Class
Review 7
Pada tanggal 18 Maret 2014 adalah pertemuan ketujuh pada mata
kuliah Writing and Composition 4. Selain mendapatkan pengetahuan yang belum
saya ketahui, saya juga mendapatkan komentar yang tidak bisa saya lupakan dari
Mr. Lala. Komentar yang membuat saya tidak konsentrasi dalam pembelajaran di
kelas, tetapi komentar tersebut sangat membangun bagi saya untuk meningkatkan
kemampuan menulis saya. Pada pertemuan kali ini saya mendapatkan pengetahuan
tentang ideologi dan keterkaitan antara poet, historian dan linguist.
Untuk itu saya akan mulai dengan pembahasan yang pertama yaitu
tentang ideologi. Ideologi yaitu
kumpulan gagasan-gagasan atau ide-ide atau pengetahuan tentang gagasan. Istilah
ideologi pertama kali dikemukakan oleh seorang perancis pada tahun 1796 yaitu Destutt
de Tracy yang mengatakan bahwa ideologi adalah “Science of Ideas”.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ideologi adalah pengetahuan tentang ide-ide
yang dimiliki oleh setiap orang. Jadi bisa dipastikan bahwa setiap orang
memiliki ideologi yang berbeda-beda.
Berikut ini pengertian ideologi menurut para ahli dari sumber
internet yaitu sebagai berikut:
- Pertama ideologi menurut Alfian, yaitu suatu pandangan atau sistem nilai yang menyeluruh dan mendalam ten tang bagaimana cara yang sebaiknya, yaitu secara moral dianggap benar dan adil, mengatur tingkah laku bersama dalam berbagai segi kehidupan.
- Kedua menurut C.C. Rodee ideologi adalah sekumpulan gagasan yang secara logis berkaitan dan mengidentifikasikan nilai-nilai yang memberi keabsahan bagi institusi dan pelakunya
- Ketiga menurut Descartes, ideologi adalah inti dari semua pemikiran manusia.
- Keempat menurut Francis Bacon, ideologi adalah sintesa pemikiran mendasar dari suatu konsep hidup.
- Kelima menurut M. Sastraprateja, ideologi adalah sebagai perangkat gagasan atau pemikiran yang berorientasi pada tindakan yang diorganisir menjadi suatu sistem yang teratur.
- Keenam menurut Karl Marx, ideologi merupakan alat untuk mencapai kesetaraan dan kesejahteraan bersama dalam masyarakat.
- Keenam menurut Soerjanto Poespowardojo, merumuskan ideologi sebagai kompleks pengetahuan dan nilai, yang secara keseluruhan menjadi landasan bagi seseorang (atau masyarakat) untuk memahami jagat ray a dan bumi seisinya serta menentukan sikap dasar untuk mengolahnya.
Itulah pengertian ideologi menurut para ahli yang dapat saya
simpulkan bahwa ideologi adalah ide yang sangat penting atau inti dari
gagasan-gagasan yang ada pada pemikiran manusia mengenai berbagai segi
pemikiran tentang kehidupan. Ideologi juga sangat berkaitan dengan teks yang
akan kita hasilkan, keterkaitannya adalah ideologi menjadi gagasan utama pada
teks sehingga peranan ideologi sangat penting untuk menentukan seluruh content
yang ada pada teks.
Di dalam
kelas Mr. Lala memberikan contoh implementasi ideologi pada judul articel yang
ada di internet.
1.
Liverpool Permalukan MU di kandang
3-0
2.
Kurang Apa Lagi, David Moyes?
Pada judul
artikel pertama, penulis adalah pendukung dari liverpool sehingga penulis
menggunakan ideologinya pada kata “permalukan”. Ini berarti penulis sudah
menggambarkan kalau penulis adalah seorang pendukung liverpool yang akan
mencela kekalahan MU yang telah dikalakan liverpool di kandangnya sendiri.
Sedangkan judul artikel yang kedua ideologi penulis terletak pada kata “kurang”
yang menunjukan penulis adalah pendukung dari MU yang kecewa atas kekalahan
yang diterima oleh MU padahal David Moyes yaitu tergolong pemain mahal.
Pada intinya
jika seseorang itu pro pada sesuatu maka ia akan tetap membelanya dan akan
menggunakan ideologi yang halus untuk tetap membela sesuatu yang ia sukai.
Sedangkan orang yang contra akan menggunakan ideologi yang kuat untuk
menjatuhkan seseuatu tersebut. Mr. Lala juga mengatakan dalam pembuatan judul
kita harus membuat kata-kata yang membuat pembaca penasaran dan terkesan dengan
judul yang kita buat. Dari contoh dan penjelasan di atas membuktikan bahwa
ideologi setiap orang itu berbeda-beda sesuai dengan tingkat pengetahuan orang
tersebut. Ini sesuai dengan perkataan Lethonen dan Chaedar Alwasilah
yang mengatakan bahwa literasi idak ada yang bersifat netral dan sesuai dengan
perkatan dari Fairclough 1989,
1992, 1995, 2000; Lethonen 2000 yang mengatakan bahwa prosedur teks itu
tidak ada yang alami. Ini berarti ideologi berkaitan dengan literasi dan dapat
dituangkan dalam teks oleh kaum literat yang faham literasi.
Selanjutnya
saya akan membahas pembahasan yang kedua tentang keterkaitan antara poet,
historyan, dan linguistik. Seperti yang Mr. Lala katakan keterkaitan antara
ketiganya pada tujuannya yaitu values
atau nilai-nilai. Pada poet Mr. Lala memperkenalkan ahli dari poet yaitu Milan
Kundera yang mengatakan poet memiliki bagian yang sama dengan historian dan
linguistik yaitu berperan dalam mengungkapkan sejarah dan ilmu pengetahuan yang
belum diketahui, ketiga bagian tersebut saling berperan dalam menemukan sesuatu
yang tersembunyi. Salah satu cara yang dapat kita lakukan untuk mengkaji suatu
sejarah atau apa pun yang sudah ada yaitu dengan cra menolak mentah-mentah
asumsi yang telah lama beredar dan belum tentu kebenarannya. Kita juga harus
meneliti dan membuktikan kebenaran yang telah ada karena sejarah bisa berubah
disebabkan oleh proses penciptaan manusia yang tidak pernah putus oleh karena
itu sastra dan literasi sangat berkaitan dengan sejarah.
Milan
Kundera juga berkomentar dalam (L’Art Duroman, 1986) yang mengatakan “menulis
berarti bagi penyair atau penulis untuk menghancurkan dinding yang dibaliknya
terdapat sesuatu yang tersembunyi disana” Milan Kundera adalah seorang penulis
yang mengembangkan literasi lewat karya sastra, Howard Zinn adalah seorang
penulis yang mengembangkan literasi pada bidang sejarah, Lethonen dan Chaedar
Alwashilah adalah seorang penulis dalam bidang linguistik, dan mereka memiliki
tujuan yang sama yaitu membongkatr kebohongan yang tersembunyi atau menemukan
kebenaran sesuatu yang di analisis dan diteliti.
Untuk menjadi
seseorang yang dapat disebut discoverer kita haarus menjadi kaum literat
terlebih dahulu kerena kaum literat akan mampu mengungkap sesuatu yang
tersembunyi dengan menggunakan kemampuan yang dimilikinya. Kaum literat dalam
mengungkap kebenaran harus memiliki prinsip yang diungkapkan oleh pak Chaedar
Alwasilah yaitu sebagai berikut :
v Kecakapan
hidup (live skills) yang memungkinkan manusia berfungsi maksimal sebagai
anggota masyarakat.
v Memiliki
kemampuan reseptif dan poduktif dalam upaya berwacana secara tertulis maupun
lisan.
v Memiliki
kemampuan untuk memecahkan masalah.
v Memiliki
kemampuan refleksi penguasaan dan apresiasi budaya
v Memiliki
kemampuan merefleksikan diri
v Memiliki
kemampuan interprestasi dan bisa mengkolaborasikan antara membaca dan menulis.
Sejarah,
litersi, dan sastra sangat berkaitan dengan ideologi karena dalam membuat dan
menulis sejarah atau sastra kita memerlukan ideologi untuk meyakinkan pembaca
bahwa teks yang kita hasilkan adalah benar dan menarik untuk dibaca. Ini juga
sesuai dengan pendapat Kern 2000:3 yang membahas tentang kemampuan yang
harus dimiliki oleh kaum literat isi perndapat yaitu “general learnedness and
familiarity with literature” yang berarti seorang literat itu tidak sekedar
berbaca tulis, tetapi juga terdidik dan mengenal sastra. (perkataan pak Chaedar
dalam artikel yg berjudul rekayasa literasi).
Dan
keterkaitan ideologi dan literasi sangat lah berkaitan karena kaum literat
sesalu menggunakan ideologinya untuk menghasilkan teks bahkan bisa menghasilkan
atau mengungkap sejarah dan bisa menggunakan ideologinya untuk membuat sastra.
Kesimpulan :
Ideologi
adalah pengetahuan tentang gagasan atau ide, dan ideologi sangat berkaitan
dengan kaum literat untuk membentuk atau menciptakan sejarah dan karya sastra.
Kaum literat juga menggunakan ideologi melalui teks-teks yang dihasilkan yang
bisa menjadi perubahan dalam pandangan seseorang yang masih dalam kebigungan
akan kebenaran yang sudah ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic