Ku tatap langit sore hari itu. Warna jingga disertai
mentari yang bulat kehitaman mulai untuk terbenam. Yah, sunset pun tiba. Angin
membelai tubuhku begitu indah. Kupejamkan mataku sejenak menikmati tubuhku yang
terasa begitu menyatu pada alam dan suasana sore itu. Namun, seketika itu pula aku tersadar bahwa waktu untuk
beristirahat sejenak dari segala aktivitas yang berbau academic writing
seperti class review, critical review, dan sebagainya telah usai. Inilah saatnya aku memulai kembali rutinitas yang
biasa aku kerjakan di mata kuliah “Writing 4” dan untuk kali ini,
saatnya kami mengasah kemampuan kami dalam memahami
suatu teks atau bacaan. “So, now
is the time to reading, guys!”
Nampaknya tugas
class review yang kami buat kali ini bisa dikatakan sebagai tugas class review terberat sepanjang penulisan class review dari yang sebelumnya. Hal ini dikarenakan waktu pengerjaannya yang
begitu singkat yaitu hanya dua hari. Walaupun demikian, tugas tetaplah tugas dan
mau tidak mau tugas ini harus diselesaikan sesuai dengan batas waktu yang telah
ditentukan. Class review kali ini merupakan preview dari pertemuan kesembilan,
dimana pada pertemuan tersebut kami dituntut untuk
menjadi seorang pembaca (reader). Jika sebelumnya kami berkecimpung dalam dunia
tulis-menulis, maka kini saatnya kami mengasah kemampuan kami dalam memahami
suatu teks atau bacaan. Hal ini dikarenakan beliau, Mr. Lala Bumela, M.Pd,
sedang merancang kami untuk menjadi multilingual writer maupun reader.
Di sisi lain, ada banyak sekali hal yang disampaikan
oleh beliau dalam pertemuan kemarin, namun dari sekian banyak keyword atau
kata kunci, yang paling ditekankan oleh beliau adalah “constant high
quality works”. Yang dimaksud
dari constant high quality works disini yaitu terdiri dari
beberapa hal seperti: pengalaman membaca, diskusi dengan partner terbaik,
berdoa setiap waktu, kumpul bareng di luar kelas, fokus dengan materi
pembelajaran, tetap berpegang teguh dengan komitmen yang telah dibuat, kemudian
tahan banting dengan segala rintangan apapun yang ada di depan mata, dan yang
paling penting yaitu “TEAMWORK”.
Menurut beliau, jika sebuah kelas
tidak memiliki kerjasama atau “Teamwork” yang baik, maka kelas
tersebut akan sia-sia, sekalipun di dalamnya terdiri dari orang-orang yang hebat
dan memiliki kemampuan tinggi dalam segala bidang.
Di pertemuan kemarin juga, kami melakukan suatu
kegiatan yang mana kami dibagi kedalam beberapa kelompok untuk memaknai dan
mendiskusikan isi dari sebuah wacana yang berjudul “Don’t use your data
as a pillow” karangan S.Eben Kirksey. Sebagai pemanasan, sebelum mendiskusikan wacana tersebut, kami
diminta oleh pak Lala untuk mendiskusikan terlebih dahulu tentang Tivia Quiz yang
masih berhubungan dengan topik wacana tersebut. Namun dari sekian banyak pertanyaan yang beliau
ajukan kepada kami, hanya ada satu buah pertanyaan yang mampu kami jawab, karena
waktu yang diberikan oleh beliau kepada kami sangatlah singkat. Jadi kami hanya mampu menjawab pertanyaan
nomer satu, itupun tanpa didasari dengan pengetahuan yang luas mengenai Papua.
Dari hasil diskusi kelompok kami, untuk pertanyaan pertama mengenai apa itu
Papua Barat dan dimana letak wilayah tersebut? Jawabannya yaitu, Papua Barat
merupakan salah satu wilayah bagian dari Papua yang ingin memisahkan diri dari
Indonesia, dan letak wilayah tersebut berada dibagian timur wilayah Indonesia
yaitu di pulau Papua. Sedangkan untuk pertanyaan selanjutnya, kami mencari
jawabannya sendiri di rumah masing-masih.
Dari hasil penelusuran yang telah saya lakukan, saya berhasil
menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Namun sebelum saya memaparkan jawaban atas
pertanyaan kedua dan seterusnya, alangkah baiknya jika saya melengkapi terlebih
dahulu jawaban dari pertanyaan pertama. Papua
Barat (sebelumnya Irian Jaya Barat disingkat Irjabar) adalah
sebuah provinsi Indonesia yang terletak di bagian barat Pulau Papua.
Ibukotanya adalah Manokwari. Nama provinsi ini sebelumnya adalah Irian Jaya
Barat yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2007
tanggal 18 April
2007, nama provinsi ini
diubah menjadi Papua Barat. Papua Barat dan Papua merupakan provinsi
yang memperoleh status otonomi khusus.
Wilayah
provinsi ini mencakup kawasan kepala burung pulau Papua dan kepulauan-kepulauan
di sekelilingnya. Di sebelah utara, provinsi ini dibatasi oleh Samudra
Pasifik, bagian barat berbatasan dengan provinsi Maluku Utara
dan provinsi Maluku,
bagian timur dibatasi oleh Teluk Cenderawasih, bagian selatan dengan Laut Seram
dan di bagian tenggara berbatasan dengan provinsi Papua. Batas Papua Barat
hampir sama dengan batas Afdeling ("bagian") West
Nieuw-Guinea ("Guinea Baru Barat") di masa Hindia
Belanda. Provinsi Papua Barat
ini meski telah dijadikan provinsi tersendiri, namun tetap mendapat perlakuan
khusus sebagaimana provinsi induknya. Provinsi ini juga telah mempunyai KPUD
sendiri dan menyelenggarakan pemilu untuk pertama kalinya pada tanggal 5 April
2004. Provinsi ini juga mempunyai
potensi yang luar biasa, baik itu di bidang pertanian, pertambangan, hasil
hutan maupun pariwisata.
Untuk pertanyaan kedua yaitu tentang perbedaan apa yang dapat kita
lihat antara Papua dan Irian jaya? Menurut informasi yang saya dapatkan dari hasil penelusuran
saya, perbedaan antara Papua dan Irian Jaya hanya terletak dari segi
penamaannya saja. Ada sebuah cerita
menarik mengenai penggantian nama Papua menjadi Irian Jaya. Nama Papua itu sendiri,
merupakan nama asli dari daerah tersebut. Sedangkan Irian Jaya merupakan nama
yang diberikan oleh Soekarno untuk menandakan bahwa daerah tersebut merupakan
bagian dari Indonesia. Setelah
saya telusuri kembali hal-hal yang berkaitan dengan Papua, ada hal yang saya lewatkan
yaitu tentang kemerdekaan Papua. Kemerdekaan Papua tidaklah serempak dengan
kemerdekaan Indonesia yang ditandai dengan proklamasi. Pada saat Indonesia
telah merdeka, wilayah Papua masih dimonopoli oleh Belanda. Oleh sebab itu,
dibentuklah gerakan Trikora dalam upaya pembebasan Papua. Maka, sebagai tanda
pelepasan diri dari Belanda, Ir. Soekarno mengubah nama Papua menjadi IRIAN
JAYA yang artinya Ikut Republik Indonesia Anti Nederland (IRIAN).
Kemudian pertanyaan selanjutnya yaitu pada tahun berapa Papua diintegrasikan
ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)? Papua resmi bergabung dengan Indonesia pada tahun 1969
yang disahkan oleh PBB dalam siding Umum ke-24 pada tanggal 19 November. Hasil
pengesahan tersebut melalui PEPERA (Penentuan Pendapat Rakyat) yang berlangsung
melalui tiga tahap. Sedangkan untuk
pertanyaan selanjutnya yaitu seputar “TRIKORA” (Tri Komando Rakyat). TRIKORA merupakan sebuah gerakan dalam upaya
pembebasan Irian Barat dengan jalan operasi militer. Gerakan ini dikeluarkan
oleh presiden Soekarno pada tanggal 19 Desember 1961 dalam sebuah rapat raksasa
di Yogyakarta.
Dalam
pidatonya ”Membangun Dunia Kembali” di forum PBB tanggal 30 September 1960,
Presiden Soekarno berujar, ”......Kami telah mengadakan
perundingan-perundingan bilateral......harapan lenyap, kesadaran hilang, bahkan
toleransi pu n mencapai batasnya. Semuanya itu telah habis dan Belanda tidak
memberikan alternatif lainnya, kecuali memperkeras sikap kami.”
Tindakan
konfrontasi politik dan ekonomi yang dilancarkan Indonesia ternyata belum mampu
memaksa Belanda untuk menyerahkan Irian Barat. Pada bulan April 1961 Belanda
membentuk Dewan Papua, bahkan dalam Sidang umum PBB September 1961, Belanda
mengumumkan berdirinya Negara Papua. Untuk mempertegas keberadaan Negara Papua,
Belanda mendatangkan kapal induk ”Karel Doorman” ke Irian Barat.
Terdesak oleh persiapan
perang Indonesia itu, Belanda dalam sidang Majelis Umum PBB XVI tahun 1961
mengajukan usulan dekolonisasi di Irian Barat, yang dikenal dengan ”Rencana
Luns”. Untuk menanggapi rencana licik
Belanda tersebut, pada tanggal 19 Desember 1961 bertempat di Yogyakarta,
Presiden Soekarno mengumumkan TRIKORA dalam rapat raksasa di alun alun utara
Yogyakarta, yang isinya :
1. Gagalkan
berdirinya negara Boneka Papua bentukan Belanda
2. Kibarkan
sang Merah Putih di irtian Jaya tanah air Indonesia
3. Bersiap
melaksanakan mobilisasi umum
Pertanyaan selanjutnya yaitu “Apa peran Soekarno
dalam integrasi Papua ke dalam NKRI?
Dan apakah kolonial Belanda dilakukan
di Papua?”.
Peran Soekarno dalam penggabungan Papua ke Indonesia
ditandai dengan adanya upaya beliau dalam membebaskan Papua dari penjajahan
Belanda. Upaya-upaya tersebut dimulai dari upaya melalui diplomasi dan
konfrontasi ekonomi. Selain itu, pengadaan konferensi-konferensi dan juga
melalui jalan militer dengan terbentuknya TRIKORA. Sedangkan Kolonial Belanda menguasai Papua mempunyai
maksud untuk menguasai sumber daya alam yang ada di sana. Mereka
mengeksploitasi Papua beserta sumber daya alamnya. Selain itu, mereka juga
memanfaatkan daerah tersebut untuk perihal militer.
Lalu apa peran Amerika Serikat, PBB dan Negara-negara tetangga
kita dalam konflik Papua? Peran Amerika Serikat, dewan PBB dan Negara-negara tetangga
lainnya dalam konflik Indonesia –Belanda mengenai Papua
yakni hanya sebagai penengah. Selain itu, PBB juga mengatasi permasalahan
tersebut dengan cara memperkenankan rakyat Papua memilih nasibnya sendiri. Dengan
demikian, PBBlah yang mengesahkan hasil keputusan Irian Barat yang ingin
bergabung dengan NKRI.
Beralih ke pertanyaan selanjutnya yaitu apa yang dimaksud dengan Organisasi
Papua Merdeka (OPM)? dan siapa yang membiayai mereka? Jawabannya adalah Organisasi Papua Merdeka (OPM) merupakan organisasi yang dibentuk untuk memisahkan
diri dari NKRI. OPM sendiri mendapatkan dana dari pemerintah Libya pimpinan
Muammar Gaddafi dan pelatihan grup gerilya new people’s army beraliran Maois
yang ditetapkan sebagai organisasi teroris asing oleh Departemen Keamanan
Nasional Amerika Serikat.
Kemudian
pertanyaan yang terakhir yaitu secara pribadi apakah anda akan mendukung Papua menjadi negara yang baru dipisahkan atau tidak? Sebutkan alasannya! Menurut saya pribadi, saya tidak akan mendukung jika Papua
melepaskan diri dari wilayah Indonesia untuk membentuk suatu Negara yang baru.
Hal itu dikarenakan Papua adalah salah satu wilayah Indonesia yang harus
dipertahankan. Selain itu, wilayah Papua juga merupakan salah satu wilayah yang
memiliki asset dan potensi yang luar biasa bagi Negara Indonesia baik itu dari
segi sumber daya alamnya yang melimpah, hasil tambang, hutan maupun
pariwisatanya yang terkenal. Oleh sebab itu, kita sebagai bangsa Indonesia tidak boleh membiarkan
salah satu dari wilayah yang ada di Indonesi, dimonopoli oleh bangsa-bangsa
asing seperti bangsa Belanda, Jepang, ataupun bangsa lainnya.
Pernyataan di atas merupakan jawaban dari semua pertanyaan yang
pak Lala ajukan kepada kami. Selanjutnya
akan saya paparkan hasil dari diskusi kelompok kami mengenai makna atau maksud
dari wacana yang berjudul “Don’t Use Your Data as a Pillow”. Karena waktu yang diberikan kepada pak Lala
kepada kami sangatlah singkat bagi kami, maka dalam diskusi tersebut, kami
hanya baru membahas tentang maksud dari judul wacana tersebut. Ada dua kata
kunci yang harus kita pahami yaitu “Data” dan “Pillow”. Dalam ihwal ini, kelompok kami mendiskusikan keterkaitan
pillow sebagai analogi dari data. Menurut
pendapat saya pribadi, data itu merupakan sekumpulan informasi yang belum
tentu kebenarannya. Sedangkan pillow
diumpamakan sebagai penopang, pegangan, atau sandaran. Jadi, ketika kita ingin menjadikan suatu data
sebagai sandaran atau referensi, maka kita harus menyeleksi data tersebut
terlebih dahulu, kemudian membandingkannya dengan data lainnya. Artinya, kita tidak hanya terpaut dengan data
itu saja, akan tetapi kita harus mencari ceruk-ceruk baru yang ada pada data
lainnya.
Sama halnya dengan pendapat ke tiga teman saya yaitu ika, ema, dan
huriyah. Mereka bertiga mengartikan data
sebagai informasi yang masih mentah dan pillow sebagai sandaran. Namun yang berbeda adalah kesimpulan dari apa
yang mereka pahami tentang maksud dari judul “Don’t Use Your Data as a
Pillow”. Menurut apa yang dipahami oleh Ika, ia memandang bahwa tidak
semua data dapat dijadikan sandaran.
Oleh karena itu kita harus bisa menjadi seorang qualified
reader. Di sisi lain Ema berpendapat
bahwa informasi itu jangan dijadikan sebagai satu sandaran saja. Jadi kita
harus mencari ceruk-ceru baru yang belum terungkap. Sedangkan Huriyah menyimpulkan bahwa kita
sebagai penulis maupun pembaca jangan sampai menggunakan data yang belum tentu
kebenarannya (valid) untuk dijadikan sebagai suatu sandaran atau landasan.
Di sisi lain, teman saya, Sandi memiliki pandangannya tersendiri
mengenai makna dari data dan pillow. Ia
mengartikan data sebagai sumber untuk mendapatkan informasi, sedangkan pillow
diartikan sebagai sandaran atau pedoman untuk mengungkap sesuatu. Jadi, maksud dari judul yang ia simpulkan
adalah jangan menggunakan data secara mentah-mentah, karena sebagian data telah
dimanipulasi oleh penulis yang memiliki ideology tertentu sebagai sandaran
dalam mengungkap sesuatu (sejarah). Pada
dasarnya pendapat yang kami lontarkan memiliki maksud yang sama, akan tetapi
bahasanya saja yang berbeda. Dari ke
lima pendapat tersebut, dapat diambil satu kesimpulan bahwa data itu diartikan
sebagai sandaran. Jadi, meskipun data itu ada, kita tidak boleh menerima data
tersebut secara mentah-mentah tanpa dipikirkan lebih dalam tentang sebuah
pembahasan.
Setelah proses diskusi selesai, Mr. Lala meminta satu
orang perwakilan dari setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya
masing-masing secara singkat dengan waktu satu menit. Dari situlah kita dapat mengetahui bahwa ternyata
pemahaman dari setiap individu maupun kelompok itu memiliki pemahaman yang berbeda-beda
dalam menanggapi suatu teks. Setelah
semuanya selesai membacakan hasil diskusi kelompoknya masing-masing, pak Lala
menjelaskan kembali makna dari judul “Don’t Use Your Data as a Pillow”.
Beliau menjelaskan bahwa data itu diartikan sebagai informasi yang harus dicek
kebenarannya melalui research. Sedangkan
research itu sendiri wujudnya lebih spesifik, dan hal-hal mengenai
research itu biasanya serba spesifik. Oleh karena itu, data tidak boleh digunakan
dengan sembarangan karena tidak semua informasi dapat dijadikan data. Jadi, meskipun informasi itu bertebaran
dimana-mana, akan tetapi belum tentu bisa dijadikan sebagai data.
Menurut Lehtonen (2000) data itu terdiri dari 4 jenis yakni
bisa berupa tulisan (written), lisan (verbal),visual, dan
kombinasi diantara ketiganya. Data itu biasanya
berbentuk teks, berarti hal ini ada kaitannya dengan literasi. Sebagaimana yang
telah kita bahas sebelumnya bahwa menurut Lehtonen, teks merupakan wujud fisik
maupun semiotic material, dan hubungan antara keduanya yakni teks dapat menjadi wujud
semiotic hanya ketika teks memiliki beberapa bentuk fisik. Dengan kata lain, data jangan digunakan
sebagai ornament saja layaknya sebuah pillow atau bantal karena pillow itu
sendiri sifatnya adalah optional dan bukan obligatory. Artinya, tanpa bantal,
kita masih bisa tidur dimanapun dan kapanpun. Jadi, bantal bukanlah barang yang
wajib kita gunakan untuk mengantarkan kita pada dunia mimpi.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa setiap
individu pasti memiliki pemahaman yang berbeda-beda dalam menanggapi sebuah teks
ataupun masalah. Disinilah tugas kita untuk menyatukan perbedaan tersebut menjadi
sebuah kesatuan. Selain itu, dalam sebuah kelompok harus adanya teamwork
atau kejasama yang baik antar satu sama lain, karena tanpa adanya teamwork
yang baik, maka sebuah kelompok tidak akan ada artinya meskipun memiliki kemampuan yang tinggi dan hebat. Jadi, kita harus bahu-membahu untuk membangun
teamwork yang baik untuk tetap konsisten dalam menjalani perkuliahan di mata kuliah “Writing
4” ini.
Referensi
§ http://id.wikipedia.org/wiki/Papua_Barat
diakses pada tanggal 4 Maret 2014.
§ http://widhisejarahblog.blogspot.com/2010/09/perjuangan-bangsa-indonesia-merebut.html
diakses pada tanggal 5 Maret 2014.
§ http://sejarah.kompasiana.com/2012/07/13/sejarah-panjang-integrasi-papua-bagian-1/
diakses pada tanggal 5 Maret 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic