CLASS
REVIEW 9
Malampun
datang, hujanpun mulai terhenti. Kesunyian, kesepian menjadi temanku malam ini.
Tanganpun mulai ku regangkan, pikiranku pun mulai ku persiapkan berpacu waktu
mengundang inspirasi ditengah sunyi. Suara percik air masih terdengar, hujan
pun telah membuat sang bulan tak muncul malam ini. Bintang pun ikut bersembunyi
diantara awan hitam dihamparan langit. Segelas Good Day coffee dan roti bakar
menemaniku tuk melewati malam panjang ini.
Menulis,
kini kan
lukis sebuah inspirasi dengan cat warna warnai. Kan
ku jadi kan
kanvas putih itu menjadi ulasan kuas yang mempunyai sejuta makna. Akan ku buat
sebuah lukisan imajinasi di atas kanvas putih itu. Selasa pagi tanggal 08 April
2014 pukul 10.50 WIB bertempat di ruang 44 gedung PBI. Minggu ini merupakan
minggu kesepuluh saya dan teman-teman PBI-C belajar mata kuliah Writing and
Composition 4 bersama Mr. Lala Bumela, M.Pd.
Pada
pertemuan kesepuluh minggu ini, Mr. Lala Bumela, M.Pd membahas tentang
masalah-masalah kompleks yang ada di Papua. Banyak kekayaan, seperti tambang
minyak dan tambang emas yang dimiliki Papua. Kekayaan Papua tersebut menjadi
daya tarik bagi negara lain untuk bisa mengambil kekayaan yang tersembunyi di
Papua tersebut. Perusahaan minyak milik negara lain yang mengambil sumber
minyak dari pulau Papua di Indonesia seperti BP (Beyond Petroleum) milik
Amerika, perusahaan Shell milik Belanda dan perusahaan Freeport yang mengambil
kekayaan emas milik Belanda merupakan perusahaan negara lain yang mengambil dan
terus mengeruk kekayaan yang ada di Papua. Hal ini merupakan hal yang sangat
memprihatinkan dan merupakan bentuk penjajahan bagi bangsa Indonesia
khususnya Papua.
BP (BEYOND PETROLEUM)
BP (dulunya "British Petroleum") Indonesia merupakan perusahaan minyak
dan gas bumi yang berkantor pusat di London, Kerajaan
Inggris. BP telah beroperasi di Indonesia lebih dari 35 tahun, kini menjadi salah satu investor
terbesar di Indonesia, dengan investasi kumulatif lebih dari USD 5 Milyar. Akuisisi
asset ARCO pada tahun 2000-an dan persetujuan dari Pemerintah Republik Indonesia pada Maret 2005 untuk memulai konstruksi LNG
Tangguh, memperbesar secara
signifikan posisi BP pada sektor energi di Indonesia. Saat ini BP Indonesia memiliki karyawan lebih dari
1.000 orang, yang sebagian besar berada di Jakarta dan Papua
Barat. (http://id.wikipedia.org/wiki/BP_Indonesia,
diunggah hari Selasa tanggal 15 April pukul 04.26 p.m.)
BP memiliki perwakilan di lebih dari 100 negara, BP
berawal dari seorang William Knox D'Arcy, yang telah lama menginvestasikan
waktu, uang dan tenaga kerja dengan keyakinan bahwa deposit minyak berharga
dapat ditemukan di Persia (sekarang dikenal sebagai Iran).
Saat ini BP Oil & Gas memproduksi minyak dan gas di beberapa
negara diantaranya Abu Dhabi, Australia, Kolombia, Norwegia dan Papua New Guinea.
BP sekarang adalah sebuah
perusahaan internasional yang memiliki kekuatan utama eksplorasi dan produksi
minyak dan gas, refining, pemasaran dan pasokan bahan bakar minyak, dan
pembuatan dan pemasaran bahan kimia. BP juga membangun dan mengembangkan
pembangkit tenaga gas dan pembangkit listrik tenaga surya. BP
merupakan salah satu perusahaan energi terbesar di dunia dengan omzet $
175 milyar dan beroperasi di lebih dari 100 negara dengan bisnis
yang stabil di Eropa, Amerika, Australia, Asia dan Afrika, serta mempekerjakan 110.000
tenaga kerja di seluruh dunia.
(http://oliindustri.blogspot.com/2011/03/sejarah-beyond-petroleum-bp.html,
diunggah hari Selasa tanggal 15 April 2014 pukul 05.02 p.m)
Proyek
LNG (gas cair alam cair) BP Tangguh di Teluk Bintuni adalah proyek terkini
dalam sejarah proyek eksploitasi sumber daya alam di belahan barat pulau New Guinea.
Bisa dikatakan bahwa proyek ini dianggap sangat penting karena membuka wilayah
itu terhadap sebuah gelombang baru eksploitasi. Seperti halnya keuntungan besar yang diraup
Freeport-Rio Tinto dari pertambangan emas dan tembaga telah menarik perusahaan
tambang lainnya datang ke Papua, Tangguh juga menarik perusahaan-perusahaan
minyak dan gas lainnya ke Papua. Kebutuhan
energi dunia meningkatkan tekanan terhadap masyarakat dan lingkungan di Papua.
Skala proyek Tangguh, berikut penghasilan yang diperoleh dari penjualan LNG ke
pasar asing, semakin memperkuat tekanan ini.
Sejak tahun 1997, ketika
perusahaan Amerika ARCO mengumumkan ditemukannya cadangan gas yang besar di
Teluk Bintuni, kecepatan ekspolitasi sumber daya alam di Papua telah meningkat
tajam. Meskipun ada krisis keuangan Asia, jatuhnya Soeharto dan meningkatnya
masalah politik di Papua, semakin banyak perusahaan Indonesia dan asing yang mencari
keuntungan dari sumber daya ini. Selain mineral, minyak dan gas, hutan Papua
merupakan target utama ekploitasi. Pembalak mengambil kayu yang berharga secara
komersial dari banyak wilayah hutan dan pengusaha perkebunan kelapa sawit dan
pulpwood (kayu untuk bubur kayu) mengikuti jejak mereka. Sekarang ini ada
rencana ambisius untuk mengembangkan tanaman pangan dan energi di Merauke, di
bagian selatan Papua. Kekhawatiran global mengenai perubahan iklim juga telah
mendorong adanya fokus baru-baru ini, yaitu mengenai keuntungan yang mungkin
diperoleh dari pelestarian stok karbon di hutan-hutan Papua yang masih ada.
Kondisi geologi di Teluk itu cukup kaya akan mineral, minyak dan
gas. Menurut BP, konsesi Tangguh memiliki hak atas 14,4 triliun kaki kubik
cadangan gas yang telah terbukti, dengan cadangan yang mungkin ada sebesar
24-25 triliun kaki kubik.
Tangguh LNG memiliki tiga blok konsensi:
Wiriagar, yang masa kontraknya berlaku hingga 2023, dan Berau serta Muturi,
yang masa kontraknya berlaku masing-masing hingga 2017 dan 2022. Untuk
memproses gas, BP Tangguh telah membangun pabrik LNG di atas lokasi seluas
3.500 hektare di Distrik Babo. Investasi modal seluruhnya untuk proyek
ini, yang diharapkan akan berjalan selama paling tidak 20 tahun adalah sebesar
sekitar US$5 milyar.
Informasi
yang dikumpulkan DTE mengenai komitmen BP atas standar lingkungan hidup dan hak
asasi manusia di Tangguh, bertujuan untuk turut berpartisipasi dalam
usaha yang lebih luas untuk memperkuat kapasitas masyarakat itu sendiri dalam
menagih kewajiban BP. (http://www.downtoearth-indonesia.org/id/story/bp-tangguh-teluk-bintuni-dalam-konteks-papua,
diunggah hari Selasa tanggal 15 April 2014 pukul 05.05 p.m.)
Down to Earth Nr 50
Agustus 2001
Ketegangan yang meningkat di Papua Barat sehubungan dengan
semakin kerasnya sikap militer terhadap "bahaya keamanan" di wilayah
yang bersengketa itu tidak menjadikan persiapan pengembangan proyek gas Tangguh
untuk berhenti. Proyek ini merupakan salah satu proyek raksasa BP (British
Petroleum) di Papua Barat.
Pada tanggal 13 Juni
yang lalu telah terjadi serangkaian tindakan brutal yang dilakukan oleh pasukan
Indonesia.
Peristiwa itu terjadi sebagai balasan atas tewasnya lima anggota Brimob dan pegawai perusahaan
kayu di kecamatan Wasior, sebelah timur proyek gas Tangguh di Teluk Bintuni.
Masih di tempat yang sama, pada bulan Maret sebelumnya tiga orang pegawai
perusahaan kayu (PT Dharma Mukti Persada) tewas ditembak. Sejak saat itu,
kecamatan Wasior dinyatakan tertutup bagi pekerja kemanusiaan.
Organisasi Hak Asasi
Manusia di Papua Barat, ELSHAM, melaporkan bahwa setelah peristiwa tanggal 13
Juni itu, enam orang penduduk sipil tewas dan lainnya luka-luka. Mereka adalah
korban serangan balasan yang dilakukan pasukan brimob. Selain itu, pihak aparat
keamanan juga melancarkan "Operasi Penyisiran dan Penghancuran"
melalui penangkapan, pemukulan dan penyiksaan terhadap penduduk lokal. Kaum
perempuan dan anak-anak adalah kelompok yang juga menjadi korban dalam peristiwa
tersebut. Korban berjatuhan akibat tindak kekerasan yang dilakukan kepolisian
guna mendapatkan informasi tentang peristiwa pembunuhan terhadap anggota
mereka. Segera setelah terjadi peristiwa itu, sekitar 300 sampai 600 pasukan
Brimob, polisi reguler dan tempur dikirim ke Wasior. Dengan demikian, jumlah
aparat keamanan dan militer di tempat itu sekarang ini meningkat menjadi 2000
orang.
Ladang gas Tangguh
ditemukan pada era Suharto saat modal asing bisa berharap mendapat perlakuan
dan dan kebijakan khusus tentang pengolalaan sumber daya di Indonesia
dengan dukungan militer. Cara yang dilakukan Arco – yang mengembangkan proyek
Tangguh yang sebelumnya diambil alih oleh BP pada tahun 1999 - dalam
mengembangkan proyek Tangguh pada saat itu berjalan seperti kebiasaan ribuan
perusahaan asing di Indonesia.
Arco menjanjikan akses penggunaan tanah ulayat masyarakat adat tanpa menunggu
persetujuan mereka. Namun cara itu telah menyulitkan BP dengan adanya tuduhan
bahwa mereka menikmati keuntungan yang berlandaskan pelanggaran HAM secara
sistematik. BP ingin mengembangkan citra
positif di Papua Barat.
Sikap ini mungkin
berbeda seratus delapan puluh derajat dengan sikap perusahaan yang menjalankan
proyek penambangan mineral dan emas yang pertama di wilayah tersebut, yaitu
Freeport/Rio Tinto. Sejarah perusahaan tersebut penuh diwarnai dengan cerita pembunuhan,
pelanggaran HAM dan kerusakan lingkungan. Meskipun demikian,
kritik terhadap proyek BP di negeri lain telah menghancurkan upaya mereka
menampilkan wajah yang lebih manusiawi dan menempatkan diri sebagai perusahaan
minyak multinasional yang berpandangan jauh kedepan. Terlebih lagi, kegiatan
utama BP di Indonesia, yaitu tambang batubara Kaltim Prima yang dijalankan
bersama dengan Rio Tinto – sedang dilanda masalah pemogokan dan sengketa tanah
selama bulan-bulan belakangan ini.
Terlepas
setuju atau tidak setuju, keberadaan BP melalui pelaksanaan proyek besar ini
berpengaruh luas terhadap situasi militer di wilayah tersebut. Pasukan Indonesia ingin
menunjukkan kekuatannya di seluruh wilayah dan meredam perlawanan politik.
Agenda itu sendiri sudah berjalan – di mana keamanan di Tangguh berkait dengan
operasi Wasior. Segera setelah peristiwa 13 Juni, Gubernur
Papua, JP Salossa mengatakan bahwa proyek Tangguh harus terus berjalan meskipun
ada ancaman serangan terhadapnya. Ia mengatakan akan meminta komandan militer
dan polisi setempat membantu pemerintah daerah menjaga keamanan proyek tersebut
dan "faktor keamanan adalah prioritas dalam pembangunan LNG di Bintuni."
Situasi umum keamanan di
Papua Barat dan Indonesia
adalah faktor kunci kemampuan Tangguh memenangkan kontrak pemasokan LNG. Ini
merupakan syarat penting apabila proyek tersebut ingin terus berjalan. Pembeli
utama gas olahan – Proyek Gas Alam Cair China Guandong – sangat peduli terhadap
kemampuan Indonesia
menjamin kelancaran pasokan. Desas-desus menyatakan bahwa China
National Offshore Oil Corps (CNOOC) yang mengerjakan proyek Guandong
sedang mencari dua sumber pemasok. Menurut Baihaki
Hakim yang menjabat sebagai Pimpinan Pertamina, hal itu akan membuat
nilai ekonomis proyek Tangguh merosot. Sekarang ini, BP menawarkan kepada CNOOC
5% saham proyek Tangguh untuk mempermudah mereka memenangkan tender. Namun
dikabarkan pula bahwa kriteria seleksi di Cina memasukan masalah stabilitas
politik seperti halnya stabilitas produksi dan pasokan jangka panjang sebagai
pertimbangan dasar mereka. Dengan demikian, penghentian operasi Exxon Mobil di
Aceh dengan alasan keamanan hanya akan menjadi kendala yang menghambat mereka.
Bagi kalangan garis
keras dalam pemerintahan Indonesia,
keamanan adalah faktor pembenar tindakan membungkam perlawanan politik di Papua
Barat. Seperti saat penutupan Exxon Mobil yang mendorong gelombang operasi
militer baru di Aceh, kebijakan yang sama juga dapat digunakan di Papua Barat
untuk mencegah terganggungnya proyek Tangguh dan menjamin pembeli potensial
bahwa pasokan yang mereka inginkan akan terus di dapat.
Peran Pemerintah Inggris
Perlu diperhatikan pula
bagaimana peran pemerintah Inggris yang mendukung proyek Tangguh. Duta besar
Inggris, Richard Gozney, pernah berkunjung ke Tangguh saat terjadinya
pembunuhan Wasior. Dilaporkan pula bahwa Gozney mengeluarkan komentar yang
menandakan persetujuan pemerintah Inggris atas operasi militer yang terjadi di
wilayah tersebut. Berkatian dengan hal tersebut, TAPOL, lembaga Kampanye HAM
Indonesia di Inggris, telah menuntut pemerintah Inggris melakukan tekanan
kepada pemerintah Indonesia untuk menghentikan operasi militernya di Wasior dan
menarik pasukan tambahan yang ditempatkan di sana sejak awal April lalu.
Beberapa proyek yang termasuk dalam proyek
Tangguh adalah:
- Proyek Tangguh dijalankan oleh BP dan dimiliki bersama oleh beberapa perusahaan, termasuk perusahaan minyak negara, Pertamina. Sekarang ini BP memiliki saham sebanyak 40% dan Mitsubishi sebanyak 16%. Perusahaan British Gas Plc juga terlibat dalam proyek ini
- BP merencanakan untuk membuka dua buah ladang gas lepas pantai di Teluk Bintuni pada tahun 2004/5 ditambah pabrik pengolahan gas alam cair seluas 600 hektar di wilayah hutan hujan.
- Sekitar lebih dari 5000 buruh dipekerjakan untuk membangun dua jaringan produksi gas senilai US $ 1,5 milyar.
- Di perusahaan itu nantinya hanya akan ada 350 pekerjaan permanen
- Jangka waktu pelaksanaan proyek diperkirakan mencapai lebih dari 30 tahun
- Eksplorasi masih terus dilakukan di wilayah lainnya di sekitar wilayah "Kepala Burung" di Papua Barat. Lebih banyak platform dan lima pabrik gas alam cair akan dibuka tergantung hasil dari eksplorasi tersebut.
- Ladang-ladang Weriagar, Berau dan Muturi mengandung lebih dari 14 trilyun kubik cadangan gas.
- Kontrak Guangdong menawarkan potensi penjualan sekitar 3 juta ton gas alam cair setiap tahunnya, yang dimulai pada tahun 2005; BP juga telah memenangkan kontrak untuk membangun terminal gas di Guangdong.
- Menurut Far Eastern Economic Review, BP merencanakan untuk menggunakan pelabuhan udara Freeport dan fasilitas pelabuhan di Timika selama tahap perkembangan Tangguh, tapi sekarang ini masih mempertimbangkan rencana tersebut. (FEER 5/Juli/01). (http://www.downtoearth-indonesia.org/id/story/proyek-tangguh-bp-yang-memacu-meningkatnya-ketegangan, diunggah pada hari Selasa tanggal 15 April 2014 pukul 05.15 p.m.)
SHELL
Sebagai bagian dari
Royal Dutch/Shell Group (Shell), salah satu perusahaan minyak dan gas terkemuka
di dunia, Shell Indonesia memiliki ikatan sejarah yang erat dengan Indonesia
selama lebih dari 100 tahun yang lalu.
Meskipun Royal Dutch Shell plc
didirikan di Den Haag pada tahun 1890, sejarah Shell di Indonesia dimulai sejak
tahun 1884 ketika warga negara Belanda, Aeilko Jans Zijlker, menemukan jejak
minyak di Sumatra. Dengan lisensi yang diperoleh dari penguasa
setempat, Sultan Langkat, dia menggali sumur pertamanya yang ternyata kering.
Setahun setelahnya, dia menggali Telaga Tunggal 1 di Pangkalan Brandan Sumatra
Utara dan kali ini dia menemukan minyak dari Telaga Tunggal 1 dan mulai
berproduksi dalam kuantitas komersial.
Pada tahun 1890, Ziljker
mengubah "Provisional Sumatra Petroleum Company" miliknya menjadi
sesuatu yang lebih substansial, dan pada tanggal 16 Juni, piagam
perusahaan Royal Dutch Petroleum Company didirikan di Den Haag. Sejak itulah
Royal Dutch Shell plc/Shell Group of Companies ada di Indonesia dalam berbagai
aktivitas bisnis.
Shell merupakan pemain
utama dalam pasar pelumas industri. Shell terbukti sebagai pemimpin dan
inovator pelumas yang mampu memenuhi berbagai macam dan jenis kebutuhan mesin,
seperti mesin hidrolik, roda gigi, peralatan mesin, kompresor, dan turbin.
Shell menyediakan beraneka ragam produk pelumas yang telah dikembangkan secara
khusus untuk memenuhi kebutuhan spesifik masing-masing industri seperti:
pertambangan, semen, dan pembangkit tenaga listrik.
Dalam bidang
transportasi, Shell menawarkan berbagai pelumas yang berkualitas tinggi,
diantaranya Rimula, yang telah banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan
transportasi. Dalam bidang Kelautan, Shell menyediakan bahan bakar, pelumas,
dan pelayanan terkait untu kapal-kapal dalam berbagai skala. Di Indonesia,
Shell Marine Products memiliki jaringan pasokan yang kuat dari lebih dari 15
lokasi pelabuhan melalui distributor-distributor resmi.
Pada tahun 2006, Shell
memulai bisnis Commercial Fuels di Indonesia, dimana Shell menyediakan bahan
bakar dan dukungan teknis terkait untuk Sektor Industri dan Transportasi. Shell
Bitumen dikenal sebagai Merek Bitumen Global Terkemuka di dunia, dengan
performa yang membanggakan dalam pembuatan konstruksi sebagian besar
bandara/jalan tol di dunia, serta melindungi bangunan-bangunan dari kebocoran
akibat tekanan atau resapan air/tekanan air. Shell memiliki komitmen untuk
memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen dengan menyediakan dukungan teknis
terbaik, produk berkualitas serta layanan pra dan pasca penjualan kepada
seluruh konsumen.
Shell
untuk Pengendara Bermotor
Pelumas
Otomotif
Di pasar pasar pelumas
otomotif di Indonesia,
merek Shell telah tumbuh dengan pesat. Produknya yang terkemuka, Shell Helix,
menempati posisi merek yang kuat dan dikenal sebagai pelumas berkualitas tinggi
untuk kendaraan roda 4.
Di samping itu, Shell
Advance, pelumas yang dirancang khusus untuk kendaraan roda dua juga terbukti
unggul di kelasnya.
SPBU
Shell
Shell Indonesia
mencatat tonggak sejarah baru dengan diresmikannya SPBU Shell pertama di
Karawaci, Tangerang. Shell merupakan perusahaan minyak internasional
pertama dalam bisnis ritel BBM di Indonesia setelah 40 tahun.
SPBU berkelas
internasional dengan fasilitas lengkap ini merupakan perwujudan komitmen Shell
untuk memberikan produk dengan kualitas teruji, kuantitas yang akurat dan
layanan terbaik . Shell memiliki aspirasi untuk meningkatkan jumlah SPBU di
Jakarta dan di wilayah lain di Indonesia.
Prinsip Umum Bisnis Shell
Sejalan dengan
perusahaan-perusahaan Shell lainnya di seluruh dunia, Shell Indonesia juga
menerapkan Prinsip-prinsip Umum Bisnis Shell, yang menjelaskan mengenai
cara kami menjalankan bisnis. Prinsip ini mendeskripsikan perilaku yang
diharapkan dari setiap karyawan dan setiap orang yang berbisnis dengan kami.
Prinsip ini didasarkan pada nilai inti kami yaitu kejujuran, integritas, dan
rasa hormat pada orang lain.
Kesehatan,
Keselamatan, Keamanan, dan Lingkungan (HSSE, Health, Safety, Security and Environment)
Konsisten dengan
komitmen kami untuk berkontribusi terhadap pembangunan yang berkelanjutan,
perusahaan-perusahaan Shell memiliki pendekatan sistematis terhadap kesehatan,
keselamatan, keamanan, dan manajemen lingkungan untuk mencapai perbaikan
kinerja yang berkelanjutan. Untuk itu, perusahaan-perusahaan Shell mengelola
masalah ini seperti aktivitas bisnis penting lainnya, menetapkan target untuk
perbaikan, dan mengukur, menilai, serta melaporkan kinerja. Aktivitas HSSE
meliputi pelatihan cara berkendara yang aman untuk semua karyawan dan wiraniaga
Shell Indonesia serta melakukan pengkajian terhadap risiko kesehatan secara
teratur.
Shell
dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia di
Shell merupakan aset terpenting kami dan Shell menginvestasikan segala
kemampuan untuk memberikan program-progam pembelajaran yang berkesinambungan
guna membangun dan meningkatkan kemampuan profesional, teknis, dan manajemen di
semua bidang. Program Pembelajaran dan Pengembangan adalah bagian integral dari
Strategi pengembangan Sumber Daya Manusia dan setiap individu di Shell akan
bekerja bersama-sama dengan atasannya untuk menentukan keterampilan dan
perilaku yang dibutuhkan serta menentukan cara untuk membangunnya. Shell
percaya bahwa Program Pembelajaran dan Pengembangan akan membantu setiap
individu dalam mencapai pengembangan pribadi dan karir, menciptakan budaya
kerja berkinerja tinggi, dan mendorong pengembangan pribadi yang sesuai dengan
arah dan strategi perusahaan.
Shell
dan Masyarakat
Melalui berbagai program
investasi sosial, PT Shell Indonesia memiliki komitmen terhadap pembangunan
berkelanjutan di wilayah dan komunitas tempat aktivitas bisnis kami berada. Aktivitas
sosial ini didorong oleh komitmen terhadap pembangunan berkelanjutan dan
keyakinan bahwa kesuksesan jangka panjang kami akan bergantung pada kemampuan
kami untuk menciptakan keseimbangan yang tepat antara pertumbuhan ekonomi,
kepedulian terhadap lingkungan, dan pembangunan kemasyarakatan yang merata.
Program
investasi sosial kami yang utama adalah Shell LiveWIRE yang bertujuan untuk
memotivasi anak muda yang berusia antara 18-32 tahun untuk tertarik pada bidang
kewirausahawanan dan mempertimbangkannya sebagai pilihan karir. Program ini
akan mendorong kesadaran dan memberikan pengetahuan, bimbingan dan saran kepada
anak muda mengenai kiat-kiat memulai bisnis sendiri dengan dukungan serta
panduan dari praktisi bisnis yang berpengalaman. Program investasi sosial
lainnya meliputi pendidikan, kesehatan, pembangunan masyarakat, lingkungan, dan
program energi yang berkelanjutan. (http://www.shell.co.id/id/aboutshell/shell-businesses/profile.html,
diunggah hari Selasa tanggal 15 April 2014 pukul 04.43 p.m.)
Kekayaan
SHELL:
Pendapatan
|
▲
US$ 368.056 milyar (2010)
|
▲
US$ 35.344 milyar (2010)
|
|
▲
US$ 20.474 milyar (2010)
|
|
▲
US$ 322.560 milyar (2010)
|
|
▲
US$ 148.013 milyar (2010)
|
(http://id.wikipedia.org/wiki/Shell_%28perusahaan%29,
diunggah hari Selasa tanggal 15 April 2014 pukul 04.33 p.m)
Upaya
mendorong investasi di sektor minyak dan gas (migas) terus dilakukan. Kali ini,
pemerintah mengincar investasi dari empat raksasa migas dunia. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
Jero Wacik mengatakan, sektor migas yang memiliki karakter padat teknologi dan
padat modal masih membutuhkan peran perusahaan multinasional untuk mendororong
investasi di Indonesia. "Potensi Indonesia bagus, jadi kami yakin
perusahaan multinasional akan terus berinvestasi di Indonesia," ujarnya
kemarin (27/7). Dalam lawatannya ke
Perancis dan Inggris pekan ini, Jero bertemu dengan empat bos raksasa migas internasional,
yakni Total, Beyond Petroleum (dulu British Petroleum/BP), Premiere Oil, dan
Shell. "Pembicaraan seputar investasi yang sudah ditanam di Indonesia saat
ini dan rencana investasi ke depan," katanya. Total, raksasa migas asal
Perancis yang masuk ke Indonesia
melalui bendera Total EP Indonesie, saat ini merupakan salah satu investor
migas terbesar di Indonesia.
Data
Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMigas) menyebut,
tahun ini komitmen investasi migas diproyeksi bakal menembus USD 20,9 miliar
atau sekitar Rp 195 triliun. Angka tersebut naik signifikan dibanding realisasi
investasi tahun 2011 yang sebesar USD 13,9 miliar atau sekitar Rp 130 triliun.
Selain sektor migas, komitmen investasi juga diraih dari sektor pertambangan
mineral. Salah satunya dari Eramet, perusahaan asal Perancis yang ingin
membangun smelter nikel atau pabrik pengolahan hasil tambang di Halmahera, Sulawesi. "Nilai investasinya lebih dari EUR 5
miliar (sekitar Rp 55 triliun)," ujar Jero. (http://www.jpnn.com/read/2012/07/28/135119/jpnn_network.php,
diunggah hari Selasa tanggal 15 April 2014 pukul 05.07 p.m.)
KONFLIK PAPUA
Konflik Papua
adalah konflik di Provinsi Papua di Indonesia. diawali pada tahun 1961, muncul keinginan Belanda untuk membentuk negara Papua
Barat terlepas dari Indonesia,
Langkah Belanda ini dilawan Presiden Soekarno dengan mendekatkan diri pada
negara komunis terutama Uni Soviet. Sikap Soekarno ini membuat takut Belanda
dan Presiden Amerika Serikat John F Kennedy. Sebab jika itu dibiarkan maka
Indonesia sangat mungkin menjadi negara komunis terbesar di Asia Tenggara.
Ketakutan itu lalu membuat Belanda mengambil sikap untuk menyerahkan masalah
Papua ke PBB. Dari dan melalui PBB, Belanda mengambil sikap untuk keluar dari
papua dan tidak jadi Mengambil,merebut,dan menjajah Papua lalu Papua diserahkan
" kembali " ke Indonesia dengan syarat memberi kesempatan pada rakyat
Papua untuk menentukan sikap sendiri atau referendum (Penentuan Pendapat
Rakyat/PERPERA). Lewat PERPERA tahun 1969, rakyat Papua memilih " tetap
" dalam lingkungan Republik Indonesia.
Organisasi Papua Merdeka (disingkat OPM) adalah sebuah organisasi adat didirikan
pada tahun 1965 untuk mempromosikan penentuan nasib sendiri dan pemisahan diri Papua dari Republik Indonesia.
Gerakan ini dilarang di Indonesia, dan mengibarkan Bendera Bintang Kejora dan berbicara dalam mendukung tujuan OPM adalah dilarang
kegiatan di Indonesia, yang dapat dikenakan biaya dari "Makar"
(pengkhianatan)[9]. Sejak awal berdirinya OPM telah mencoba dialog
diplomatik, melakukan upacara bendera (ilegal menurut hukum Indonesia), dan
tindakan militan dilakukan sebagai bagian dari Konflik Papua. Pendukung
secara rutin menampilkan Bendera Bintang Kejora dan simbol lainnya Kesatuan Papua yang telah diadopsi pada periode 1961 sampai
pemerintahan Indonesia dimulai pada bulan Mei 1963 dengan Perjanjian New York.
Para pendukung organisasi menuduh orang-orang Papua tidak
memiliki hubungan etnis, budaya atau geografis dengan Indonesia, bahwa mereka
adalah orang-orang kolonial di bawah Resolusi PBB 1541 dan bahwa mereka berhak ketentuan Resolusi PBB 1514. Menurut pendukung OPM, pemerintah Indonesia di Papua adalah pendudukan militer.
Pemerintah Indonesia menyatakan bahwa wilayah tersebut
memilih untuk dimasukkan ke dalam Republik Indonesia dengan referendum yang
dikenal sebagai Tindakan Pemilihan Bebas pada tahun 1969. Pernyataan ini ditolak oleh para pendukung
organisasi yang menuduh Tindakan Pemilihan Bebas tidak sukarela dan tidak
mewakili populasi. (http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik_Papua,
diunggah hari Selasa tanggal 15 April 2014 pukul 04.53 p.m.)
Konflik Papua memiliki satu hal
unik, yang membedakannya dengan konflik-konflik lokal lain di Indonesia.
Keunikan ini adalah adanya nasionalisme Papua yang telah tertanam di dalam diri
rakyat Papua selama puluhan tahun. Rasa nasionalisme tersebutlah yang mendorong
rakyat Papua membenci adanya penjajahan terhadap mereka, baik yang dilakukan
Belanda maupun Indonesia.
Nasionalisme
Papua yang mulai ditanamkan oleh Belanda ketika didirikan sekolah pamong praja
di Holandia, tertanam serta tersosialisasikan dari generasi ke generasi. Ketika
Belanda dan Indonesia
bukanlah pihak yang diharapkan, rakyat Papua melihat keduanya sebagai bangsa
yang hendak menguasai Papua. Pemikiran ini yang menyebabkan gerakan
anti-Indonesia sangat kuat dan mudah meluas di Papua. Kebijakan represif pada
masa Orde Baru tidak mampu memadamkan nasionalisme ini, namun justru
memperkuatnya. (http://aiirm59.blogspot.com/2012/05/konflik-papua.html,
diunggah hari Selasa tanggal 15 April 2014 pukul 05.33 p.m.)
Pemetaan Faktor-Faktor Pemicu Konflik di Papua
1. Persepsi
Masalah persepsi ini
timbul bahkan sejak Papua bergabung ke Indonesia. Timbulnya persepsi bahwa
“diri saya” lebih baik daripada yang lain, menciptakan superioritas in-group
dan memandang remeh out-group. Pada Masa awal, pihak pemerintahlah yang seperti
menganak tirikan masyarakat Papua. Hal ini dapat dilihat dari persepsi selektif
yang berkembang di masa itu bahkan mungkin saja hingga masa sekarang ini, yaitu
masyarakat Papua adalah Stone Age of Irian Jaya ( Orang Zaman Batu).
Persepsi selektif ini berkembang juga di kalangan TNI dan Polisi yang dikirim
ke Papua, bahwa orang-orang Papua sebagai “Badan Bau” dengan keahlian berburu.
Hal ini tentu saja menimbulkan resistensi masyarakat Papua kepada
Pemerintah. Masyarakat Papua menjadi merasa bukan sebagai bagian dari Indonesia, dan merasa berbeda dari orang Indonesia.
2. Perbedaan
etnis dalam etnis masyarakat Papua itu sendiri
Seperti yang kita
ketahui di Papua mempunyai keragaman etnis. Masing-masing etnis di Papua
mempunyai ketua adatnya masing-masing. Demikian juga, dengan
peraturan-peraturan daerah setiap etnis mempunyai cirinya
sendiri-sendiri. Perbedaan etnis ini juga terkadang menimbulkan konflik di
papua. Bahkan dalam perjuangan mereka menuntut referendum pun, hal tersebut
telah berkembang menciptakan faksi-faksi di organisasi dalam masyarakat itu
sendiri.
3. Pertambangan
khususnya Tambang Emas Freeport
Papua merupakan salah
satu daerah di Indonesia
yang paling kaya, salah satunya adalah dengan berlimpahnya emas di
Gunung Grasberg di Puncak Irian Jaya. George A. Maley menyatakan deposit
di gunung ini mencapai 1,76 miliar ton batuan bijih dengan kadar rata-rata 1,11
persen tembaga atau sama dengan 35,2 milyar pon logam tembaga
murni. Sayangnya, Gunung Grasberg dan pertambangannya ini dikuasai oleh
Amerika. Selain pembagian keuntungan yang tidak seimbang antara pemerinta Indonesia
dengan Pt. Freeport, pertambangan emas ini juga memicu konflik masyarakat
Papua, dengan pemerintah , dan Pt Freeport.
4. Pembalakkan
Hutan di Papua.
Kondisi hutan di Papua
saat ini telah semakin menipis. Pada tahun 2005-2009, luas hutan Papua 42 juta
hektar (ha). Di tahun 2011 luas hutan Papua hanya tersisa 30, 07 juta hektar.
Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap masyarakat Papua, karena mereka
mempunyai adat-istiadat untuk melindungi tanah dan hutan mereka.
Selain itu, hutan sangat penting bagi
keberlangsungan hidup masyarakat di Papua. Hutan memberikan segala kebutuhan
mereka mulai dari makanan bahkan kebutuhan untuk tempat tinggal. Jika hutan
tidak ada lagi, maka tumbuhan dan hewan-hewan yang hidup di hutan akan punah,
dan binatang-binatang buas akan mengganggu warga. Jika ekosistem
terganggu, maka dapat menciptakan kelaparan yang dapat berpengaruh terhadap
kesejahteraan masyarakat. Jika kesejahteraan masyarakat terganggu ada
masyarakat dan faktor-faktor luar seperti LSM dan sebagainya yang akan menuntut
pemerintah dan jika ada tindakan represif tentunya dapat menciptakan konflik.
Lahan hutan yang terkena pembalakkan secara tidak terkontrol ini juga dapat
menjadi garis awal kepentingan-kepentingan luar seperti LSM lingkungan, green
peace dan sebagainya.
5. Hasil
bumi, termasuk salah satunya kekayaan laut.
Di Kepulauan raja Ampat,
Papua, Dr. Gery Allen menyatakan telah ditemukan 950 jenis ikan karang dalam
dua pekan, dan terdapat empat jenis yang tergolong baru bagi dunia yaitu
Eviota, sejenis ikan gobi, Apogon, dan satu jenis hiu disebut Hemysyllium. Raja
Ampat disinyalir merupakan taman laut yang paling indah di dunia. Dr. Fred
Wells dari Australia
menambahkan, dalam waktu singkat ia berhasil menemukan 600 jenis
Molusca dari berbagai ukuran. Beragam jenis ikan dan kondisi Papua
yang asri meningkatkan kualitas Sumber daya alam di bumi Papua. (http://gettingintimatewithglobalworldina.wordpress.com/2014/01/24/pemetaan-tabel-faktor-faktor-di-papua-yang-dapat-memicu-konflik/,
diunggah hari Selasa tanggal 15 April 2014 pukul 04.56 p.m.)
Berikut
ini hasil diskusi kelompok kami (Rina Astuti, Rini Andriani, Risa Meilani, Tika
Dwi Purnami & Yuliati) dari teks yang berjudul “Don’t Use Your Data as a
Pillow”:
Paragraph 1:
Sentence
1 : pesta kecil untuk perpisahan.
Sentence
2 : menurut Eben, pesta perpisahan tersebut adalah pesta yang sederhana, tapi
tidak untuk orang Papua sendiri karena pesta tersebut diadakan hanya untuk
orang-orang yang dianggap penting.
Sentence
3 : pesta yang sudah dijadwalkan untuk Eben yang telah menyelesaikan
researchnya.
Sentence
4 : Eben berharap dengan adanya pesta tersebut dia akan menemukan jaringan baru
untuk melengkapi researchnya.
Sentence
5 : sebuah diskusi untuk menanyakan hasil dari research, basic value dari
researchnya.
Sentence
6 : dua cara yang digunakan Eben untuk menghadapi tantangan yaitu pendekatan
metodologi dasar dan prinsip mengarahkan.
Kesimpulan paragraf 1:
Sebuah
pesta penghormatan yang dipersembahkan untuk orang penting khususnya untuk Eben
yang telah menyelesaikan penelitiannya.
Kesimpulan paragraf 2:
Ketika
Eben hendak melakukan penelitian tentang El-Nino (kekeringan) di Papua,
ternyata pada saat itu di Papua sedang turun hujan. Hal tersebut mengurangi antusiasme
Eben untuk meneliti El-Nino. Eben justru merasa bingung karena pada saat itu di
Papua sedang maraknya gerakan reformasi setelah lengsernya Presiden Suharto.
Kesimpulan paragraf 3:
Setelah
Eben menyaksikan serangkaian pembantaian yang dilakukan oleh militer Indonesia
terhadap penduduk Papua, Eben mulai mengerti mengapa penduduk Papua menolak
untuk reformasi dan lebih memilih jalan untuk merdeka dibandingkan dengan jalan
reformasi.
Kesimpulan paragraf 4:
Eben
melakukan perjalanan ulang ke Papua untuk melakukan research tentang adat khas
Papua. Fakta yang mencengangkan adalah ketika Eben menemukan bukti bahwa nenek
moyangnya pernah menjajah Papua. Hal tersebut membuat Eben berpikir ulang untuk
melakukan researchnya.
Kesimpulan paragraf 5:
Sebagian
besar orang-orang Papua melihat Eben sebagai sekutunya. Tapi disisi lain Eben
tertarik untuk membantu orang-orang Papua dalam mendapatkan kebebasannya.
Kesimpulan paragraf 6:
Waropen
(anggota komnas HAM) diundang oleh Deni ke pestanya. Kemudian terjadilah perbincangan
antara Waropen dan Eben. Perbincangan tersebut mengingatkan Eben pada kejadian
ketika Eben pertamakali datang ke Papua, yang mana pada saat itu sedang
maraknya gerakan reformasi di Indonesia.
Kesimpulan paragraph 7:
Eben
dan Denny mengunjungi Wasior untuk menginvestigasi rumor bahwa agen-agen
militer Indonesia
ternyata diam-diam mendukung misi Papua untuk merdeka.
Kesimpulan paragraf 8:
Penelitian
Eben dan Denny di Wasior dilakukan secara rahasia dengan menyembunyikan
identitas narasumber yang mereka wawancarai.
Kesimpulan paragraf 9:
Eben
dan Denny tidak ingin mengambil resiko untuk mewawancarai seorang dukun yang
telah diagendakan sebelumnya dalam penelitian mereka, karena penelitian mereka
masih dibawah pengawasan.
Kesimpulan paragraf 10:
Eben
bermaksud untuk menjadikan Waropen sebagai narasumber penting untuk membatu
melengkapi kesenjangan penelitiannya tentang dukun yang belum berhasil Eben
wawancarai.
Kesimpulan paragraf 11:
Eben
mewawancarai Waropen dengan tetap menyembunyikan identitas narasumber. Waropen
balik Tanya kepada Eben mengapa Eben menyembunyikan identitas narasumber,
padahal hal tersebut dapat menguatkan hasil penelitiannya.
Kesimpulan paragraph 12:
Eben
mendapatkan pengecualian dari universitasnya untuk menyembunyikan identitas para
narasumber yang telah ia wawancarai. namun, sebagai narasumber Waropen
menginginkan identitasnya dicantumkan karena ia ingin diakui sebagai intelek
publik.
Kesimpulan paragraph 13:
Sebuah
sumber yang disembunyikan dapat menimbulkan kecurigaan para pembaca surat kabar dan majalah.
Namun, para jurnalis dan editor juga memiliki hukum dan UU untuk menyembunyikan
identitas para narasumber guna melindungi diri dari gugatan pencemaran nama
baik narasumber karena ada beberapa hal tertentu yang tidak untuk bisa
dipublikasikan.
Kesimpulan paragraf 14:
Waropen
merupakan salah satu sumber “data” atau informasi penting dalam penelitian yang
dilakukan Eben. Eben menawarkan beberapa saran untuk mencapai merdeka
(kebebasan di Papua). Saran Eben tersebut sudah terpikirkan oleh Waropen, namun
Waropen tidak mempunyai cukup bukti, sedangkan sistem hukum sekarang harus
segala sesuatunya harus berdasarkan bukti. Waropen melihat atau menganggap Eben
sebagai sekutu, tapi disisi lain Eben membutuhkan keterangan dari Waropen untuk
penelitian dari universitasnya.
Kesimpulan paragraf 15:
Percakapan
antara Eben dan Waropen mulai memanas dan beradu argument mengenai
disembunyikannya identitas narasumber. Bahkan Eben mulai menyinggung mengenai
iddentitas korban dan saksi dalam kasus HAM pun harus dilindungi. Waropen pun
bersikeras sehingga mengatakan “Jangan menggunakan data Anda sebagai bantal dan
pergi ke tidur ketika Anda kembali ke Amerika!”
“Jangan hanya menggunakan ini (penelitian) sebagai jembatan untuk
peluang profesional Anda sendiri!”
Kesimpulan paragraf 16:
Waropen
menginginkan Eben untuk menjadi seorang ahli regional yang handal dengan alasan
banyak antropolog budaya terlalu berhati-hati dalam melakukan researchnya. Jika
researchnya itu berhubungan dengan kekuasaan. Selain itu ahli regional sering
mengabaikan tuntutan akuntabilitas dari orang-orang yang menjadi narasumber
mereka. Sehingga kritikan-kritikan si ahli tidak mendapatkan respon serius dari
para penguasa.
Kesimpulan paragraf 17:
Waropen
meminta Eben untuk memikirkan kembali apa yang disebut sebagai data dalam
antropologi budaya. Karena baru-baru ini Charles Hale mendesak antropolog untuk
mengambil metodologi positif serius dalam setiap research.
Kesimpulan paragraf 18:
Ketika
Eben bertemu Waropen dia sudah menerbitkan sejumlah artikel dikoran tentang Papua Barat. Waroprn
mendorong Eben untuk menunjukan fakta dan tindakan nyata dalam tulisannya.
Konfrontasi Waropen membuat Eben berpikir bagaimana dia bisa mulai masuk untuk
membawa pengetahuan dan penelitiannya tentang Papua Barat pada dunia.
Kesimpulan paragraf 19:
Ketika
Eben dan Denny pergi ke Wwasior, Eben hendak meneliti tentang kekerasan yang
terjadi di perusahaan BP. BP sebelumnya bernama “British Petroleum” kemudian
diubah menjadi menjadi “Beyond Petroleum”, baru saja mulai mengeksploitasi
lading gas di Papua Barat yang diperkirakan akan menghasilkan keuntungan dan
hasil yang sangat besar. Kabarnya, agen militer Indonesia memprovokasi kekerasan
dalam upaya konvensional untuk menguntungkan “perlindungan” kontrak.
Kesimpulan paragraf 20:
Eben
berhasil mewawancarai dua orang agen Papua. Salah satunya mengatakan bahwa dia
mendapat dukungan logistic dan intelejen untuk membunuh para perwira polisi.
Wawancara tersebut membuktikan rumor yang menghubungkan kekerasan yang terjadi
di Wwasior untuk proyrk BP. Agen tersebut mengatakan bahwa seorang perwira
militer aktif telah mencoba untuk membunuhnya karena ia tahu terlalu banyak.
Dia meminta bantuan Eben untuk melarikan diri, namun Eben tidak bisa melakukan
apapun untuk membantunya.
Kesimpulan paragraf 21:
John Rumbiak yang merupakan pembela hak asasi manusia mengundang Eben untuk
menghadiri pertemuan di London dengan Dr. Byron Grote, the Chief Financial
Officer (CFO) di markas BP (Beyond Petroleum) pada
akhir Mei 2003. Dengan menghadiri pertemuan itu,
Eben bisa mempresentasikan penemuannya tentang kekerasan militer yang ada di
Wasior. Dalam presentasi
Eben kepada Dr. Byron Grote secara tidak langsung Rumbiak sedang menjadikan
Eben sebagai saksi yang kuat tentang adanya kasus di Papua Barat.
Kesimpulan paragraf 22:
Eben
bertemu dengan Rumbiak sebelum menghadiri pertemuan dikantor pusat. Mereka
bercerita tentang pengalaman atau perjalanan terakhir dengan menggunakan bahasa
Indonesia dan Inggris saat mengobrol.
Kesimpulan paragraf 23:
Eben
merasa tersanjung dan terhormat karena bisa bertemu ddengan orang-orang yang
paling berkuasa di Eropa.
Kesimpulan paragraf 24:
Rumbiak
keberatan jika diskusi tidak direkam. Rumbiak ingin apa yang terjadi saat
meeting direkam untuk ditunjukan kepada rakyat Papua Barat. Tetapi perwakilan
BP menolak karena khawatir akan keamanan perusahaan mereka. BP menolak untuk
melakukan kekerasan.
Kesimpulan paragraf 25:
Dr.
Grote menolak melakukan kekerasan untuk dapat mengeksplor wilayah di Papua,
membuka masyarakat adalah cara baik. Dia menjamin semua masyarakat akan tetap
bekerja. Dr. Grote tidak ingin perusahaan lain tidak punya kode etik
mengembangkan ladang tersebut. Eben terpukau dengan perkataan tersebut.
Kesimpulan paragraf 26:
Eben
mempresentasikan penemuannya di Wasior. Seorang anggota milisi Papua mengaku
membunuh sekelompok polisi Indonesia
atas bantuan dari militer Indonesia.
Polisi Indonesia
vs TNI?
Dari pembahasan
diatas dapat disimpulkan bahwa masalah yang terjadi di Papua sangatlah
konfleks. Seperti kita lihat bahwa kekayaan alam seperti emas dan gas yang
dimiliki Papua menjadi daya tarik bagi negara lain. Untuk bisa mendapatkan
kekayaan tersebut dengan berbagai cara, seperti rekayasa politik, ekonomi dan
nasionalisme Papua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic