We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Selasa, 01 April 2014

Hubungan Literasi dengan Sastra

Class Review 7

            Pada tanggal 18 Maret 2014, kami masih membahas Critical Review tentang Columbus dengan Howard Zinn. Pada pertemuan kali inikami  sudah memasuki Class Review ke-8, sehingga paper 1000kata yang kami buat harus dikumpulkan. Selain itu, Mr. Lala mengatakan penulisan “Referensi” pada Critical Review harus mengacu pada Apa Style. Do you know Apa Style ?
            Gaya penulisan daftar pustaka menurut APA (American Psychological Association) adalah gaya yang mengikuti format Harvard. Beberapa ciri penulisan daftar pustaka dengan APA style adalah:
1.      Tanggal publikasi dituliskan setelah nama(-nama) pengarang.
2.      Referensi di dalam isi tulisan mengacu pada item di dalam daftar pustaka dengan cara menuliskan nama belakang (surname) pengarang diikuti tanggal penerbitan yang dituliskan di antara kurung.
3.      Urutan daftar pustaka adalah berdasarkan nama belakang pengarang. Jika suatu referensi tidak memiliki nama pengarang maka judul referensi digunakan untuk mengurutkan referensi tersebut di antara referensi lain yang tetap diurutkan berdasarkan nama belakang pengarang.
4.      Judul referensi dituliskan secara italic. Jika daftar pustaka ditulis tangan maka judul digarisbawahi.
Berdasarkan jenis referensi, berikut ini adalah panduan dan contoh penulisan daftar pustaka berdasarkan APA style:
Buku, Pola dasar penulisan referensi berjenis buku adalah:
Nama Belakang Pengarang, Inisial. (tahun penerbitan). Judul buku (Edisi jika edisinya lebih dari satu). Tempat diterbitkan: Penerbit.
Contoh: Bray, J., & Sturman, C. (2001). Bluetooth: Connect without wires. Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall.
Artikel jurnal, Pola dasar penulisan referensi berjenis artikel jurnal adalah:
Nama Belakang Pengarang, Inisial. (tahun penerbitan). Judul artikel. Judul Jurnal, Nomor volume – jika ada (Nomor issue), nomor halaman awal dan akhir dari artikel.
Contoh:
Tseng, Y.C., Kuo, S.P., Lee, H.W., & Huang, C.F. (2004). Location tracking in a wireless sensor network by mobile agents and its data fusion strategies. The Computer Journal, 47(4), 448–460.
Paper yang diterbitkan di dalam proceeding
Nama Belakang Pengarang, Inisial. (tahun penerbitan). Judul artikel. In Inisial Editor Nama Belakang Editor (Ed.), Judul proceedings (pp. halaman awal–halaman akhir). Tempat penerbitan: Penerbit.
Contoh:
Fang, Q., Zhao, F., & Guibas, L. (2003). Lightweight sensing and communication protocols for target enumeration and aggregation. In M. Gerla, A. Ephremides, & M. Srivastava (Eds.), MobiHoc ’03 fourth ACM symposium on mobile ad hoc networking and computing (pp. 165–176). New York, NY: ACM Press.
Halaman web, Pola dasar penulisan referensi berjenis halaman web adalah;
Nama Belakang Pengarang, Inisial. (tahun situs diproduksi atau tahun penerbitan dokumen). Judul dokumen. Retrieved from situs sumber
Note: Jika tanggal tidak ada maka gunakan n.d.
Contoh:
Alexander, J., & Tate, M. A. (2001). Evaluating web resources. Retrieved from Widener University, Wolfgram Memorial Library website: http://www2.widener.edu/Wolfgram-Memorial-Library/webevaluation/webeval.htm

Sumber:
Bibliographic references Harvard format APA style. (2011). Retrieved from University of Portsmouth website:http://www.port.ac.uk/library/guides/filetodownload,137568,en.pdf
Remaja sekarang lebih mengenal nama artis daripada nama pemikir atau penulis besar. Itu memberikan gambaran bahwa kita jarang membaca karya sastra. Kita hanya menonton film Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Negeri 5 Menara dan Ayat-Ayat Cinta, tetapi mereka tidak membaca novelnya. Padahal membaca  novel dan menonton filmnya  itu adalah  sesuatu yang berbeda, seperti yang dikatakan Andrea Hirata, penulis Laskar Pelangi, dalam Metro Pagi, Minggu, 25 November 2012. Konon kabarnya Laskar Pelangi juga akan diangkat ke Hollywood. Membaca karya sastra adalah pertemuan batin antara pembaca dan penulisnya. Ada pergulatan intelektual di dalamnya. Ide penulis yang disalurkan lewat cerita belum tentu diamini begitu saja oleh kita sebagai pembaca. Pembaca juga  berhak membangun persepsinya sendiri. Namun, kadang kita juga  mengangguk setuju dengan apa yang dikatakan penulis dan kemudian kita mengagumi kecemerlangan gagasannya. Dalam membaca, ada pengalaman yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata ketika perasaan kita teraduk-aduk oleh konflik. Konflik dalam novel disajikan melalui narasi dan dialog yang sangat memperkaya bahasa pembaca. Sedangkan, dalam  film konflik disajikan melalui gambar dan efek yang justru akan menjauhkan kita dari literasi.
Kemampuan membaca dan menulis menjadi indikator peradaban suatu bangsa. Kemampuan membaca dan menulis suatu bangsa tercermin dalam sastranya. Jika sastra berkembang dengan pesat dan diapresiasi (dibaca) dengan baik oleh masyarakat suatu bangsa, itu tandanya literasi suatu bangsa meningkat. Jadi ada hubungan yang erat antara sastra dan literasi. Selain itu, sastra juga menjadi sarana penting dalam pertumbuhan peradaban karena sastra mendokumentasikan peradaban suatu bangsa. Tujuan pembelajaran sastra adalah untuk membentuk sikap kritis dan kreatif serta kepekaan terhadap fenomena kehidupan di lingkungan sosial budaya maupun alam sekitar. Selain itu, sastra dapat menumbuhkan kehalusan budi pekerti, menguatkan karakter bangsa, dan meningkatkan minat membaca. 
Sumber:
Sujati, S. (2013, Agustus). Esai Pembelajaran Sastra. Retreived from http://parcel-edukasi.blogspot.com/2013/08/esai-pembelajaran-sastra.html
Untuk seseorang yang menganggap dunia sebagai intelektual yang serius, Milan Kundera memiliki rasa humor yang aneh. Novelnya menggambarkan sebuah dunia. Novelis mengajarkan pembaca untuk memahami dunia sebagai pertanyaan. Kundera lahir di Brno, Czechoslovkia pada tahun 1929. Kundera tertarik pada filsafat Marxis, yang tampaknya menjanjikan kebebasan baru dan perdamaian. Karya-karya sastra pertama yang diproduksi (tiga jilid puisi dan drama). Novel pertama Kundera (The Joke) menyangkut seorang pemuda yang dibesarkan atas tuduhan politik setelah mengirim kartu pos untuk pacarnya. Komentar Milan Kundera (di L'Art duroman, 1986): “untuk menulis, berarti untuk penyair untuk menghancurkan dinding dibelakang yang selalu ada. Dalam hal ini, tugas penyair tidak berbeda dari karya sejarah, yang juga menemukan dan menciptakan Sejarah seperti penyair, mengungkapkan dalam situasi yang selalu baru, kemungkinan manusia sampai sekarang tersembunyi. Menurut Kundera, ada 4 novelis besar Eropa, yaitu: Franz Kafka, Hermann Broch, Robert Musil dan Witold Gombrowicz.

Kesimpulan:
            Kemampuan membaca dan menulis menjadi indikator peradaban suatu bangsa. Kemampuan membaca dan menulis suatu bangsa tercermin dalam sastranya, karena sastra mendokumentasikan peradaban suatu bangsa. Contoh: Jika kita ingin mengetahui Indonesia pada masa kemerdekaan kita bisa membaca karya sastra Angkatan 45-an.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic