We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Senin, 24 Maret 2014

Literasi dan Sejarah (Class Review 7)



            Apa kabar class review? Seperti biasa, penggarapan class review ketujuh ini pun dikerjakan di waktu deadline. Sebelumnya, saya harus merampungkan critical review terlebih dahulu agar konsentrasi saya tidak terpecah-belah dalam penulisan class review ini. Setelah kemarin bercengkrama dengan Columbus dan Howard Zinn, kini saatnya berkenalan dengan tamu baru kita yaitu Milan Kundera. Tapi sebelum itu, saya akan membahas apa yang saya dapat dari pelajaran minggu ini terlebih dahulu.
            Dalam setiap pertemuan, pasti ada hal-hal baru yang kita dapat di setiap minggunya. Hal itu menunjukkan betapa pengetahuan yang kita miliki itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan pengetahuan yang belum kita ketahui diluar sana. Pada satu topik saja bisa melahirkan banyak sekali pengetahuan yang berhubungan dan saling berkaitan satu sama lain. Selain itu, setiap orang memiliki pemahaman yang berbeda dalam menanggapi suatu masalah. Hal itu di pengaruhi oleh ideology yang diadopsi setiap individu dalam sosial.
            Dalam class review ini, saya akan membahas tentang keterkaitan Literasi terhadap Sejarah dan faktor-faktor lainnya. Seperti yang kita ketahui bahwa sejarah itu diciptakan oleh kaum Literat. Itu artinya, kita mengetahui sejarah itu melalui upaya kaum Literat. Sejarah dikaji oleh Historian maupun Linguist yang tujuannya yakni sama-sama ingin memahami value.  Berbicara tentang value tentunya kembali lagi pada ideology, karena value sendiri dihasilkan dari ideology. Oleh karena itu, memahami atau mengkaji value dalam sejarah artinya menelaah ideology yang berkembang dalam sejarah. Kemudian, dari situ kita dapat menyimpulkan sejarah atau menemukan hal-hal baru dari sejarah.
            Menurut Milan Kundera sendiri, selain Historian dan Linguists, Poet juga turut berperan dalam hal pengkajian sejarah. Ketiga aspek tersebut memiliki tujuan yang sama dalam mengkaji sejarah. Hanya saja cara pengkajiannya, masing-masing memiliki cara yang berbeda. Disinilah tugas kita untuk mengungkap kemungkinan-kemungkinan yang tersembunyi serta menemukan hal  baru dalam hal tersebut. Selain itu, kita tidak boleh menerima mentah-mentah asumsi-asumsi yang telah lama beredar dan nyata di depan gerbang. Tugas kita yaitu menelaahnya dan membuktikan kebenarannya. Hal itu merupakan kewajiban kita sebagai kaum Literat. Seperti yang Firestone (Hobbs, 1998) yang melihat literasi sebagai “kemampuan mengakses, menganalisis, mengevaluasi dan mengkomunikasikan pesan dalam berbagai bentuknya”. Artinya, seseorang baru bisa dianggap literat jika ia kritis terhadap isi media serta dapat memproduksi informasi baru.
            Dalam sebuah komen, Milan Kundera (Dalam L’Art Duroman, 1486) menyatakan bahwa “Menulis berarti bagi penyair atau penulis untuk menghancurkan dinding yang dibaliknya terdapat sesuatu yang selalu tersembunyi disana”. Dalam hal ini, peran seorang penyair itu kurang lebihnya sama dengan Historian yang sama-sama menemukan (discover) daripada menciptakan. Sejak histori itu adalah proses yang tidak pernah berakhir dari kreasi manusia, bukankah hal itu juga merupakan alasan yang sama dalam proses tanpa akhir dari penemuan pribadi manusia. Dalam hal ini tentunya selagi  sejarah itu terus berlanjut, pasti akan ada hal-hal baru yang selalu di temukan di dalamnya. Milan Kundera sendiri merupakan seorang penulis yang mengembangkan literasi lewat karya sastranya. Kebanyakan pemikirannya dalam seni dan politik merupakan objek dari literary experimentation dalam novel-novelnya.
            Pentingnya literasi terhadap sejarah diperkuat dengan pernyataan Hendrik Hartog dalam sebuah “Journal of American History Roundtable” pada pernyataan dari historical practice. “seseorang (praktis) yang kita semua terikat sebagai historian adalah membaca”. Hal itu menunjukkan bahwa untuk menghancurkan dinding penghalang, seperti yang dikatakan oleh Milan Kundera, alat yang kita gunakan adalah Literasi. Dengan literasi, kita dapat menelaah sesuatu yang tersembunyi dalam berbagai aspek, salah satunya adalah sejarah. Selain itu, dalam sebuah artikel yang ditulis oleh Daisy Martin menyebutkan bahwa “history memerlukan jenis-jenis tertentu dari strategi-strategi membaca dan menulis”. Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa untuk mengkaji suatu sejarah, diperlukan strategi-strategi khusus dalam aspek writing dan reading. Jenis hal itu merupakan salah satu bentuk praktek literasi.
            Kasus tersebut sama halnya dengan apa yang ditulis oleh Howard Zinn terhadap Columbus. Ia sebagai historian mengungkapkan sejarah melalui tulisan. Sama pula halnya dengan Milan Kundera yang menyajikan lewat karya sastra. Mereka sama-sama mengkaji sejarah. Namun, dalam hal ini ideology mereka jelas berbeda. Howard Zinn sendiri merupakan historian sedangkan Milan Kundera merupakan Novelist. Meskipun mungkin tujuannya sama, namun cara mereka menyajikan sesuatunya itu yang berbeda. Di sinilah ideology mempengaruhi hal tersebut. Begitupun dengan Linguists. Mereka memiliki ideology dan cara sendiri dalam menanggapi sejarah.
            Pada intinya literasi merupakan penghubung antara sejarah dengan kaum literat. Literasi juga dapat dikatakan sebagai sebuah instrumen dari sejarah. Hal itu karena literasi sangat berkaitan erat dengan keberadaan sejarah. Sementara sejarah sendiri dikaji oleh kaum literat seperti Poet, historian ataupun linguists yang berkecimpung di dunia tulisan.
            Kesimpulan dari penulisan class review ini yakni sejarah itu berkaitan dengan literasi. Didalam sejarah, terdapat proses literasi yang menjadikan sejarah itu ada. Sementara penghubung antara kita dengan sejarah pun melalui proses literasi. Dari proses tersebut, tugaskaum literatlah sebagai pengungkap misteri yang tersembunyi di dalam sejarah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic