-7th Class Review-
Alunan instrumen
‘Moonlight Sonata’ oleh sang komposer Beethoven mengiringi kisah ini, menjadi
pemandu jiwa-jiwa yang tergores dalam bahagia. Setelah duka sekian lama
menyelimuti ingatan setiap insan, setelah duka membantai semua hasrat setiap
insan, itu semua adalah kegelapan yang amat mencekam. Kini kita kembali menyala
dalam malam, dalam gelap. Di tanggal 18
Maret 2014, kita kembali merekam jejak-jejak sejarah Mr. Lala Bumela. Dari
sinilah kita menciptakan sejarah, dan mengubah paradigma masyarakat dunia.
Menulis bukanlah sesuatu yang mudah, walaupun kita selalu bergelut dengan
kertas dan pena. Menulis membutuhkan jiwa yang tercerah, mengumpulkan ide-ide
dari segala arah. Untuk itu beliau menunjukkan petuah kepada kita tentang
“menjadi seorang pencipta dalam menulis”.
Menjadi
sosok pencipta sempurna menjadi hal yang sulit dijalani, apalagi kita adalah
seorang bibit-bibit penulis yang banyak menghasilkan seni dalam tulisan,
mestinya paham dengan aturan main menjadi seorang penulis. Di minggu lalu,
beliau menjelaskan tentang beberapa aturan mainnya. (1)Salah satu tugas utama
penulis adalah untuk mengungkap kemungkinan-kemungkinan baru pemahaman, (2)
menjangkau bentuk-bentuk baru dari pemahaman meliputi tiga tahap penting:
meniru-menemukan-membuat, (3) menulis adalah masalah menciptakan affordances dan
mengeksplorasi potensi makna, (4)menulis adalah genesis setengah, dan (5)
Pernyataan tesis merupakan tahapan yang sangat penting untuk membuat dialog
awal dengan pembaca diharapkan. Tapi di minggu lalu, kita banyak melakukan
kesalahan dalam mengeksplorasikan ide dan terlalu naif untuk mengungkapkan apa
yang tersembunyi dalam tulisan.
Sesuai
dengan apa yang menjadi pembahasan minggu lalu, kali ini kami akan menjelaskan
sedikit penerangan tentang hal tersebut. Pembahasan ini mengacu pada dua buku
yang akan menjadi kiblat pembahasan, yaitu Milan Kundera dalam “L’art
du Roman (The art of the Novel)” dan pendukung Kundera dalam buku “Theory,
Cultural & Society” yang ditulis Zygmunt Bauman. Kedua buku
tersebut terkait dengan apa yang akan dibahas pada minggu ini dengan mengorek keterkaitan
penulis dengan literasi, sejarah dan ideologi. Penulis harus bisa
mengoneksikan apa-apa yang menjadi permasalahan, ini yang disebut sebagai
“affordance” dalam pembahasan minggu lalu yaitu mempunyai sumber daya yang
besar dalam menulis. Penulis sama hal nya dengan penemu, kita harus menemukan
apa yang menjadi misteri di sekitar kita. Penulis, penyair, komposer maupun
sejarawan mempunyai tugas sama, yaitu menciptakan penemuan baru dalam
menciptakan.
Mengutip
penyair Ceko Jan Skacel pada nasib penyair, dalam hal ini sesuai dengan apaya ng menjadi
komentar seorang penyair Milan Kundera (dalam L’art du Roman, 1986): `to write, means for the poet to crush the
wall behind which something that ``was always there'' hides. Artinya,
menjadi seorang penulis haruslah menemukan harta yang tersembunyi dibalik
tembok, menghancurkan tebok yang menjulang tinggi sebagai penghalang informasi.
Dalam hal ini, tugas
penyair tidak berbeda dari pekerjaan sejarah, yang juga menemukan daripada
menciptakan'. Sejarah, seperti penyair, mengungkapkan, dalam situasi yang
selalu baru, kemungkinan manusia sampai sekarang tersembunyi. Apa sejarah tidak
menjadi pencekik bahkan, misi untuk penyair.
Untuk naik ke misi ini, penyair harus menolak melayani kebenaran yang diketahui
sebelumnya, kebenaran sudah jelas` 'karena mengambang di
permukaan. Tidak peduli seperti apakah `diasumsikan di awal' kebenaran diklasifikasikan sebagai revolusioner
atau pembangkang, Kristen atau ateis ± atau bagaimana hanya mereka atau
dicanangkan untuk menjadi. Apapun sifat dan denominasi mereka, orang-orang
`kebenaran' tidak ini` sesuatu yang tersembunyi' yang penyair dipanggil untuk
mengungkap, mereka, lebih tepatnya, bagian dari dinding yang misi penyair
adalah untuk menghancurkan. Juru bicara yang jelas,jelas dan `apa yang kita
semua percaya, jangan kita adalah penyair palsu, kata Kundera.
Demikian jelas apa yang
dikatakan Kundera dalam hal ini, penulis harus bisa menemukan titik-titik lain
dan mampu menyambungkannya menjadi sebuah garis. Garis tersebut adalah suatu
ide, suatu alat yang mampu mengembangkan dan menghidupkan suatu teks. Penyair pun sama, mereka juga bisa mengaitkan
lingkungan dengan sejarah. Seperti yang dikatakan oleh Milan Kundera (L’art do
Roman,1986: 20) dalam Dialogue
on the Art of the Novel , dalam dialog tersebut
Kundera membeberkan masalah proyek pembuatan Novelnya dengan sejarah.
- Penulis terkait dengan Sejarah dan ideologi
C.S:
konsepsi novel anda dapat didefinisikan sebagai meditasi puitis pada
eksistensi. Namun novel Anda tidak selalu dipahami dengan cara itu. Mereka
mengandung banyak peristiwa politik yang telah memprovokasi sosiologis,
historis, ideologis atau interpretasi. Bagaimana saudara mempertemukan
minat dalam sejarah sosial dengan
keyakinan Anda bahwa novel meneliti terutama teka-teki keberadaan?
M.K: Heidegger mencirikan keberadaan oleh formulasi yang sangat
terkenal: in- der - Welt - sein , being -in - the- world. Manusia tidak
berhubungan dengan dunia sebagai subjek ke objek, mata lukisan, bahkan bukan
sebagai aktor untuk tahap ditetapkan. Manusia dan dunia terikat bersama-sama
seperti siput ke cangkangnya: dunia adalah bagian dari manusia, itu adalah
dimensi, dan sebagai perubahan dunia, keberadaan (in- der - Welt - sein)
berubah juga. Sejak Bal - zac, dunia keberadaan kita memiliki sifat sejarah,
dan kehidupan karakter 'terungkap dalam ranah waktu ditandai dengan tanggal.
Novel ini tidak pernah bisa melepaskan diri dari warisan itu dari Balzac.
Bahkan Gombrowicz, yang menciptakan fantastis, cerita mustahil, yang melanggar
semua aturan verisimilitude, tidak bisa menghindarinya. Novelnya mengambil
tempat dalam waktu yang memiliki tanggal dan benar-benar bersejarah. Tapi dua hal
tidak harus bingung: ada di satu sisi novel yang meneliti dimensi sejarah
keberadaan manusia, dan di sisi lain novel yang merupakan ilustrasi dari
situasi historis, deskripsi masyarakat pada saat tertentu, historiografi
novelized. Anda akrab dengan semua novel tentang Revolusi Perancis, tentang
Marie Antoinette, atau sekitar tahun 1914, tentang kolektivisasi di Uni Soviet
(untuk atau melawannya), atau sekitar tahun 1984; semua orang adalah
populerisasi yang menerjemahkan non-novelistik pengetahuan ke dalam bahasa
novel. Yah, aku tidak akan pernah bosan mengulangi : The novel -satunya raison
d' etre adalah untuk mengatakan apa yang hanya novel bisa mengatakan.
CS: Tapi apa yang secara khusus dapat novel katakan tentang
sejarah? Atau, apa cara Anda memperlakukan sejarah?
M.K. : Berikut adalah beberapa prinsip-prinsip saya sendiri. Pertama:
Semua situasi historis saya memperlakukan dengan perekonomian terbesar. Saya
bersikap terhadap sejarah seperti desainer panggung yang membangun set abstrak
dari beberapa barang yang sangat diperlukan dengan tindakan .
Prinsip kedua : Dari keadaan historis, saya tetap hanya
orang-orang yang menciptakan situasi eksistensial wahyu untuk karakter saya.
Contoh: Dalam The Joke , Ludvik melihat semua teman-temannya dan rekan
mengangkat tangan mereka untuk memilih, dengan mudah mengucapkan, pengecualian
nya dari universitas dan dengan demikian untuk menggulingkan hidupnya. Dia
yakin bahwa mereka akan, jika perlu, telah memilih dengan kemudahan yang sama
untuk menggantungnya. Dari mana definisinya manusia: seorang yang mampu dalam
setiap situasi consigning his neighbor to death. Ludvik pengalaman antropologis mendasar sehingga memiliki akar
sejarah, tapi deskripsi sejarah itu sendiri (peran Partai, basis politik teror,
organisasi lembaga-lembaga sosial, dll) tidak menarik minat saya, dan Anda
tidak akan menemukannya di novel.
Prinsip ketiga : Historiografi menulis sejarah masyarakat,
bukan dari manusia. Itulah mengapa peristiwa sejarah novel saya berbicara
tentang sering dilupakan oleh historiografi. Contoh: Dalam tahun-tahun
berikutnya tahun 1968 invasi Rusia Cekoslowakia, pemerintahan teror terhadap
masyarakat didahului oleh pembantaian resmi yang diselenggarakan terhadap
anjing-anjing. Sebuah episode benar-benar lupa dan tanpa kepentingan untuk
sejarawan, untuk seorang ilmuwan politik, tetapi tentang pentingnya antropologi
maksimal! Dengan ini episode satu saja saya menyarankan iklim sejarah The
Farewell Party. Sifat tidak bersemarak!
Keadaan lain sejarah dilupakan, namun betapa pentingnya bagi orang wajib hidup
di bawah rezim Komunis.Tapi itu adalah prinsip keempat yang berlangsung
terjauh: Tidak hanya harus keadaan historis menciptakan situasi eksistensial
baru untuk karakter dalam novel, tapi Sejarah itu sendiri harus dipahami dan
dianalisis sebagai situasi eksistensial. [Milan Kundera (1986: 19-20)].
Melihat dialog yang dikatakan Kundera dalam kaitannya menjadi
penulis memang benar-benar membawa penemuan yang mendalam. Penulis novel yang
biasanya hanyut dalam naluri dan menggelontorkan kata-kata puitis bisa saja
bergelut dalam kata-kata ilmiah dan menjadi bahan provokator. Ini adalah salah
satu contoh dari seorang penulis yang mampu mencari sesuatu yang belum di tulis
sebelumnya, Kundera mencari sisi lain, mengungkapkan apa yang tersembunyi, dan
menolak asumsi-asumsi yang lama bereda dan nyata.
2. Penulis terkait dengan Literasi
Milan Kudera dalam hal ini adalah salah satu cotoh nyata, bahwa
dalam menulis ia mampu mengaitkan apa yang terjadi di lingkungannya, serta
mampu mengubah paradigma suatu kaum. Literasi aadalah bagian dari sejarah,
sejarah menurut dalam komentar Kundera yang ditemukan dalam buku Zygmunt
Bauman (2000:2)history is the endless process of human cretion. Sejarah adalah proses tanpa akhir
penciptaan manusia, itu bukan karena alasan yang sama (dan dengan cara yang
sama) proses tak berujung manusia penemuan diri? Seseorang tidak bisa begitu
yakin, meskipun, tentang potensi manusia ditemukan oleh sejarah. Memang manusia
± pembuat dan dibuat, para pahlawan dan korban sejarah ± membawa selamanya
volume yang sama kemungkinan menunggu waktu yang tepat untuk diungkapkan? Atau
lebih tepatnya bahwa ± sejarah manusia berjalan. Untuk itu, untuk tetap abadi
sejarawan menajdikan dirinya menjadi seorang penulis dan menciptakan
temuan-temuannya dalam bentuk artefak.
Sejarawan dan linguist juga memiliki hal
yang sama, dalam hal ini kita mereka sama-sama di lihat dari segi value dan
diagronik. Melihat nilai/norma dan diakronik, diakronik sendiri merupakan
pendekatan terhadap bahasa dengan melihat perkembangan sepanjang waktu
(sejarah). Seperi apa yang dikatakan Fowler (1996:10), “ koneksi
spesifik tujuan dan metode dengan sejarah”. Adapun tujuan, dan pandangannya,
linguis kritis seperti sejarawan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic