Sungguh rasanya
tidak tenang bagi saya, bahkan sangat gelisah jikalau ada tugas atau suatu
masalah tidak segera diselesaikan. Seperti kepompong yang ingin segera keluar
dari tempatnya dan segera menjadi seekor kupu-kupu yang cantik nan indah dan bisa terbang kemana
saja yang dia inginkan. Nah seperti itulah rasanya kalau adaa tugas ingin cepat
daan segera dikerjakan, agar pikiran merasa tenang dan tidurpun nyenyak tanpa
harus mimpi buruk, dihantui oleh tugas-tugas yang ada.
Pada pertemuan
minggu lalu, adalah pertemuan minggu ke empat pada mata kuliah writing empat
ini. Padaaa minggu lalu, Mr Lala menjelaskan daaan membahas mengenai hasil
tugas-tugas kita yang berupa critical review yang semuanya sudah di up load di
Blog masing-masing kelas. Menurut beliau, tugas critical review kita belum
masuk pada criteria yang beliau inginkan.
Yeah mungkin ini
baru pertama kalinya kita mendapatkan tugas
critical review, jadi wajar saja kalau banyak terdapat kesalahan, karena
masih belum faham dan mengerti. Proses dalam classroom discourse adalah
prosesnya akan berbeda dengan yang lain, yaitu tidak lagi mengerjakan di rumah,
di mana classroom discourse semua proses dan interaksinya berbeda, yaitu di
dalam ruangan kelas.
Menurut Mr Lala
juga kalau peaper atau tulisan-tulisan kita masih masa evolusi. Maksudnya,
tulisan kita tersebut masih banyak terdapat kesalahan dan masih banyak
perubahan pada tulisannya. Di samping itu, selama sebulan ini kita akan
membangun stamina dan mental yang kuat. Serta membangun endurance atau daaaya
tahan tubuh kita juga harus tetap terjaga dan selalu tahan banting dalam hal
menulis. Karena menulis akan melibatkan pikiran dan mental kita sendiri.
Menulis juga termasuk dalam kegiatan meditasi. Maksudnya, menulis itu berarti
melibatkan dan membutuhkan konsentrasi yang benar-benar focus. Serta melakukan
banyak ritual-ritual di dalamnya.
Literacy is
something we do, yang berarti bahwa segala sesuatu yang kita lakukan adalah
literasi. Dalam hidup ini kita sering melakukan yang namanya interaksi.
Sedangkan menurut pak Chaedar, classroom discourse itu akan complicated.
Sedangkan classroom discourse bisa complicated itu karena adanya “interaction”.
Salah satu contoh interaksi dalam kehidupan sehari-hari itu interaksi dalam
kelas. Seperti guru berinteraksi dengan muridnya, pedagang berinteraksi dengan
pembelinya. Dari semua interaksi-interaksi tersebut, dan walaupun berbagai
m,acam interaksi, pasti ujung-ujungnya sih terdapat dalam talk.
Apakah kalian
membangun camplikated itu dari kelas terlebih dahulu atau tidak? Kalau dari pak
chaedar sendiri, membangun intersaksi dimulai dari hal terkecil terlebih
dahulu. Seperti interaksi dalam kelas. Oleh karena itu, ketika membicarakan
classroom discourse itu akan sangat camplikated.
Ada beberapa hal yang membuat kelas kita kompleks, diantarannya
yaitu:
Ø Background
Karena dari latar belakang yang berbeda-beda. Seperti ketika berada
di dalam kelas, semua orang yang berbeda di dalamnya itu kan berbeda-beda. Baik
dalam latar belakang sosialnya, keluargannya, budayanya, bahasanya,
kepribadiannya dan maupun yang lainnya. Dari perbedaan tersebut, bagaimana cara
kita bisa memahami dan mentoleransikannya.
Ø Communicative strategis
Yaitu bagaimana kita duduk, berbicara, bagaimana kita menjawab dan
bagaimana cara untuk berkomunikasi atau bersosialisasi dengnan yang lainnya. Baik
dengan teman sekelasnya, maupun dengan guru-gurunya.
Ø Meaning making
practices
Yaitu ketika kita dating ke kelas dengan passion dan gaya seperti
apa, atau dengan penampilan yang bagaimana. Pada point ini akan berkaitan
dengan praktek atau implementasi dari nilai-nilai yang ada. Baik berupa nilai
pendidikan, agama, sosial, maupun dengan yang lainnya.
Pada point meaning making practices itu mempunyai dua point lagi. Yaitu:
a.
Ideology, ideology ini yang membuat perbedaan-perbedaan dengan yang
lainnya.
b.
Value (nilai), contohnya disiplin, rajin, dan lain-lain. Nilai juga
akan menentukan karakter seseorang atau suatu bangsa. Seperti, Indonesia dengan
Negara Jepang. Apa sih yang membedakan Indonesia dengan Jepang, Malaysia dan
singapura. Yang membedakan hanya satu, yaitu tingkat disiplin, kerajinan dan
keuletannya.
Balik lagi
berbicara mengenai hasil tugas the first critical review kemaren, yang
wacananya berjudul “classroom discourse to foster relegius harmony”. Itu masih
banyak yang harus diperbaiki karena harus dibangun yang namanya
mutuaundestanding, yakni dalam buku itu harus ada mutualitynya sebelum religion
harmony. Sedangkan hasil critical review kita kaemaren kebanyakan belum dikaitkan dengan “Religion Harmony”. Nah
seharusnya dalam critical kemaren harus ada pandangan dari kemenagnya terhadap
kerukunan agama.
Agar kita
selalu diberi petunjuk dan dan kemudahan dalam menulis, kita harus sering
menjernihkan hati hati, adalah ketika sunyi (tengah malam). Karena dalam
kesunyian itu terdapat ketenangan tersebut kita akan mendapat inspirasi,
petunjuk maupun ide-ide. Seperti Rasulullah ketika tengah malam bangun untuk
menjernihkan hati. Karena inspirasi datang pada saat sunyi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic