We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Kamis, 27 Maret 2014

Pentingnya Ideologi dan Literasi Dalam Pembentukan Sejarah dan Sastra



Class Review 7

Pada tanggal 18 Maret 2014 adalah pertemuan ketujuh pada mata kuliah Writing and Composition 4. Selain mendapatkan pengetahuan yang belum saya ketahui, saya juga mendapatkan komentar yang tidak bisa saya lupakan dari Mr. Lala. Komentar yang membuat saya tidak konsentrasi dalam pembelajaran di kelas, tetapi komentar tersebut sangat membangun bagi saya untuk meningkatkan kemampuan menulis saya. Pada pertemuan kali ini saya mendapatkan pengetahuan tentang ideologi dan keterkaitan antara poet, historian dan linguist.
Untuk itu saya akan mulai dengan pembahasan yang pertama yaitu tentang ideologi.  Ideologi yaitu kumpulan gagasan-gagasan atau ide-ide atau pengetahuan tentang gagasan. Istilah ideologi pertama kali dikemukakan oleh seorang perancis pada tahun 1796 yaitu Destutt de Tracy yang mengatakan bahwa ideologi adalah “Science of Ideas”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ideologi adalah pengetahuan tentang ide-ide yang dimiliki oleh setiap orang. Jadi bisa dipastikan bahwa setiap orang memiliki ideologi yang berbeda-beda.
Berikut ini pengertian ideologi menurut para ahli dari sumber internet yaitu sebagai berikut:
  • Pertama ideologi menurut Alfian, yaitu suatu pandangan atau sistem nilai yang menyeluruh dan mendalam ten tang bagaimana cara yang sebaiknya, yaitu secara moral dianggap benar dan adil, mengatur tingkah laku bersama dalam berbagai segi kehidupan.
  • Kedua menurut C.C. Rodee ideologi adalah sekumpulan gagasan yang secara logis berkaitan dan mengidentifikasikan nilai-nilai yang memberi keabsahan bagi institusi dan pelakunya
  • Ketiga menurut Descartes, ideologi adalah inti dari semua pemikiran manusia.
  • Keempat menurut Francis Bacon, ideologi adalah sintesa pemikiran mendasar dari suatu konsep hidup.
  • Kelima menurut M. Sastraprateja, ideologi adalah sebagai perangkat gagasan atau pemikiran yang berorientasi pada tindakan yang diorganisir menjadi suatu sistem yang teratur.
  • Keenam menurut Karl Marx, ideologi merupakan alat untuk mencapai kesetaraan dan kesejahteraan bersama dalam masyarakat.
  • Keenam menurut Soerjanto Poespowardojo, merumuskan ideologi sebagai kompleks pengetahuan dan nilai, yang secara keseluruhan menjadi landasan bagi seseorang (atau masyarakat) untuk memahami jagat ray a dan bumi seisinya serta menentukan sikap dasar untuk mengolahnya.
Itulah pengertian ideologi menurut para ahli yang dapat saya simpulkan bahwa ideologi adalah ide yang sangat penting atau inti dari gagasan-gagasan yang ada pada pemikiran manusia mengenai berbagai segi pemikiran tentang kehidupan. Ideologi juga sangat berkaitan dengan teks yang akan kita hasilkan, keterkaitannya adalah ideologi menjadi gagasan utama pada teks sehingga peranan ideologi sangat penting untuk menentukan seluruh content yang ada pada teks.
Di dalam kelas Mr. Lala memberikan contoh implementasi ideologi pada judul articel yang ada di internet.
1.      Liverpool Permalukan MU di kandang 3-0
2.      Kurang Apa Lagi, David Moyes?
Pada judul artikel pertama, penulis adalah pendukung dari liverpool sehingga penulis menggunakan ideologinya pada kata “permalukan”. Ini berarti penulis sudah menggambarkan kalau penulis adalah seorang pendukung liverpool yang akan mencela kekalahan MU yang telah dikalakan liverpool di kandangnya sendiri. Sedangkan judul artikel yang kedua ideologi penulis terletak pada kata “kurang” yang menunjukan penulis adalah pendukung dari MU yang kecewa atas kekalahan yang diterima oleh MU padahal David Moyes yaitu tergolong pemain mahal.
Pada intinya jika seseorang itu pro pada sesuatu maka ia akan tetap membelanya dan akan menggunakan ideologi yang halus untuk tetap membela sesuatu yang ia sukai. Sedangkan orang yang contra akan menggunakan ideologi yang kuat untuk menjatuhkan seseuatu tersebut. Mr. Lala juga mengatakan dalam pembuatan judul kita harus membuat kata-kata yang membuat pembaca penasaran dan terkesan dengan judul yang kita buat. Dari contoh dan penjelasan di atas membuktikan bahwa ideologi setiap orang itu berbeda-beda sesuai dengan tingkat pengetahuan orang tersebut. Ini sesuai dengan perkataan Lethonen dan Chaedar Alwasilah yang mengatakan bahwa literasi idak ada yang bersifat netral dan sesuai dengan perkatan  dari Fairclough 1989, 1992, 1995, 2000; Lethonen 2000 yang mengatakan bahwa prosedur teks itu tidak ada yang alami. Ini berarti ideologi berkaitan dengan literasi dan dapat dituangkan dalam teks oleh kaum literat yang faham literasi.
Selanjutnya saya akan membahas pembahasan yang kedua tentang keterkaitan antara poet, historyan, dan linguistik. Seperti yang Mr. Lala katakan keterkaitan antara ketiganya  pada tujuannya yaitu values atau nilai-nilai. Pada poet Mr. Lala memperkenalkan ahli dari poet yaitu Milan Kundera yang mengatakan poet memiliki bagian yang sama dengan historian dan linguistik yaitu berperan dalam mengungkapkan sejarah dan ilmu pengetahuan yang belum diketahui, ketiga bagian tersebut saling berperan dalam menemukan sesuatu yang tersembunyi. Salah satu cara yang dapat kita lakukan untuk mengkaji suatu sejarah atau apa pun yang sudah ada yaitu dengan cra menolak mentah-mentah asumsi yang telah lama beredar dan belum tentu kebenarannya. Kita juga harus meneliti dan membuktikan kebenaran yang telah ada karena sejarah bisa berubah disebabkan oleh proses penciptaan manusia yang tidak pernah putus oleh karena itu sastra dan literasi sangat berkaitan dengan sejarah.
Milan Kundera juga berkomentar dalam (L’Art Duroman, 1986) yang mengatakan “menulis berarti bagi penyair atau penulis untuk menghancurkan dinding yang dibaliknya terdapat sesuatu yang tersembunyi disana” Milan Kundera adalah seorang penulis yang mengembangkan literasi lewat karya sastra, Howard Zinn adalah seorang penulis yang mengembangkan literasi pada bidang sejarah, Lethonen dan Chaedar Alwashilah adalah seorang penulis dalam bidang linguistik, dan mereka memiliki tujuan yang sama yaitu membongkatr kebohongan yang tersembunyi atau menemukan kebenaran sesuatu yang di analisis dan diteliti.
Untuk menjadi seseorang yang dapat disebut discoverer kita haarus menjadi kaum literat terlebih dahulu kerena kaum literat akan mampu mengungkap sesuatu yang tersembunyi dengan menggunakan kemampuan yang dimilikinya. Kaum literat dalam mengungkap kebenaran harus memiliki prinsip yang diungkapkan oleh pak Chaedar Alwasilah yaitu sebagai berikut :
v  Kecakapan hidup (live skills) yang memungkinkan manusia berfungsi maksimal sebagai anggota masyarakat.
v  Memiliki kemampuan reseptif dan poduktif dalam upaya berwacana secara tertulis maupun lisan.
v  Memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah.
v  Memiliki kemampuan refleksi penguasaan dan apresiasi budaya
v  Memiliki kemampuan merefleksikan diri
v  Memiliki kemampuan interprestasi dan bisa mengkolaborasikan antara membaca dan menulis.
Sejarah, litersi, dan sastra sangat berkaitan dengan ideologi karena dalam membuat dan menulis sejarah atau sastra kita memerlukan ideologi untuk meyakinkan pembaca bahwa teks yang kita hasilkan adalah benar dan menarik untuk dibaca. Ini juga sesuai dengan pendapat Kern 2000:3 yang membahas tentang kemampuan yang harus dimiliki oleh kaum literat isi perndapat yaitu “general learnedness and familiarity with literature” yang berarti seorang literat itu tidak sekedar berbaca tulis, tetapi juga terdidik dan mengenal sastra. (perkataan pak Chaedar dalam artikel yg berjudul rekayasa literasi).
Dan keterkaitan ideologi dan literasi sangat lah berkaitan karena kaum literat sesalu menggunakan ideologinya untuk menghasilkan teks bahkan bisa menghasilkan atau mengungkap sejarah dan bisa menggunakan ideologinya untuk membuat sastra.

Kesimpulan :
Ideologi adalah pengetahuan tentang gagasan atau ide, dan ideologi sangat berkaitan dengan kaum literat untuk membentuk atau menciptakan sejarah dan karya sastra. Kaum literat juga menggunakan ideologi melalui teks-teks yang dihasilkan yang bisa menjadi perubahan dalam pandangan seseorang yang masih dalam kebigungan akan kebenaran yang sudah ada.
  
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic