We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Senin, 07 April 2014

Now is the Time to Reading, Guys! (Class Review 8)




Ku tatap langit sore hari itu. Warna jingga disertai mentari yang bulat kehitaman mulai untuk terbenam. Yah, sunset pun tiba. Angin membelai tubuhku begitu indah. Kupejamkan mataku sejenak menikmati tubuhku yang terasa begitu menyatu pada alam dan suasana sore itu.  Namun, seketika itu pula aku tersadar bahwa waktu untuk beristirahat sejenak dari segala aktivitas yang berbau academic writing seperti class review, critical review, dan sebagainya telah usai.  Inilah saatnya aku memulai kembali rutinitas yang biasa aku kerjakan di mata kuliah “Writing 4” dan untuk kali ini, saatnya kami mengasah kemampuan kami dalam memahami suatu teks atau bacaan.  “So, now is the time to reading, guys!”
Nampaknya tugas class review yang kami buat kali ini bisa dikatakan sebagai tugas class review terberat sepanjang penulisan class review dari yang sebelumnya.  Hal ini dikarenakan waktu pengerjaannya yang begitu singkat yaitu hanya dua hari.  Walaupun demikian, tugas tetaplah tugas dan mau tidak mau tugas ini harus diselesaikan sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan.  Class review kali ini merupakan preview dari pertemuan kesembilan, dimana pada pertemuan tersebut kami dituntut untuk menjadi seorang pembaca (reader).  Jika sebelumnya kami berkecimpung dalam dunia tulis-menulis, maka kini saatnya kami mengasah kemampuan kami dalam memahami suatu teks atau bacaan. Hal ini dikarenakan beliau, Mr. Lala Bumela, M.Pd, sedang merancang kami untuk menjadi multilingual writer maupun reader.
Di sisi lain, ada banyak sekali hal yang disampaikan oleh beliau dalam pertemuan kemarin, namun dari sekian banyak keyword atau kata kunci, yang paling ditekankan oleh beliau adalah “constant high quality works”.  Yang dimaksud dari constant high quality works disini yaitu terdiri dari beberapa hal seperti: pengalaman membaca, diskusi dengan partner terbaik, berdoa setiap waktu, kumpul bareng di luar kelas, fokus dengan materi pembelajaran, tetap berpegang teguh dengan komitmen yang telah dibuat, kemudian tahan banting dengan segala rintangan apapun yang ada di depan mata, dan yang paling penting yaitu “TEAMWORK”.   Menurut beliau, jika sebuah kelas tidak memiliki kerjasama atau “Teamwork” yang baik, maka kelas tersebut akan sia-sia, sekalipun di dalamnya terdiri dari orang-orang yang hebat dan memiliki kemampuan tinggi dalam segala bidang.

Di pertemuan kemarin juga, kami melakukan suatu kegiatan yang mana kami dibagi kedalam beberapa kelompok untuk memaknai dan mendiskusikan isi dari sebuah wacana yang berjudul “Don’t use your data as a pillow” karangan S.Eben Kirksey. Sebagai pemanasan,  sebelum mendiskusikan wacana tersebut, kami diminta oleh pak Lala untuk mendiskusikan terlebih dahulu tentang Tivia Quiz yang masih berhubungan dengan topik wacana tersebut.  Namun dari sekian banyak pertanyaan yang beliau ajukan kepada kami, hanya ada satu buah pertanyaan yang mampu kami jawab, karena waktu yang diberikan oleh beliau kepada kami sangatlah singkat.  Jadi kami hanya mampu menjawab pertanyaan nomer satu, itupun tanpa didasari dengan pengetahuan yang luas mengenai Papua. Dari hasil diskusi kelompok kami, untuk pertanyaan pertama mengenai apa itu Papua Barat dan dimana letak wilayah tersebut? Jawabannya yaitu, Papua Barat merupakan salah satu wilayah bagian dari Papua yang ingin memisahkan diri dari Indonesia, dan letak wilayah tersebut berada dibagian timur wilayah Indonesia yaitu di pulau Papua. Sedangkan untuk pertanyaan selanjutnya, kami mencari jawabannya sendiri di rumah masing-masih.
Dari hasil penelusuran yang telah saya lakukan, saya berhasil menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut.  Namun sebelum saya memaparkan jawaban atas pertanyaan kedua dan seterusnya, alangkah baiknya jika saya melengkapi terlebih dahulu jawaban dari pertanyaan pertama.  Papua Barat (sebelumnya Irian Jaya Barat disingkat Irjabar) adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di bagian barat Pulau Papua. Ibukotanya adalah Manokwari. Nama provinsi ini sebelumnya adalah Irian Jaya Barat yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2007 tanggal 18 April 2007, nama provinsi ini diubah menjadi Papua Barat. Papua Barat dan Papua merupakan provinsi yang memperoleh status otonomi khusus.
Wilayah provinsi ini mencakup kawasan kepala burung pulau Papua dan kepulauan-kepulauan di sekelilingnya. Di sebelah utara, provinsi ini dibatasi oleh Samudra Pasifik, bagian barat berbatasan dengan provinsi Maluku Utara dan provinsi Maluku, bagian timur dibatasi oleh Teluk Cenderawasih, bagian selatan dengan Laut Seram dan di bagian tenggara berbatasan dengan provinsi Papua. Batas Papua Barat hampir sama dengan batas Afdeling ("bagian") West Nieuw-Guinea ("Guinea Baru Barat") di masa Hindia Belanda.  Provinsi Papua Barat ini meski telah dijadikan provinsi tersendiri, namun tetap mendapat perlakuan khusus sebagaimana provinsi induknya. Provinsi ini juga telah mempunyai KPUD sendiri dan menyelenggarakan pemilu untuk pertama kalinya pada tanggal 5 April 2004.  Provinsi ini juga mempunyai potensi yang luar biasa, baik itu di bidang pertanian, pertambangan, hasil hutan maupun pariwisata.
Untuk pertanyaan kedua yaitu tentang perbedaan apa yang dapat kita lihat antara Papua dan Irian jaya?  Menurut informasi yang saya dapatkan dari hasil penelusuran saya, perbedaan antara Papua dan Irian Jaya hanya terletak dari segi penamaannya saja.  Ada sebuah cerita menarik mengenai penggantian nama Papua menjadi Irian Jaya. Nama Papua itu sendiri, merupakan nama asli dari daerah tersebut. Sedangkan Irian Jaya merupakan nama yang diberikan oleh Soekarno untuk menandakan bahwa daerah tersebut merupakan bagian dari Indonesia.  Setelah saya telusuri kembali hal-hal yang berkaitan dengan Papua, ada hal yang saya lewatkan yaitu tentang kemerdekaan Papua. Kemerdekaan Papua tidaklah serempak dengan kemerdekaan Indonesia yang ditandai dengan proklamasi. Pada saat Indonesia telah merdeka, wilayah Papua masih dimonopoli oleh Belanda. Oleh sebab itu, dibentuklah gerakan Trikora dalam upaya pembebasan Papua. Maka, sebagai tanda pelepasan diri dari Belanda, Ir. Soekarno mengubah nama Papua menjadi IRIAN JAYA yang artinya Ikut Republik Indonesia Anti Nederland (IRIAN).
Kemudian pertanyaan selanjutnya yaitu pada tahun berapa Papua diintegrasikan ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)? Papua resmi bergabung dengan Indonesia pada tahun 1969 yang disahkan oleh PBB dalam siding Umum ke-24 pada tanggal 19 November. Hasil pengesahan tersebut melalui PEPERA (Penentuan Pendapat Rakyat) yang berlangsung melalui tiga tahap.  Sedangkan untuk pertanyaan selanjutnya yaitu seputar “TRIKORA” (Tri Komando Rakyat).  TRIKORA merupakan sebuah gerakan dalam upaya pembebasan Irian Barat dengan jalan operasi militer. Gerakan ini dikeluarkan oleh presiden Soekarno pada tanggal 19 Desember 1961 dalam sebuah rapat raksasa di Yogyakarta.
Dalam pidatonya ”Membangun Dunia Kembali” di forum PBB tanggal 30 September 1960, Presiden Soekarno berujar, ”......Kami telah mengadakan perundingan-perundingan bilateral......harapan lenyap, kesadaran hilang, bahkan toleransi pu n mencapai batasnya. Semuanya itu telah habis dan Belanda tidak memberikan alternatif lainnya, kecuali memperkeras sikap kami.”
Tindakan konfrontasi politik dan ekonomi yang dilancarkan Indonesia ternyata belum mampu memaksa Belanda untuk menyerahkan Irian Barat. Pada bulan April 1961 Belanda membentuk Dewan Papua, bahkan dalam Sidang umum PBB September 1961, Belanda mengumumkan berdirinya Negara Papua. Untuk mempertegas keberadaan Negara Papua, Belanda mendatangkan kapal induk ”Karel Doorman” ke Irian Barat.
Terdesak oleh persiapan perang Indonesia itu, Belanda dalam sidang Majelis Umum PBB XVI tahun 1961 mengajukan usulan dekolonisasi di Irian Barat, yang dikenal dengan ”Rencana Luns”.   Untuk menanggapi rencana licik Belanda tersebut, pada tanggal 19 Desember 1961 bertempat di Yogyakarta, Presiden Soekarno mengumumkan TRIKORA dalam rapat raksasa di alun alun utara Yogyakarta, yang isinya :
1. Gagalkan berdirinya negara Boneka Papua bentukan Belanda
2. Kibarkan sang Merah Putih di irtian Jaya tanah air Indonesia
3. Bersiap melaksanakan mobilisasi umum
Pertanyaan selanjutnya yaitu “Apa peran Soekarno dalam integrasi Papua ke dalam NKRI? Dan apakah kolonial Belanda dilakukan di Papua?”.  Peran Soekarno dalam penggabungan Papua ke Indonesia ditandai dengan adanya upaya beliau dalam membebaskan Papua dari penjajahan Belanda. Upaya-upaya tersebut dimulai dari upaya melalui diplomasi dan konfrontasi ekonomi. Selain itu, pengadaan konferensi-konferensi dan juga melalui jalan militer dengan terbentuknya TRIKORA.  Sedangkan Kolonial Belanda menguasai Papua mempunyai maksud untuk menguasai sumber daya alam yang ada di sana. Mereka mengeksploitasi Papua beserta sumber daya alamnya. Selain itu, mereka juga memanfaatkan daerah tersebut untuk perihal militer.
Lalu apa peran Amerika Serikat, PBB dan Negara-negara tetangga kita dalam konflik Papua? Peran Amerika Serikat, dewan PBB dan Negara-negara tetangga lainnya dalam konflik Indonesia –Belanda mengenai Papua yakni hanya sebagai penengah. Selain itu, PBB juga mengatasi permasalahan tersebut dengan cara memperkenankan rakyat Papua memilih nasibnya sendiri. Dengan demikian, PBBlah yang mengesahkan hasil keputusan Irian Barat yang ingin bergabung dengan NKRI.
Beralih ke pertanyaan selanjutnya yaitu apa yang dimaksud dengan Organisasi Papua Merdeka (OPM)? dan siapa yang membiayai mereka? Jawabannya adalah Organisasi Papua Merdeka (OPM) merupakan organisasi yang dibentuk untuk memisahkan diri dari NKRI. OPM sendiri mendapatkan dana dari pemerintah Libya pimpinan Muammar Gaddafi dan pelatihan grup gerilya new people’s army beraliran Maois yang ditetapkan sebagai organisasi teroris asing oleh Departemen Keamanan Nasional Amerika Serikat. 
            Kemudian pertanyaan yang terakhir yaitu secara pribadi apakah anda akan mendukung Papua menjadi negara yang baru dipisahkan atau tidak? Sebutkan alasannya!  Menurut saya pribadi, saya tidak akan mendukung jika Papua melepaskan diri dari wilayah Indonesia untuk membentuk suatu Negara yang baru. Hal itu dikarenakan Papua adalah salah satu wilayah Indonesia yang harus dipertahankan. Selain itu, wilayah Papua juga merupakan salah satu wilayah yang memiliki asset dan potensi yang luar biasa bagi Negara Indonesia baik itu dari segi sumber daya alamnya yang melimpah, hasil tambang, hutan maupun pariwisatanya yang terkenal.  Oleh sebab itu, kita sebagai bangsa Indonesia tidak boleh membiarkan salah satu dari wilayah yang ada di Indonesi, dimonopoli oleh bangsa-bangsa asing seperti bangsa Belanda, Jepang, ataupun bangsa lainnya.
Pernyataan di atas merupakan jawaban dari semua pertanyaan yang pak Lala ajukan kepada kami.  Selanjutnya akan saya paparkan hasil dari diskusi kelompok kami mengenai makna atau maksud dari wacana yang berjudul “Don’t Use Your Data as a Pillow”.  Karena waktu yang diberikan kepada pak Lala kepada kami sangatlah singkat bagi kami, maka dalam diskusi tersebut, kami hanya baru membahas tentang maksud dari judul wacana tersebut. Ada dua kata kunci yang harus kita pahami yaitu “Data” dan “Pillow”.  Dalam ihwal ini, kelompok kami mendiskusikan keterkaitan pillow sebagai analogi dari data.  Menurut pendapat saya pribadi, data itu  merupakan sekumpulan informasi yang belum tentu kebenarannya.  Sedangkan pillow diumpamakan sebagai penopang, pegangan, atau sandaran.  Jadi, ketika kita ingin menjadikan suatu data sebagai sandaran atau referensi, maka kita harus menyeleksi data tersebut terlebih dahulu, kemudian membandingkannya dengan data lainnya.  Artinya, kita tidak hanya terpaut dengan data itu saja, akan tetapi kita harus mencari ceruk-ceruk baru yang ada pada data lainnya.
Sama halnya dengan pendapat ke tiga teman saya yaitu ika, ema, dan huriyah.  Mereka bertiga mengartikan data sebagai informasi yang masih mentah dan pillow sebagai sandaran.  Namun yang berbeda adalah kesimpulan dari apa yang mereka pahami tentang maksud dari judul “Don’t Use Your Data as a Pillow”.   Menurut apa yang  dipahami oleh Ika, ia memandang bahwa tidak semua data dapat dijadikan sandaran.  Oleh karena itu kita harus bisa menjadi seorang qualified reader.  Di sisi lain Ema berpendapat bahwa informasi itu jangan dijadikan sebagai satu sandaran saja. Jadi kita harus mencari ceruk-ceru baru yang belum terungkap.  Sedangkan Huriyah menyimpulkan bahwa kita sebagai penulis maupun pembaca jangan sampai menggunakan data yang belum tentu kebenarannya (valid) untuk dijadikan sebagai suatu sandaran atau landasan.
Di sisi lain, teman saya, Sandi memiliki pandangannya tersendiri mengenai makna dari data dan pillow.  Ia mengartikan data sebagai sumber untuk mendapatkan informasi, sedangkan pillow diartikan sebagai sandaran atau pedoman untuk mengungkap sesuatu.  Jadi, maksud dari judul yang ia simpulkan adalah jangan menggunakan data secara mentah-mentah, karena sebagian data telah dimanipulasi oleh penulis yang memiliki ideology tertentu sebagai sandaran dalam mengungkap sesuatu (sejarah).  Pada dasarnya pendapat yang kami lontarkan memiliki maksud yang sama, akan tetapi bahasanya saja yang berbeda.  Dari ke lima pendapat tersebut, dapat diambil satu kesimpulan bahwa data itu diartikan sebagai sandaran. Jadi, meskipun data itu ada, kita tidak boleh menerima data tersebut secara mentah-mentah tanpa dipikirkan lebih dalam tentang sebuah pembahasan.
Setelah proses diskusi selesai, Mr. Lala meminta satu orang perwakilan dari setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya masing-masing secara singkat dengan waktu satu menit.  Dari situlah kita dapat mengetahui bahwa ternyata pemahaman dari setiap individu maupun kelompok itu memiliki pemahaman yang berbeda-beda dalam menanggapi suatu teks.  Setelah semuanya selesai membacakan hasil diskusi kelompoknya masing-masing, pak Lala menjelaskan kembali makna dari judul “Don’t Use Your Data as a Pillow”. Beliau menjelaskan bahwa data itu diartikan sebagai informasi yang harus dicek kebenarannya melalui research.  Sedangkan research itu sendiri wujudnya lebih spesifik, dan hal-hal mengenai research itu biasanya serba spesifik. Oleh karena itu, data tidak boleh digunakan dengan sembarangan karena tidak semua informasi dapat dijadikan data.  Jadi, meskipun informasi itu bertebaran dimana-mana, akan tetapi belum tentu bisa dijadikan sebagai data. 
Menurut Lehtonen (2000) data itu terdiri dari 4 jenis yakni bisa berupa tulisan (written), lisan (verbal),visual, dan kombinasi diantara ketiganya.  Data itu biasanya berbentuk teks, berarti hal ini ada kaitannya dengan literasi. Sebagaimana yang telah kita bahas sebelumnya bahwa menurut Lehtonen, teks merupakan wujud fisik maupun semiotic material, dan hubungan antara  keduanya yakni teks dapat menjadi wujud semiotic hanya ketika teks memiliki beberapa bentuk fisik.  Dengan kata lain, data jangan digunakan sebagai ornament saja layaknya sebuah pillow atau bantal karena pillow itu sendiri sifatnya adalah optional dan bukan obligatory. Artinya, tanpa bantal, kita masih bisa tidur dimanapun dan kapanpun. Jadi, bantal bukanlah barang yang wajib kita gunakan untuk mengantarkan kita pada dunia mimpi.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa setiap individu pasti memiliki pemahaman yang berbeda-beda dalam menanggapi sebuah teks ataupun masalah. Disinilah tugas kita untuk menyatukan perbedaan tersebut menjadi sebuah kesatuan. Selain itu, dalam sebuah kelompok harus adanya teamwork atau kejasama yang baik antar satu sama lain, karena tanpa adanya teamwork yang baik, maka sebuah kelompok tidak akan ada artinya meskipun  memiliki kemampuan yang tinggi dan hebat.  Jadi, kita harus bahu-membahu untuk membangun teamwork yang baik untuk tetap konsisten  dalam menjalani perkuliahan di mata kuliah “Writing 4” ini.
Referensi
§  http://id.wikipedia.org/wiki/Papua_Barat diakses pada tanggal 4 Maret 2014.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic