We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Selasa, 04 Maret 2014

Class review 4

Langit Pagi

           Malam tak pernah segaduh ini. Di sini orang ngomong, di sana anjing menggonggong. Ini tak seperti biasa. Tak sepi. Pikiran dan hatiku dibuat kacau oleh ini, aku tak bisa menemukan kata-kata untuk menulis. Aku tutup bukuku, tetapi aku tak bisa tidur. Malam terlewati dan tiba-tiba pagi. Saat subuh aku kembali membuka catatanku. Ah.. ini lebih tenang dari yang semalam. Sebagai penulis sepi adalah saat terbaik untuk menulis. Sebab dalam sepi ada penemuan dari apa yang dalam riuh gelisah dicari. Dalam sepi ada berhenti dari menerima ramainya stimulus yang memborbardir indera kita. Stimulus yang harus dipilah dan dipilih satu satu untuk ditafakuri, lalu dimaknai, dan dijadikan berguna bagi kita. sejak dalam sepi kita menemukan diri yang luput dari penglihatan dan kesadaran ketika beredar dalam ramai; dalam sepi kita dapat melihat pendaran diri yang diserakkan gaduh, mendekat, lalu merapat, membentuk bayang jelas untuk dilihat tanpa harus memuaskan keinginan yang lain (Budi Hermawan). Di bawah hamparan langit pagi ini aku memulai memutar otakku.
          Langit pagi ini membawaku kembali pada masa paling penting dalam minggu ini tepatnya pada Selasa, 25 Februari 2014. Ya ! apa lagi kalau bukan tentang writing dan tak pernah ada yang lain. Tak pernah!
Satu hal yang paling banyak dibahas pada minggu lalu yakni tentang artikel yang berjudul “Classroom Discourse to Foster Religious Harmony” yang ditulis oleh Dr. A. Chaedar Alwasilah. Sebelumnya artikel ini menjadi salah satu tugas Critical Review yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa.
Dari judulnya saja kita dapat mengetahui bahwa artikel ini merupakan discourse tentang kegiatan belajar mengajar di dalam kelas yang mencakup kerukunan umat beragama. Ini tak sesederhana yang dibayangkan. Kita mungkin hanya mengetahui bahwa discourse kelas (classroom discourse) hanya mancakup kegiatang belajar mengajar yang di dalanya hanya ada siswa dan pendidik serta seluruh kegiatannya berjalan dengan baik. Padahal, classroom discourse merupakan sesuatu yang “Complicated.” Dikatakan complicated karena interaksi yang ada di dalam kelas tidak sesedernahan interaksi pada saat kita melakukan proses jual beli. Kita bayangkan saja interaksi yang terjadi pada saat jual beli yang begitu singkat. Saat alat tukar dan barang saling berpindah tangan maka interaksi selesai sampai di situ.
         Kelas diartikan sebagai “Situs Suci” (Saacret Site) dimana setiap orang tidak boleh masuk seenaknya dan tentu saja di dalamnya ada aturan yang harus selalu dipatuhi. Selain itu, orang-orang yang berada di kelas bukanlah orang-orang sembarangan. Mereka adalah orang-orang pilihan yang memiliki tujuan belajar yang sebenarnya.
          Classroom discourse adalah sesuatu yang “Complecated”. Ada beberapa poin yang menjadikan sebuah kelas menjadi complecated.


          Background
      Siswa memiliki background (latar belakang) yang berbeda-beda. Background di sini berupa background sosial, ekonomi,politik dan budaya. Perbedaan background ini sering kali memicu adanya interaksi yang kurang harmonis antar siswa. Salahnya, sistem pembelajaran sering kali menyamakan background yang dimiliki oleh siswa dan menyamakan start point yang siswa miliki. Hal seperti demikian yang memicu timbulnya konflik.
          Communicative Strategies
     Communicative Strategies adalah suatu omunikasi yang dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan.
           Meaning Making Practices
     Meaning Making Practices adalah interaksi yang terjadi antara siswa denan siswa turut memberikan pemahaman berbede dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan berdampak pada tingkah laku dan tindakan siswa baik di dalam maupun di luar kelas.
         Selanjutnya kita kan beranjak pada pembahasan Classroom Discourse Analysis.
discourse analysis is the study of how language-in-use is affected by the context of its use (Betsy Rymes, 2008:12). Classroom Discourse Analysis adalah studi tentang bagaimana bahasa digunakan dan dipengaruhi oleh konteks yang  digunakan. Di dalam kelas, konteks dapat berkisar dari pembicaraan dalam pembelajaran. Ceramah  analisis kelas menjadi analisis discourse kritis ketika kelas-kelas peneliti mengambil efek dari konteks variabel tersebut menjadi pertimbangan dalam analisis mereka.
           Definisi paling sederhana dari discourse adalah language in use. Hal ini mungkin mengganggu jelas bahwa bahasa selalu digunakan, jadi mengapa tidak hanya menyebutnya "bahasa"? hal ini dikarena, fitur "discorse" mendefinisikan sebagai "in-use" yang diartikan sebagai fitur yang sebagian orang percaya bahwa bukan komponen penting dari bahasa. Sebaliknya, beberapa ahli bahasa berpendapat bahwa Fitur bahasa mendefinisikan adalah kemampuannya untuk dikontekstualisasikan. Sebagai contoh, kata, "Pohon" tidak perlu "pohon" sekitar untuk dipahami. Seorang siswa akan memberitahu  ketika ia melihat "Pohon" hari ini kita akan mengetahui apa yang dia maksud tanpa perlu ia menunjuk pohon atau menggambar untuk kita. Dalam hal ini berarti bahasa adalah de-contextualizable dan hal ini dapat menjadi fitur yang membuat unik bahasa manusia (Betsy Rymes, 2008:13).
         "The Classroom" adalah konteks utama dan paling jelas untuk discourse yang kita akan periksa. Namun, "konteks" untuk analisis discourse kelas juga meluas di luar kelas, dan dalam komponen yang berbeda dari bicara kelas. Untuk mencakup konteks yang mempengaruhi apa yang dikatakan dan bagaimana hal itu ditafsirkan dalam kelas. Konteks dapat dibatasi oleh batas-batas yang sesuai fisik bahasa. Penggunaan bahasa di rumah mungkin berbeda dari bahasa yang digunakan di sekolah, tetapi konteks juga dapat dibatasi oleh batas-batas  nonfisik, tetapi oleh batas-batas yang sesuai discourse bahasa. Bahasa yang digunakan dalam pembelajaran mungkin saj berbeda dengan bahasa saat pembelajaran berakhir (Betsy Rymes, 2008:14).
         Analisis Discourse melibatkan bagaimana discourse (bahasa yang digunakan) dan konteks dapat mempengaruhi satu sama lain. Kadang-kadang kita memahami mengapa seseorang mengatakan sesuatu dengan cara tertentu yakni melibatkan konteks sebelumnya yang digunakan. "Sebelumnya konteks" dapat berkisar dari pertanyaan yang datang sebelum ucapan itu untuk pertanyaan dari sebelumnya percakapan, pengaruh acara televisi, pola seumur hidup bahasa sosialisasi. Shirley Brice Heath (1983) mendokumentasikan bagaimana sosialisasi tertentu jenis di rumah. Pemecahan masalah dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa di sekolah (Betsy Rymes, 2008:16).
        Classroom discourse analysis bisa diparafrasekan sebagai bagaimana melihat bahasa di gunakan dalam konteks kelas (dengan pemahaman bahwa konteks ini dipengaruhi pula oleh beberapa konteks sosial di luar dan dalam kelas). Untuk memahami bagaimana konteks dan bicara yang mempengaruhi satu sama lain (Betsy Rymes, 2008:17).
        Dari semua yang telah dipaparkan kita dapat menarik kesimpulan bahwa Kelas diartikan sebagai “Situs Suci” (Sacret Site) yang sangat complicated dimana interaksi di dalamnya tidak sesederhana yang dibayangkan. Beberapa poin yang membuat kelas complicated adalah perbadaan background setiap siswa, communicative strategies dan mening making pracices.
          Betsy Rymes mengartikan Classroom discourse analysis bisa diparafrasekan sebagai bagaimana melihat bahasa di gunakan dalam konteks kelas (dengan pemahaman bahwa konteks ini dipengaruhi pula oleh beberapa konteks sosial di luar dan dalam kelas). Untuk memahami bagaimana konteks dan bicara yang mempengaruhi satu sama lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic