investasi modal seluruhnya untuk proyek ini, yang diharapkan akan berjalan selama paling tidak 20 tahun adalah sebesar sekitar US$5 milyar.
Informasi yang dikumpulkan DTE mengenai komitmen BP atas standar lingkungan hidup dan hak asasi manusia  di Tangguh, bertujuan untuk turut berpartisipasi dalam usaha yang lebih luas untuk memperkuat kapasitas masyarakat itu sendiri dalam menagih kewajiban BP. (http://www.downtoearth-indonesia.org/id/story/bp-tangguh-teluk-bintuni-dalam-konteks-papua, diunggah hari Selasa tanggal 15 April 2014 pukul  05.05 p.m.)
Down to Earth Nr 50  Agustus 2001
Ketegangan yang meningkat di Papua Barat sehubungan dengan semakin kerasnya sikap militer terhadap "bahaya keamanan" di wilayah yang bersengketa itu tidak menjadikan persiapan pengembangan proyek gas Tangguh untuk berhenti. Proyek ini merupakan salah satu proyek raksasa BP (British Petroleum) di Papua Barat.
Pada tanggal 13 Juni yang lalu telah terjadi serangkaian tindakan brutal yang dilakukan oleh pasukan Indonesia. Peristiwa itu terjadi sebagai balasan atas tewasnya lima anggota Brimob dan pegawai perusahaan kayu di kecamatan Wasior, sebelah timur proyek gas Tangguh di Teluk Bintuni. Masih di tempat yang sama, pada bulan Maret sebelumnya tiga orang pegawai perusahaan kayu (PT Dharma Mukti Persada) tewas ditembak. Sejak saat itu, kecamatan Wasior dinyatakan tertutup bagi pekerja kemanusiaan.
Organisasi Hak Asasi Manusia di Papua Barat, ELSHAM, melaporkan bahwa setelah peristiwa tanggal 13 Juni itu, enam orang penduduk sipil tewas dan lainnya luka-luka. Mereka adalah korban serangan balasan yang dilakukan pasukan brimob. Selain itu, pihak aparat keamanan juga melancarkan "Operasi Penyisiran dan Penghancuran" melalui penangkapan, pemukulan dan penyiksaan terhadap penduduk lokal. Kaum perempuan dan anak-anak adalah kelompok yang juga menjadi korban dalam peristiwa tersebut. Korban berjatuhan akibat tindak kekerasan yang dilakukan kepolisian guna mendapatkan informasi tentang peristiwa pembunuhan terhadap anggota mereka. Segera setelah terjadi peristiwa itu, sekitar 300 sampai 600 pasukan Brimob, polisi reguler dan tempur dikirim ke Wasior. Dengan demikian, jumlah aparat keamanan dan militer di tempat itu sekarang ini meningkat menjadi 2000 orang.
Ladang gas Tangguh ditemukan pada era Suharto saat modal asing bisa berharap mendapat perlakuan dan dan kebijakan khusus tentang pengolalaan sumber daya di Indonesia dengan dukungan militer. Cara yang dilakukan Arco – yang mengembangkan proyek Tangguh yang sebelumnya diambil alih oleh BP pada tahun 1999 - dalam mengembangkan proyek Tangguh pada saat itu berjalan seperti kebiasaan ribuan perusahaan asing di Indonesia. Arco menjanjikan akses penggunaan tanah ulayat masyarakat adat tanpa menunggu persetujuan mereka. Namun cara itu telah menyulitkan BP dengan adanya tuduhan bahwa mereka menikmati keuntungan yang berlandaskan pelanggaran HAM secara sistematik. BP ingin mengembangkan citra positif di Papua Barat.
Sikap ini mungkin berbeda seratus delapan puluh derajat dengan sikap perusahaan yang menjalankan proyek penambangan mineral dan emas yang pertama di wilayah tersebut, yaitu Freeport/Rio Tinto. Sejarah perusahaan tersebut penuh diwarnai dengan cerita pembunuhan, pelanggaran HAM dan kerusakan lingkungan. Meskipun demikian, kritik terhadap proyek BP di negeri lain telah menghancurkan upaya mereka menampilkan wajah yang lebih manusiawi dan menempatkan diri sebagai perusahaan minyak multinasional yang berpandangan jauh kedepan. Terlebih lagi, kegiatan utama BP di Indonesia, yaitu tambang batubara Kaltim Prima yang dijalankan bersama dengan Rio Tinto – sedang dilanda masalah pemogokan dan sengketa tanah selama bulan-bulan belakangan ini.
Terlepas setuju atau tidak setuju, keberadaan BP melalui pelaksanaan proyek besar ini berpengaruh luas terhadap situasi militer di wilayah tersebut. Pasukan Indonesia ingin menunjukkan kekuatannya di seluruh wilayah dan meredam perlawanan politik. Agenda itu sendiri sudah berjalan – di mana keamanan di Tangguh berkait dengan operasi Wasior. Segera setelah peristiwa 13 Juni, Gubernur Papua, JP Salossa mengatakan bahwa proyek Tangguh harus terus berjalan meskipun ada ancaman serangan terhadapnya. Ia mengatakan akan meminta komandan militer dan polisi setempat membantu pemerintah daerah menjaga keamanan proyek tersebut dan "faktor keamanan adalah prioritas dalam pembangunan LNG di Bintuni."
Situasi umum keamanan di Papua Barat dan Indonesia adalah faktor kunci kemampuan Tangguh memenangkan kontrak pemasokan LNG. Ini merupakan syarat penting apabila proyek tersebut ingin terus berjalan. Pembeli utama gas olahan – Proyek Gas Alam Cair China Guandong – sangat peduli terhadap kemampuan Indonesia menjamin kelancaran pasokan. Desas-desus menyatakan bahwa China National Offshore Oil Corps (CNOOC) yang mengerjakan proyek Guandong sedang mencari dua sumber pemasok. Menurut Baihaki Hakim yang menjabat sebagai Pimpinan Pertamina, hal itu akan membuat nilai ekonomis proyek Tangguh merosot. Sekarang ini, BP menawarkan kepada CNOOC 5% saham proyek Tangguh untuk mempermudah mereka memenangkan tender. Namun dikabarkan pula bahwa kriteria seleksi di Cina memasukan masalah stabilitas politik seperti halnya stabilitas produksi dan pasokan jangka panjang sebagai pertimbangan dasar mereka. Dengan demikian, penghentian operasi Exxon Mobil di Aceh dengan alasan keamanan hanya akan menjadi kendala yang menghambat mereka.
Bagi kalangan garis keras dalam pemerintahan Indonesia, keamanan adalah faktor pembenar tindakan membungkam perlawanan politik di Papua Barat. Seperti saat penutupan Exxon Mobil yang mendorong gelombang operasi militer baru di Aceh, kebijakan yang sama juga dapat digunakan di Papua Barat untuk mencegah terganggungnya proyek Tangguh dan menjamin pembeli potensial bahwa pasokan yang mereka inginkan akan terus di dapat.
Peran Pemerintah Inggris
Perlu diperhatikan pula bagaimana peran pemerintah Inggris yang mendukung proyek Tangguh. Duta besar Inggris, Richard Gozney, pernah berkunjung ke Tangguh saat terjadinya pembunuhan Wasior. Dilaporkan pula bahwa Gozney mengeluarkan komentar yang menandakan persetujuan pemerintah Inggris atas operasi militer yang terjadi di wilayah tersebut. Berkatian dengan hal tersebut, TAPOL, lembaga Kampanye HAM Indonesia di Inggris, telah menuntut pemerintah Inggris melakukan tekanan kepada pemerintah Indonesia untuk menghentikan operasi militernya di Wasior dan menarik pasukan tambahan yang ditempatkan di sana sejak awal April lalu.
Beberapa proyek yang termasuk dalam proyek Tangguh adalah:
  • Proyek Tangguh dijalankan oleh BP dan dimiliki bersama oleh beberapa perusahaan, termasuk perusahaan minyak negara, Pertamina. Sekarang ini BP memiliki saham sebanyak 40% dan Mitsubishi sebanyak 16%. Perusahaan British Gas Plc juga terlibat dalam proyek ini
  • BP merencanakan untuk membuka dua buah ladang gas lepas pantai di Teluk Bintuni pada tahun 2004/5 ditambah pabrik pengolahan gas alam cair seluas 600 hektar di wilayah hutan hujan.
  • Sekitar lebih dari 5000 buruh dipekerjakan untuk membangun dua jaringan produksi gas senilai US $ 1,5 milyar.
  • Di perusahaan itu nantinya hanya akan ada 350 pekerjaan permanen
  • Jangka waktu pelaksanaan proyek diperkirakan mencapai lebih dari 30 tahun
  • Eksplorasi masih terus dilakukan di wilayah lainnya di sekitar wilayah "Kepala Burung" di Papua Barat. Lebih banyak platform dan lima pabrik gas alam cair akan dibuka tergantung hasil dari eksplorasi tersebut.
  • Ladang-ladang Weriagar, Berau dan Muturi mengandung lebih dari 14 trilyun kubik cadangan gas.
  • Kontrak Guangdong menawarkan potensi penjualan sekitar 3 juta ton gas alam cair setiap tahunnya, yang dimulai pada tahun 2005; BP juga telah memenangkan kontrak untuk membangun terminal gas di Guangdong.
  • Menurut Far Eastern Economic Review, BP merencanakan untuk menggunakan pelabuhan udara Freeport dan fasilitas pelabuhan di Timika selama tahap perkembangan Tangguh, tapi sekarang ini masih mempertimbangkan rencana tersebut. (FEER 5/Juli/01). (http://www.downtoearth-indonesia.org/id/story/proyek-tangguh-bp-yang-memacu-meningkatnya-ketegangan, diunggah pada hari Selasa tanggal 15 April 2014 pukul 05.15 p.m.)
SHELL
Sebagai bagian dari Royal Dutch/Shell Group (Shell), salah satu perusahaan minyak dan gas terkemuka di dunia, Shell Indonesia memiliki ikatan sejarah yang erat dengan Indonesia selama lebih dari 100 tahun yang lalu.
Meskipun Royal Dutch Shell plc didirikan di Den Haag pada tahun 1890, sejarah Shell di Indonesia dimulai sejak tahun 1884 ketika warga negara Belanda, Aeilko Jans Zijlker, menemukan jejak minyak di Sumatra. Dengan lisensi yang  diperoleh dari penguasa setempat, Sultan Langkat, dia menggali sumur pertamanya yang ternyata kering. Setahun setelahnya, dia menggali Telaga Tunggal 1 di Pangkalan Brandan Sumatra Utara dan kali ini dia menemukan minyak dari Telaga Tunggal 1 dan mulai berproduksi dalam kuantitas komersial.
Pada tahun 1890, Ziljker mengubah "Provisional Sumatra Petroleum Company" miliknya menjadi sesuatu yang  lebih substansial, dan pada tanggal 16 Juni, piagam perusahaan Royal Dutch Petroleum Company didirikan di Den Haag. Sejak itulah Royal Dutch Shell plc/Shell Group of Companies ada di Indonesia dalam berbagai aktivitas bisnis.
Shell merupakan pemain utama dalam pasar pelumas industri. Shell terbukti sebagai pemimpin dan inovator pelumas yang mampu memenuhi berbagai macam dan jenis kebutuhan mesin, seperti mesin hidrolik, roda gigi, peralatan mesin, kompresor, dan turbin. Shell menyediakan beraneka ragam produk pelumas yang telah dikembangkan secara khusus untuk memenuhi kebutuhan spesifik masing-masing industri seperti: pertambangan, semen, dan pembangkit tenaga listrik.
Dalam bidang transportasi, Shell menawarkan berbagai pelumas yang berkualitas tinggi, diantaranya Rimula, yang telah banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan transportasi. Dalam bidang Kelautan, Shell menyediakan bahan bakar, pelumas, dan pelayanan terkait untu kapal-kapal dalam berbagai skala. Di Indonesia, Shell Marine Products memiliki jaringan pasokan yang kuat dari lebih dari 15 lokasi pelabuhan melalui distributor-distributor resmi.
Pada tahun 2006, Shell memulai bisnis Commercial Fuels di Indonesia, dimana Shell menyediakan bahan bakar dan dukungan teknis terkait untuk Sektor Industri dan Transportasi. Shell Bitumen dikenal sebagai Merek Bitumen Global Terkemuka di dunia, dengan performa yang membanggakan dalam pembuatan konstruksi sebagian besar bandara/jalan tol di dunia, serta melindungi bangunan-bangunan dari kebocoran akibat tekanan atau resapan air/tekanan air. Shell memiliki komitmen untuk memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen dengan menyediakan dukungan teknis terbaik, produk berkualitas serta layanan pra dan pasca penjualan kepada seluruh konsumen.
Shell untuk Pengendara Bermotor
Pelumas Otomotif
Di pasar pasar pelumas otomotif di Indonesia, merek Shell telah tumbuh dengan pesat. Produknya yang terkemuka, Shell Helix, menempati posisi merek yang kuat dan dikenal sebagai pelumas berkualitas tinggi untuk kendaraan roda 4.
Di samping itu, Shell Advance, pelumas yang dirancang khusus untuk kendaraan roda dua juga terbukti unggul di kelasnya.
SPBU Shell
Shell Indonesia mencatat tonggak sejarah baru dengan diresmikannya SPBU Shell pertama di Karawaci, Tangerang.  Shell merupakan perusahaan minyak internasional pertama dalam bisnis ritel BBM di Indonesia setelah 40 tahun.
SPBU berkelas internasional dengan fasilitas lengkap ini merupakan perwujudan komitmen Shell untuk memberikan produk dengan kualitas teruji, kuantitas yang akurat dan layanan terbaik . Shell memiliki aspirasi untuk meningkatkan jumlah SPBU di Jakarta dan di wilayah lain di Indonesia.
Prinsip Umum Bisnis Shell
Sejalan dengan perusahaan-perusahaan Shell lainnya di seluruh dunia, Shell Indonesia juga menerapkan Prinsip-prinsip Umum Bisnis Shell, yang  menjelaskan mengenai cara kami menjalankan bisnis. Prinsip ini mendeskripsikan perilaku yang diharapkan dari setiap karyawan dan setiap orang yang berbisnis dengan kami. Prinsip ini didasarkan pada nilai inti kami yaitu kejujuran, integritas, dan rasa hormat pada orang lain.
Kesehatan, Keselamatan, Keamanan, dan Lingkungan (HSSE, Health, Safety, Security and Environment)
Konsisten dengan komitmen kami untuk berkontribusi terhadap pembangunan yang berkelanjutan, perusahaan-perusahaan Shell memiliki pendekatan sistematis terhadap kesehatan, keselamatan, keamanan, dan manajemen lingkungan untuk mencapai perbaikan kinerja yang berkelanjutan. Untuk itu, perusahaan-perusahaan Shell mengelola masalah ini seperti aktivitas bisnis penting lainnya, menetapkan target untuk perbaikan, dan mengukur, menilai, serta melaporkan kinerja. Aktivitas HSSE meliputi pelatihan cara berkendara yang aman untuk semua karyawan dan wiraniaga Shell Indonesia serta melakukan pengkajian terhadap risiko kesehatan secara teratur.
Shell dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia di Shell merupakan aset terpenting kami dan Shell menginvestasikan segala kemampuan untuk memberikan program-progam pembelajaran yang berkesinambungan guna membangun dan meningkatkan kemampuan profesional, teknis, dan manajemen di semua bidang. Program Pembelajaran dan Pengembangan adalah bagian integral dari Strategi pengembangan Sumber Daya Manusia dan setiap individu di Shell akan bekerja bersama-sama dengan atasannya untuk menentukan keterampilan dan perilaku yang dibutuhkan serta menentukan cara untuk membangunnya. Shell percaya bahwa Program Pembelajaran dan Pengembangan akan membantu setiap individu dalam mencapai pengembangan pribadi dan karir, menciptakan budaya kerja berkinerja tinggi, dan mendorong pengembangan pribadi yang sesuai dengan arah dan strategi perusahaan.
Shell dan Masyarakat
Melalui berbagai program investasi sosial, PT Shell Indonesia memiliki komitmen terhadap pembangunan berkelanjutan di wilayah dan komunitas tempat aktivitas bisnis kami berada. Aktivitas sosial ini didorong oleh komitmen terhadap pembangunan berkelanjutan dan keyakinan bahwa kesuksesan jangka panjang kami akan bergantung pada kemampuan kami untuk menciptakan keseimbangan yang tepat antara pertumbuhan ekonomi, kepedulian terhadap lingkungan, dan pembangunan kemasyarakatan yang merata.
Program investasi sosial kami yang utama adalah Shell LiveWIRE yang bertujuan untuk memotivasi anak muda yang berusia antara 18-32 tahun untuk tertarik pada bidang kewirausahawanan dan mempertimbangkannya sebagai pilihan karir. Program ini akan mendorong kesadaran dan memberikan pengetahuan, bimbingan dan saran kepada anak muda mengenai kiat-kiat memulai bisnis sendiri dengan dukungan serta panduan dari praktisi bisnis yang berpengalaman. Program investasi sosial lainnya meliputi pendidikan, kesehatan, pembangunan masyarakat, lingkungan, dan program energi yang berkelanjutan. (http://www.shell.co.id/id/aboutshell/shell-businesses/profile.html, diunggah hari Selasa tanggal 15 April 2014 pukul 04.43 p.m.)
Kekayaan SHELL:

Pendapatan
US$ 368.056 milyar (2010)
US$ 35.344 milyar (2010)
US$ 20.474 milyar (2010)
US$ 322.560 milyar (2010)
US$ 148.013 milyar (2010)

(http://id.wikipedia.org/wiki/Shell_%28perusahaan%29, diunggah hari Selasa tanggal 15 April 2014 pukul 04.33 p.m)
Upaya mendorong investasi di sektor minyak dan gas (migas) terus dilakukan. Kali ini, pemerintah mengincar investasi dari empat raksasa migas dunia.  Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik mengatakan, sektor migas yang memiliki karakter padat teknologi dan padat modal masih membutuhkan peran perusahaan multinasional untuk mendororong investasi di Indonesia. "Potensi Indonesia bagus, jadi kami yakin perusahaan multinasional akan terus berinvestasi di Indonesia," ujarnya kemarin (27/7).  Dalam lawatannya ke Perancis dan Inggris pekan ini, Jero bertemu dengan empat bos raksasa migas internasional, yakni Total, Beyond Petroleum (dulu British Petroleum/BP), Premiere Oil, dan Shell. "Pembicaraan seputar investasi yang sudah ditanam di Indonesia saat ini dan rencana investasi ke depan," katanya. Total, raksasa migas asal Perancis yang masuk ke Indonesia melalui bendera Total EP Indonesie, saat ini merupakan salah satu investor migas terbesar di Indonesia.
Data Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMigas) menyebut, tahun ini komitmen investasi migas diproyeksi bakal menembus USD 20,9 miliar atau sekitar Rp 195 triliun. Angka tersebut naik signifikan dibanding realisasi investasi tahun 2011 yang sebesar USD 13,9 miliar atau sekitar Rp 130 triliun. Selain sektor migas, komitmen investasi juga diraih dari sektor pertambangan mineral. Salah satunya dari Eramet, perusahaan asal Perancis yang ingin membangun smelter nikel atau pabrik pengolahan hasil tambang di Halmahera, Sulawesi. "Nilai investasinya lebih dari EUR 5 miliar (sekitar Rp 55 triliun)," ujar Jero. (http://www.jpnn.com/read/2012/07/28/135119/jpnn_network.php, diunggah hari Selasa tanggal 15 April 2014 pukul 05.07 p.m.)
KONFLIK PAPUA
Konflik Papua adalah konflik di Provinsi Papua di Indonesia. diawali pada tahun 1961, muncul keinginan Belanda untuk membentuk negara Papua Barat terlepas dari Indonesia, Langkah Belanda ini dilawan Presiden Soekarno dengan mendekatkan diri pada negara komunis terutama Uni Soviet. Sikap Soekarno ini membuat takut Belanda dan Presiden Amerika Serikat John F Kennedy. Sebab jika itu dibiarkan maka Indonesia sangat mungkin menjadi negara komunis terbesar di Asia Tenggara. Ketakutan itu lalu membuat Belanda mengambil sikap untuk menyerahkan masalah Papua ke PBB. Dari dan melalui PBB, Belanda mengambil sikap untuk keluar dari papua dan tidak jadi Mengambil,merebut,dan menjajah Papua lalu Papua diserahkan " kembali " ke Indonesia dengan syarat memberi kesempatan pada rakyat Papua untuk menentukan sikap sendiri atau referendum (Penentuan Pendapat Rakyat/PERPERA). Lewat PERPERA tahun 1969, rakyat Papua memilih " tetap " dalam lingkungan Republik Indonesia.
Organisasi Papua Merdeka (disingkat OPM) adalah sebuah organisasi adat didirikan pada tahun 1965 untuk mempromosikan penentuan nasib sendiri dan pemisahan diri Papua dari Republik Indonesia.
Gerakan ini dilarang di Indonesia, dan mengibarkan Bendera Bintang Kejora dan berbicara dalam mendukung tujuan OPM adalah dilarang kegiatan di Indonesia, yang dapat dikenakan biaya dari "Makar" (pengkhianatan)[9]. Sejak awal berdirinya OPM telah mencoba dialog diplomatik, melakukan upacara bendera (ilegal menurut hukum Indonesia), dan tindakan militan dilakukan sebagai bagian dari Konflik Papua. Pendukung secara rutin menampilkan Bendera Bintang Kejora dan simbol lainnya Kesatuan Papua yang telah diadopsi pada periode 1961 sampai pemerintahan Indonesia dimulai pada bulan Mei 1963 dengan Perjanjian New York.
Para pendukung organisasi menuduh orang-orang Papua tidak memiliki hubungan etnis, budaya atau geografis dengan Indonesia, bahwa mereka adalah orang-orang kolonial di bawah Resolusi PBB 1541 dan bahwa mereka berhak ketentuan Resolusi PBB 1514. Menurut pendukung OPM, pemerintah Indonesia di Papua adalah pendudukan militer.
Pemerintah Indonesia menyatakan bahwa wilayah tersebut memilih untuk dimasukkan ke dalam Republik Indonesia dengan referendum yang dikenal sebagai Tindakan Pemilihan Bebas pada tahun 1969. Pernyataan ini ditolak oleh para pendukung organisasi yang menuduh Tindakan Pemilihan Bebas tidak sukarela dan tidak mewakili populasi. (http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik_Papua, diunggah hari Selasa tanggal 15 April 2014 pukul 04.53 p.m.)
Konflik Papua memiliki satu hal unik, yang membedakannya dengan konflik-konflik lokal lain di Indonesia. Keunikan ini adalah adanya nasionalisme Papua yang telah tertanam di dalam diri rakyat Papua selama puluhan tahun. Rasa nasionalisme tersebutlah yang mendorong rakyat Papua membenci adanya penjajahan terhadap mereka, baik yang dilakukan Belanda maupun Indonesia.
Nasionalisme Papua yang mulai ditanamkan oleh Belanda ketika didirikan sekolah pamong praja di Holandia, tertanam serta tersosialisasikan dari generasi ke generasi. Ketika Belanda dan Indonesia bukanlah pihak yang diharapkan, rakyat Papua melihat keduanya sebagai bangsa yang hendak menguasai Papua. Pemikiran ini yang menyebabkan gerakan anti-Indonesia sangat kuat dan mudah meluas di Papua. Kebijakan represif pada masa Orde Baru tidak mampu memadamkan nasionalisme ini, namun justru memperkuatnya. (http://aiirm59.blogspot.com/2012/05/konflik-papua.html, diunggah hari Selasa tanggal 15 April 2014 pukul 05.33 p.m.)
Pemetaan Faktor-Faktor Pemicu Konflik di Papua
1.      Persepsi
Masalah persepsi ini timbul bahkan sejak Papua bergabung ke Indonesia. Timbulnya persepsi bahwa “diri saya” lebih baik daripada yang lain, menciptakan superioritas in-group dan memandang remeh out-group. Pada Masa awal, pihak pemerintahlah yang seperti menganak tirikan masyarakat Papua. Hal ini dapat dilihat dari persepsi selektif yang berkembang di masa itu bahkan mungkin saja hingga masa sekarang ini, yaitu masyarakat Papua adalah Stone Age of Irian Jaya ( Orang Zaman Batu).  Persepsi selektif ini berkembang juga di kalangan TNI dan Polisi yang dikirim ke Papua, bahwa orang-orang Papua sebagai “Badan Bau” dengan keahlian berburu. Hal ini tentu saja menimbulkan resistensi masyarakat Papua kepada Pemerintah. Masyarakat Papua menjadi merasa bukan sebagai bagian dari Indonesia, dan merasa berbeda dari orang Indonesia.
2.      Perbedaan etnis dalam etnis masyarakat Papua itu sendiri
Seperti yang kita ketahui di Papua mempunyai keragaman etnis. Masing-masing etnis di Papua mempunyai ketua adatnya masing-masing. Demikian juga, dengan peraturan-peraturan daerah setiap etnis mempunyai cirinya sendiri-sendiri. Perbedaan etnis ini juga terkadang menimbulkan konflik di papua. Bahkan dalam perjuangan mereka menuntut referendum pun, hal tersebut telah berkembang menciptakan faksi-faksi di organisasi dalam masyarakat itu sendiri.
3.      Pertambangan khususnya Tambang Emas Freeport
Papua merupakan salah satu daerah di Indonesia yang paling kaya, salah satunya adalah dengan berlimpahnya emas di Gunung Grasberg di Puncak Irian Jaya. George A. Maley menyatakan deposit di gunung ini mencapai 1,76 miliar ton batuan bijih dengan kadar rata-rata 1,11 persen tembaga atau sama dengan 35,2 milyar pon logam tembaga murni. Sayangnya, Gunung Grasberg dan pertambangannya ini dikuasai oleh Amerika. Selain pembagian keuntungan yang tidak seimbang antara pemerinta Indonesia dengan Pt. Freeport, pertambangan emas ini juga memicu konflik masyarakat Papua, dengan pemerintah , dan Pt Freeport.
4.      Pembalakkan Hutan di Papua.
Kondisi hutan di Papua saat ini telah semakin menipis. Pada tahun 2005-2009, luas hutan Papua 42 juta hektar (ha). Di tahun 2011 luas hutan Papua hanya tersisa 30, 07 juta hektar. Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap masyarakat Papua, karena mereka mempunyai adat-istiadat untuk melindungi tanah dan hutan mereka.
Selain itu, hutan sangat penting bagi keberlangsungan hidup masyarakat di Papua. Hutan memberikan segala kebutuhan mereka mulai dari makanan bahkan kebutuhan untuk tempat tinggal. Jika hutan tidak ada lagi, maka tumbuhan dan hewan-hewan yang hidup di hutan akan punah, dan binatang-binatang buas akan mengganggu warga. Jika ekosistem terganggu, maka dapat menciptakan kelaparan yang dapat berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat. Jika kesejahteraan masyarakat terganggu ada masyarakat dan faktor-faktor luar seperti LSM dan sebagainya yang akan menuntut pemerintah dan jika ada tindakan represif tentunya dapat menciptakan konflik. Lahan hutan yang terkena pembalakkan secara tidak terkontrol ini juga dapat menjadi garis awal kepentingan-kepentingan luar seperti LSM lingkungan, green peace dan sebagainya.
5.      Hasil bumi, termasuk salah satunya kekayaan laut.
Di Kepulauan raja Ampat, Papua, Dr. Gery Allen menyatakan telah ditemukan 950 jenis ikan karang dalam dua pekan, dan terdapat empat jenis yang tergolong baru bagi dunia yaitu Eviota, sejenis ikan gobi, Apogon, dan satu jenis hiu disebut Hemysyllium. Raja Ampat disinyalir merupakan taman laut yang paling indah di dunia. Dr. Fred Wells dari Australia menambahkan, dalam waktu singkat ia berhasil menemukan 600 jenis Molusca dari berbagai ukuran. Beragam jenis ikan dan kondisi Papua yang asri meningkatkan kualitas Sumber daya alam di bumi Papua. (http://gettingintimatewithglobalworldina.wordpress.com/2014/01/24/pemetaan-tabel-faktor-faktor-di-papua-yang-dapat-memicu-konflik/, diunggah hari Selasa tanggal 15 April 2014 pukul 04.56 p.m.)
Berikut ini hasil diskusi kelompok kami (Rina Astuti, Rini Andriani, Risa Meilani, Tika Dwi Purnami & Yuliati) dari teks yang berjudul “Don’t Use Your Data as a Pillow”:
Paragraph 1:
Sentence 1 : pesta kecil untuk perpisahan.
Sentence 2 : menurut Eben, pesta perpisahan tersebut adalah pesta yang sederhana, tapi tidak untuk orang Papua sendiri karena pesta tersebut diadakan hanya untuk orang-orang yang dianggap penting.
Sentence 3 : pesta yang sudah dijadwalkan untuk Eben yang telah menyelesaikan researchnya.
Sentence 4 : Eben berharap dengan adanya pesta tersebut dia akan menemukan jaringan baru untuk melengkapi researchnya.
Sentence 5 : sebuah diskusi untuk menanyakan hasil dari research, basic value dari researchnya.
Sentence 6 : dua cara yang digunakan Eben untuk menghadapi tantangan yaitu pendekatan metodologi dasar dan prinsip mengarahkan.
Kesimpulan paragraf 1:
Sebuah pesta penghormatan yang dipersembahkan untuk orang penting khususnya untuk Eben yang telah menyelesaikan penelitiannya.
Kesimpulan paragraf 2:
Ketika Eben hendak melakukan penelitian tentang El-Nino (kekeringan) di Papua, ternyata pada saat itu di Papua sedang turun hujan. Hal tersebut mengurangi antusiasme Eben untuk meneliti El-Nino. Eben justru merasa bingung karena pada saat itu di Papua sedang maraknya gerakan reformasi setelah lengsernya Presiden Suharto.
Kesimpulan paragraf 3:
Setelah Eben menyaksikan serangkaian pembantaian yang dilakukan oleh militer Indonesia terhadap penduduk Papua, Eben mulai mengerti mengapa penduduk Papua menolak untuk reformasi dan lebih memilih jalan untuk merdeka dibandingkan dengan jalan reformasi.
Kesimpulan paragraf 4:
Eben melakukan perjalanan ulang ke Papua untuk melakukan research tentang adat khas Papua. Fakta yang mencengangkan adalah ketika Eben menemukan bukti bahwa nenek moyangnya pernah menjajah Papua. Hal tersebut membuat Eben berpikir ulang untuk melakukan researchnya.
Kesimpulan paragraf 5:
Sebagian besar orang-orang Papua melihat Eben sebagai sekutunya. Tapi disisi lain Eben tertarik untuk membantu orang-orang Papua dalam mendapatkan kebebasannya.
Kesimpulan paragraf 6:
Waropen (anggota komnas HAM) diundang oleh Deni ke pestanya. Kemudian terjadilah perbincangan antara Waropen dan Eben. Perbincangan tersebut mengingatkan Eben pada kejadian ketika Eben pertamakali datang ke Papua, yang mana pada saat itu sedang maraknya gerakan reformasi di Indonesia.
Kesimpulan paragraph 7:
Eben dan Denny mengunjungi Wasior untuk menginvestigasi rumor bahwa agen-agen militer Indonesia ternyata diam-diam mendukung misi Papua untuk merdeka.
Kesimpulan paragraf 8:
Penelitian Eben dan Denny di Wasior dilakukan secara rahasia dengan menyembunyikan identitas narasumber yang mereka wawancarai.
Kesimpulan paragraf 9:
Eben dan Denny tidak ingin mengambil resiko untuk mewawancarai seorang dukun yang telah diagendakan sebelumnya dalam penelitian mereka, karena penelitian mereka masih dibawah pengawasan.
Kesimpulan paragraf 10:
Eben bermaksud untuk menjadikan Waropen sebagai narasumber penting untuk membatu melengkapi kesenjangan penelitiannya tentang dukun yang belum berhasil Eben wawancarai.
Kesimpulan paragraf 11:
Eben mewawancarai Waropen dengan tetap menyembunyikan identitas narasumber. Waropen balik Tanya kepada Eben mengapa Eben menyembunyikan identitas narasumber, padahal hal tersebut dapat menguatkan hasil penelitiannya.
Kesimpulan paragraph 12:
Eben mendapatkan pengecualian dari universitasnya untuk menyembunyikan identitas para narasumber yang telah ia wawancarai. namun, sebagai narasumber Waropen menginginkan identitasnya dicantumkan karena ia ingin diakui sebagai intelek publik.
Kesimpulan paragraph 13:
Sebuah sumber yang disembunyikan dapat menimbulkan kecurigaan para pembaca surat kabar dan majalah. Namun, para jurnalis dan editor juga memiliki hukum dan UU untuk menyembunyikan identitas para narasumber guna melindungi diri dari gugatan pencemaran nama baik narasumber karena ada beberapa hal tertentu yang tidak untuk bisa dipublikasikan.
Kesimpulan paragraf 14:
Waropen merupakan salah satu sumber “data” atau informasi penting dalam penelitian yang dilakukan Eben. Eben menawarkan beberapa saran untuk mencapai merdeka (kebebasan di Papua). Saran Eben tersebut sudah terpikirkan oleh Waropen, namun Waropen tidak mempunyai cukup bukti, sedangkan sistem hukum sekarang harus segala sesuatunya harus berdasarkan bukti. Waropen melihat atau menganggap Eben sebagai sekutu, tapi disisi lain Eben membutuhkan keterangan dari Waropen untuk penelitian dari universitasnya.
Kesimpulan paragraf 15:
Percakapan antara Eben dan Waropen mulai memanas dan beradu argument mengenai disembunyikannya identitas narasumber. Bahkan Eben mulai menyinggung mengenai iddentitas korban dan saksi dalam kasus HAM pun harus dilindungi. Waropen pun bersikeras sehingga mengatakan “Jangan menggunakan data Anda sebagai bantal dan pergi ke tidur ketika Anda kembali ke Amerika!”  “Jangan hanya menggunakan ini (penelitian) sebagai jembatan untuk peluang profesional Anda sendiri!”
Kesimpulan paragraf 16:
Waropen menginginkan Eben untuk menjadi seorang ahli regional yang handal dengan alasan banyak antropolog budaya terlalu berhati-hati dalam melakukan researchnya. Jika researchnya itu berhubungan dengan kekuasaan. Selain itu ahli regional sering mengabaikan tuntutan akuntabilitas dari orang-orang yang menjadi narasumber mereka. Sehingga kritikan-kritikan si ahli tidak mendapatkan respon serius dari para penguasa.
Kesimpulan paragraf 17:
Waropen meminta Eben untuk memikirkan kembali apa yang disebut sebagai data dalam antropologi budaya. Karena baru-baru ini Charles Hale mendesak antropolog untuk mengambil metodologi positif serius dalam setiap research.
Kesimpulan paragraf 18:
Ketika Eben bertemu Waropen dia sudah menerbitkan sejumlah  artikel dikoran tentang Papua Barat. Waroprn mendorong Eben untuk menunjukan fakta dan tindakan nyata dalam tulisannya. Konfrontasi Waropen membuat Eben berpikir bagaimana dia bisa mulai masuk untuk membawa pengetahuan dan penelitiannya tentang Papua Barat pada dunia.
Kesimpulan paragraf 19:
Ketika Eben dan Denny pergi ke Wwasior, Eben hendak meneliti tentang kekerasan yang terjadi di perusahaan BP. BP sebelumnya bernama “British Petroleum” kemudian diubah menjadi menjadi “Beyond Petroleum”, baru saja mulai mengeksploitasi lading gas di Papua Barat yang diperkirakan akan menghasilkan keuntungan dan hasil yang sangat besar. Kabarnya, agen militer Indonesia memprovokasi kekerasan dalam upaya konvensional untuk menguntungkan “perlindungan” kontrak.
Kesimpulan paragraf 20:
Eben berhasil mewawancarai dua orang agen Papua. Salah satunya mengatakan bahwa dia mendapat dukungan logistic dan intelejen untuk membunuh para perwira polisi. Wawancara tersebut membuktikan rumor yang menghubungkan kekerasan yang terjadi di Wwasior untuk proyrk BP. Agen tersebut mengatakan bahwa seorang perwira militer aktif telah mencoba untuk membunuhnya karena ia tahu terlalu banyak. Dia meminta bantuan Eben untuk melarikan diri, namun Eben tidak bisa melakukan apapun untuk membantunya.
Kesimpulan paragraf 21:
John Rumbiak yang merupakan pembela hak asasi manusia mengundang Eben untuk menghadiri pertemuan di London dengan Dr. Byron Grote, the Chief Financial Officer (CFO) di markas BP (Beyond Petroleum)  pada akhir Mei 2003. Dengan menghadiri pertemuan itu, Eben bisa mempresentasikan penemuannya tentang kekerasan militer yang ada di Wasior. Dalam presentasi Eben kepada Dr. Byron Grote secara tidak langsung Rumbiak sedang menjadikan Eben sebagai saksi yang kuat tentang adanya kasus di Papua Barat.
Kesimpulan paragraf 22:
Eben bertemu dengan Rumbiak sebelum menghadiri pertemuan dikantor pusat. Mereka bercerita tentang pengalaman atau perjalanan terakhir dengan menggunakan bahasa Indonesia dan Inggris saat mengobrol.
Kesimpulan paragraf 23:
Eben merasa tersanjung dan terhormat karena bisa bertemu ddengan orang-orang yang paling berkuasa di Eropa.
Kesimpulan paragraf 24:
Rumbiak keberatan jika diskusi tidak direkam. Rumbiak ingin apa yang terjadi saat meeting direkam untuk ditunjukan kepada rakyat Papua Barat. Tetapi perwakilan BP menolak karena khawatir akan keamanan perusahaan mereka. BP menolak untuk melakukan kekerasan.
Kesimpulan paragraf 25:
Dr. Grote menolak melakukan kekerasan untuk dapat mengeksplor wilayah di Papua, membuka masyarakat adalah cara baik. Dia menjamin semua masyarakat akan tetap bekerja. Dr. Grote tidak ingin perusahaan lain tidak punya kode etik mengembangkan ladang tersebut. Eben terpukau dengan perkataan tersebut.
Kesimpulan paragraf 26:
Eben mempresentasikan penemuannya di Wasior. Seorang anggota milisi Papua mengaku membunuh sekelompok polisi Indonesia atas bantuan dari militer Indonesia. Polisi Indonesia vs TNI?
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa masalah yang terjadi di Papua sangatlah konfleks. Seperti kita lihat bahwa kekayaan alam seperti emas dan gas yang dimiliki Papua menjadi daya tarik bagi negara lain. Untuk bisa mendapatkan kekayaan tersebut dengan berbagai cara, seperti rekayasa politik, ekonomi dan nasionalisme Papua.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic