class review 7
“Jadilah
seorang murid selama kamu masih memiliki sesuatu untuk dipelajari; dan itu
berarti seumur hidupmu. (Henry Doherty)
Kalimat motivasi
diatas cukup menjelaskan bahwa belajar tidaklah memandang usia. Entah itu muda
ataupun tua harus tetap belajar. Apabila kita menghentikan proses belajar,
tidak terbayangkan akan seperti apa jadinya kita sebagai generasi penerus
bangsa. Untuk itu kita harus bisa mengubah apa yang menjadi rintangan menjadi
sesuatu yang bisa memotivasi.
Pertemuan
pada minggu lalu merupakan pertemuan ketujuh. Begitu cepatnya waktu berlalu. Tapi
terdapat sedikit kejanggalan pada hari itu, yaitu tentang critical review kami.
Ketika ketidakpuasan didapatkan, maka rasanya kecewa dan marah. Begitulah mungkin
perasaan Mr. Lala setelah membaca critical review kami. Terdapat banyak
kesalahan yang kami buat, mulai dari kesalahpahaman kami terhadap paper yang
kami buat, hingga yang terparah adalah kami tidak memperhatikan generic
structure dalam pembuatan critical review.
Sulit rasanya
membuat tulisan yang bagus yang bisa menarik perhatian para pembaca, karena
sesunguhnya tulisan yang bagus akan dibuat oleh orang-orang yang memiliki
sumber daya manusia yang tinggi. Berarti disini kami masih perlu mengasah
kemampuan kami agar bisa meningkatkan sumber daya manusia yang kami miliki
sehingga kami mampu untuk menghasilkan tulisan yang bagus sesuai dengan
ekspektasi kami.
Pada sebuah
karangan, kami diwajibkan untuk menulis sebaik mungkin. Terdapat satu hal
penting yang sering kami anggap tidak penting sehingga kami lupa untuk
mencantumkannya. Itu adalag thesis statement. Ketika memunculkan thesis
statement, kita harus memunculkan posisi kita diawal tulisan. Thesis statement
adalah satu atau dua kalimat yang berisi topik (topic), klaim (claim), dan
alasan (reason). Kalimat yang bernama thesis statement sebenarnya selalu ada
disebuah tulisan karena bentuk thesis statement dapat berupa tersurat ataupun
tersirat. Hal ini dibutuhkan karena klaim dan alasan topik harus dibuktikan
pada bagian body of paragraph dan pembuktian itu dijabarkan secara ringkas
didalam kesimpulan.
Sebagai seseorang
yang sedang belajar menulis, kami harus memiliki sesuatu yang orang lain tidak
punya karena itu merupakan suatu kelebihan dari diri kita. Selain itu, seorang
penulis harus mampu mengungkap sisi gelap dan tersembunyi dari suatu sejarah. Seorang
penulis harus mampu menghancurkan tembok tinggi dan tebal. Seperti istilah
dalam bahasa Sunda, yaitu cakcak bodas. Cakcak bodas artinya mata-mata. Jadi seorang
penulis harus mampu menjadi mata-mata yang kemudian menghasilkan tulisan yang
luar biasa. Jadi intinya kita harus membongkar hal yang tersembunyi.
Seperti Howard
Zinn yang mampu mengungkap fakta yan g tersembunyi dari seorang Christopher
Columbus yang selama ini dikenal sebagai pahlawan dan penemu hebat yang tidak
lebih dari seorang munafik, pembunuh, pembantai, perampok, dan maniak genosida.
Kita juga sebagai penulis baru harus berusaha untuk mengungkap hal-hal yang
tersembunyi. Misalnya mencoba mengungkap fakta terpendam mengenai penemu lampu.
Sir Joseph Wilson Swan mematenkan untuk pertama kalinya bola lampu pada tahun 1878
di Inggris. Dan Thomas Alva Edison membuat sedikit tiruan yang lebih baik,
kemudian ia berusaha untuk mendapatkan patenatas tiruan bola lampunya tersebut
di Amerika sekitar satu tahun kemudiian. Edison memperkenalkan bahwa bola lampu
listrik adalah hasil penemuannya. Tetapi pada tahun 1892 perusahaan Edisons
Marger dengan Swams dan menjadi General Electric dan setelah itu mereka
menggunakan metode asli dari hasil temuan Swams untuk membuat bola lampu. Sang penulis,
sejarawan dan aktivis sosial yaitu Howard Zinn (2005:15): “There is no such
thing as a whole story; every story is uncomplete”. Pernyataan beliau jelas
menyatakan bahwa tidak ada sejarah yang ditulis secara lengkap. Itu artinya
bahwa selalu ada hal yang tertinggal atau yang disembunyikan sehingga tidak
tertuliskan. Dengan kata lain itu merupakan tugas kita untuk mendobrak dinding
tinggi demi sebuah fakta yang belum terungkap.
Sejarah merupakan
proses penciptaan manusia yang tidak pernah putus. Meskipun demikian, banyak
fakta-fakta sejarah yang sengaja disembunyikan dari pengetahuan masyarakat
luas. Mungkin karena adanya keburukan atau kejahatan yang dilakukan oleh
penguasa pada masa itu atau bisa juga untuk menyembunyikan konspirasi-konspirasi
jahat untuk kepentingan-kepentingan politik dan ekonomi kelompok-kelompok
tertentu. Atau mungkin karena ada kejadian yang memang tidak tercatat dengan
baik. Karena itulah perlu adanya pengabadian mengenai sejarah.
Seorang penulis
asal Perancis bernama Milan Kundera (Dalam L’Art Duroman, 1486) menyatakan bahwa “menulis berarti sebagai penyair atau
penulis untuk menghancurkan dinding yang dibaliknya terdapat sesuatu yang
tersembunyi”. Jadi terdapat keterkaitan antara poet (penyair), linguist (ahli
linguistik) dan historian (sejarawan). Ketiga point tersebut mampu mendongkrak
sesuatu yang bernama nilai dan sejarah dengan praktek literasi.
Setiap tulisan
yang diproduksi pasti dilatar belakangi oleh ideologi penulisnya. Berbicara mengenai
ideologi, ideologi itu seperti ilusi yaitu dikatakan ada tapi tidak ada wujudnya,
dikatakan tidak ada tapi memiliki bianyak materi dan dampaknya sangat terasa
oleh kita. Ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan. Kata ideologi sendiri
diciptakan oleh Destut de Tracy pada akhir abad ke-18 untuk mendefinisikan “sains
tentang ide”. Tujuan utama dibalik ideologi adalah untuk menawarkan perubahan
melalui proses pemikiran normatif. Ideologi adalah sistem pendidikan abstrak
(tidak hanya sekedar pembentukan ide) yang diterapkan pada masalah publik
sehingga membuat konsep ini menjadi inti politik.
Jadi dapat
disimpulkan bahwa ideologi itu seperti ilusi, yaitu dikatakan ada tapi tidak
berwujud, dikatakan tidak ada tapi buktinya memiliki banyak materi dan
berdampak besar pada kita. Selain itu ideologi juga sangat berperan penting
dalam gaya yang akan menentukan tulisan yang kita buat. Ini berarti berbeda
ideologi maka berbeda pula tulisannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic