We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Senin, 17 Maret 2014

Class Review ke-6



Toward the End Point
Senja sore yang akan semakin gelap, cahaya matahari yang semakin berubah, burung-burung yang bergegas pergi.  Tongkat inspirasi yang menjadi pondasi pertama dalam mengawali langkah-langkahku.  Percaya diri yang ada dalam benakku, membuat hatiku optimis untukmenghadapi kehidupan ini.  Kita bisa memeluk dunia dengan mudahnya, jika kita mempunyai segudang ilmu.  Ilmu adalah gerbang utama untuk menuju kesuksesan.  Dalam benak saya selalu berpikir, bagaimana caranya untuk memeluk dunia?  Artinya, kita berlomaba-lomba untuk mencari ilmu walaupun sampai ke negeri China.  Terbayang dalam mimpi, terbangun dalam tidu.  Itulah rasa yang saya rasakan kali ini.  Segala aktivitas yang saya lakukan pasti selalu mengingat sebuah tugas.  Dalam hati yang sepi, jiwa yang gelisah dan pikiran yang kosong, selalu memikirkan sebuah tugas.
Suara alarm yang begitu dahsyat membuat mimpi-mimpiku menjadi terpotong, suara adzan yang berkumandang, membuat saya bergegas untuk menyelasaikan tugas ini.  Dalam pembahasan kali ini saya akan membahas tentang “Thesis Statement” karena dalam sebuah penulisan, thesis statement sangat diperlukan untuk memperjelas argument kita dan pembaca juga bisa mengetahui topic yang kita bahas pada sebuah tulisan.
The Writing Center (UNC College of Arts and Action)
What this Handout is about
Handout ini menjelaskan tentang apa pernyataan tesis, bagaimana pernyataan tesis bekerja atau memperbaiki satu untuk draft.
Introduction
            Menulis di Perguruan Tinggi sering mengambil bentuk persuasi-meyakinkan orang lain bahwa kita memeliki sisi menarik dalam menulis, sudut pandang logika pada subjek yang kita pelajari.  Persuasi adalah keterampilan kita berlatih secara teratur dalam kehidupan sehari-hari kita.  Contohnya kita membujuk teman sekamar kita untuk membersihkan, ataupun teman kita untuk memilih calon faforit kita dalam hal kebijakan.  Di perguruan tinggi, tugas kursus sering meminta kita untuk membuat kasus persuasive secara tertulis.  Kita akan diminta untuk menyarankan pembaca tahu bahwa dalam tulisan tersebut memiliki sudut pandang kita sendiri.  Bentuk persuasi sering disebut argument akademis, mengikuti pola diprediksi secara tertulis.  Setelah pengenalan singkat dari topic anda, anda mengatakan sudut pandang anda pada topic secara langsung dan sering dalam satu kalimat.  Kalimat ini adalah pernyataan tesis, dan berfungsi sebagai ringkasan dari argument anda akan membuat disia kertas anda.
Thesis statement is
·         Memberitahu pembaca bagaimana anda akan menafsirkan pentingnya materi pelajaran yang sedang dibahas.
·         Adalah peta jalan untuk kertas, dengan kata lain, ia memberitahu apa yang pembaca harapkan.
·         Langsung menjawab pertanyaan diminta dari anda.
·         Tesis merupakan interpretasi dan pertanyaan atau subjek, bukan subjek itu sendiri.  Subjek atau topic dari sebuah esai mungkin perang dunia II atau Moby Dick, tesis maka harus menawarkan cara untuk memahami perang atau novel.
·         Membuat klaim bahwa orang lain mungkin membantah.
·         Biasanya satu kalimat disuatu tempat di paragraph pertama anda yang menyaikan argument anda pada pembaca.  Sisa kertas, body esai, mengumpulkan dan mengatur bukti yang akan membujuk pembaca logika penafsiran anda.
How do I get a thesis?
            Tesis adalah hasil dari proses berpikir yang panjang.  Merumuskan tesis bukanlah hal pertama yang anda lakukan setelah membaca tugas esai.  Sebelum anda mengembangkan argument tentang topic apa saja, anda harus mengumpulkan dan mengatur bukti mencari kemungkinan hubungan antara fakta yang anda ketahui (seperti kontras mengejutkan atau kesamaan), dan berpikir tentang pentingnya hubungan ini.  Setelah anda melakukan pemikiran ini, anda mungkin akan memiliki “working thesis” ide dasar utama argument yang anda piker, anda dapat mendukung dengan bukti tapi itu mungkin perlu penyesuaian di sepanjang jalan.
            Penulis menggunakan sehgala macam teknik untuk merangsang pemikiran mereka dan untuk membantu mereka memperjelas hubungan atau memahami makna yang lebih luas dan topic yang tiba di thesis statement, untuk ide-ide lebih lanjut tentang bagaimana untuk menmulai, lihat handout kami pada brainstorming.
How do I know if my thesis is strong?
            Jika ada waktu, menjalankannya dengan instruktur anda atau membuat janji di pusat ]menulis untuk mendapatkan umpan balik.  Bahkan jika anda tidak punya waktu untuk mendapatkan nasihat di tempat lain, anda dapat melakukan beberapa evaluasi tesis anda sendiri.  Ketika meninjau draft pertama anda dan tesis yang bekerja, tanyakan pada diri sendiri sebagai berikut:
·         Apakah saya menjawab pertanyaan? Re- reading pertanyaan yang cepat setelah membangun tesis bekerja dapat membantu anda memperbaiki argument yang mendukung focus pertanyaan.
·         Apakah saya mengambil posisi bahwa orang lain mungkin menantang atau tidak? Jika tesis anda hanya menyatakan fakta bahwa tidak ada yang akan, atau bahkan bisa, tidak sejutu dengan itu mungkin bahwa anda hanya menyediakan ringkasan daripada membuat argument.
·         Apaka thesis statement saya cukup spesifik?  Thesis statement yang terlalu rumit sering tidak memiliki argument yang kuat: jika tesis anda berisi kata-kata seperti “good” atau “success” lihat apaka anda bisa lebih spesifik: mengapa sesuatu “good” apa yang secara khusus membuat sesuatu “success?”
·         Apakah tesis saya lulus “so what?” test?  Jika pembaca respon pertama adalah, “so what?”  maka anda perlu menjelaskan untuk menjalin hubungan atau menghubungkan ke masalah yang lebih besar.
·         Apakah esai saya mendukung tesis saya secara khusus dan tanpa berkeliaran?  Jika tesis anda dan body esai anda tampaknya tidak pergi bersama-sama, salah satu dari mereka harus berubah.  Ini untuk mengubah tesis anda bekerja untuk mencerminkan hal-hal yang sudah tahu dalam rangka penulisan masalah anda.  Ingat selalu meninjau kembali dan merevisi tulisan anda yang diperlukan.
·         Apakah tesis saya lulus “How and Why?”  tesis anda mungkin terlalu terbuka dan kurang bimbingan bagi pembaca.  Lihat apa yang dapat anda tambahkan untuk memberikan pembaca mengambil lebih baik pada posisi anda benar dari awal.
Sekarang saya akan membahas tentang “ideology and value”.  Kita berada pada level of relevance.  Pembahaan kali ini masih membahas tentang Columbus tetapi berdasarkan ideology.  Sebelum itu saya akan membahas yang pada Mr Lala yaitu:
Katanya, tugas mereka yang tercerahkan--kaum literat--adalah meneroka ceruk ceruk 'baru' tempat pengetahuan dan keterampilan yang mereka pungut, kumpulkan dan kuasai dalam perjalanan hidupnya sebagai bagian sederhana dari cinta mereka pada pengetahuan dan pemberi pengetahuan. Mereka yang hanya baru tahu teori ini dan itu dari 'suara-suara penuh kuasa' di bidang yang mereka geluti, belumlah dapat dikatakan yang tercerahkan--literat. mereka baru pada fase awal; peniru. 
Meniru adalah bagian penting dari menemukan lalu menciptakan, dari memahami affordance dan meaning potential tanda tanda yang terserak, yang dibaca dengan teori ini dan itu. Yang berbahaya adalah ketika kita merasa sudah mendesiminasi, pun meneroka padang-padang baru tempat segala teori yang dipahami digunakan, padahal kita baru sampai pada tahap meniru. Lalu kita dengan pongahnya mengatakan 'ini salah itu tak benar", tanpa dasar yang 'tak bergetar' pada mereka yang berada di titik awal menjadi peniru. Kita merasa bahwa hapal saja teori ini dan itu, telah membuat kita menjadi bagian dari "Rejim kebenaran tak terbantahkan".  Begitu banyak yang harus dipelajari, dipahami lalu dimaknai; lebih banyak dari alasan menjadi sombong sebab apa yang baru kita sedikit ketahui.
Jadi, kita masih berada pada fase awal, dan bermula menjadi seorang peniru. Dengan meniru, kita bisa mengetahui ilmu-ilmu dan kemudian kita bisa tambahkan dengan pemahaman kita.  Sebelum kita mempunyai fakta yng real bahwa tulisan ini benar dan itu salah, kita jangan mengatakan seperti itu.  Kita harus lebih banyak mempelajari, memahami, dan mengetahui sebuah tulisan.  Dengn begitu, kita bisa memprediksi kemampuan kita. 
Fowler (1996: 10): “seperti sejarahwan linguistic kritis bertujuan untuk memahami nilai-nilai yang mendukung formasi social, ekonomi, politik dan diakronis, perubahan nilai dan perubahan formations. 
Fowler (1996:12): “ideology ini tentu saja baik media dan alat proses sejarah.”
Ideology dimana-mana disetiap teks tunggal (lisan, tertulis, audio, visual) atau kombinasi dari semua itu (Fowler 1996).
Produksi teks tidak pernah netral! (Fairclough, 1989; 1992; 1995; 2000 Lehtonen 2000).  Literasi tidak pernah netral (Alwasilah 2001;2012)  oleh karena itu, membaca dan menulis selalu termotivasi secara ideologis. 


Discourse Semantics and Ideology
Teun A. Van Dijk
University of Amsterdam
Konsep dasar ideology
            Teori ideology yang menginformasikan analisis kita dalam banyak hal berbeda dari pendekatan filosofis dan sosiologis yang berlaku yang menjadi cirri ratusan buku dari ribuan artikel tentang ideology diterbitkan karena pengenalan konsep Destutt de Tracy di abad ke-18 (untuk survey awal dan diskusi, misalnya pusat contern temporer study budaya, 1978: Eagleton, 1991: Larra in, 1979; Rosenberg, 1988; Thompson, 1984, 1990).  Yang paling sulit di pahami dari pengertian teoritis dalam humaniora dan ilmu social.  Meskipun ilmiah sombong untuk ingin memakai dari awal dalam cahaya seperti jumlah berlimpah upaya sebelumnya.  Pertanyaan yang penting, seperti sturtur interal ideology atau hubungan rinci antara ideology, wacana, dan praktek social lainnya.  Jadi, pendekatan khusus untuk ideology, sebagian bertentangan dengan pendekatan lain, kita dapat menyoroti asumsi sebagai berikut:
a)      Ideology are cognitive
Meskipun ideology jelas bersifat social dan politik, dan terkait dengan kelompok-kelompok dan struktur social, mereka juga memiliki dimensi kognitif penting.   Secara intituitif, mereka melibatkan onjekmental seperti idei-ide, pikiran, keyakinan, penilaian dan nilai-nilai.  Artinya, salah satu untur definisi mereka menyiratkan bahwa mereka adalah “system kepercayaan” hal ini terutam dalam study social dan politik kognisi bahwa system kepercayaan tersebut telah diperiksa secara rinci (Lyengar dan Mc Guire, 1993; Lau dan Sears, 1986)
b)     Ideologies are social
Setidaknya sejak Mark and Engels, ideology memiliki saat yang sama telah didefinsikan dalam sosiologis atau istilah sosio-ekonomi, dan biasanya berhubungan dengan kelompok, atau posisi kelompok dan kepentingan atau konflik kelompok seperti kelas, jenis kelamin atau “ras” perjuangan, karenaya untuk kekuatan social dan dominasi serta kebingungan mereka dan apakah ideology hanya terbatas pada hubungan dominasi adalah mesalah pertentangan, tetapi dalam pandangan kami sebagian besar merupakan masalah pilihan dan definisi, dan bukan property penting dari konsep yang berguna ideology.  Artinya, “dominan ideology”, dalam eksklusif rasa ideology “kelompok” dominan atau ideology yang dipaksakan oleh dominan kelompok adalah kasu khusus dari ideology, dan tidak karakteristik semua ideology (Abercronbie et al, 1980, 1990)
c)      Ideologies are sociocognitive
Bertindak sebagai interface antara kognitif dan social, ada dimensi penting dari system kepercayaan social, seperti pengetahuan, penadapat, dan sikap.  Artinya, ideology dasarnya dibagi (atau diperebutkan) oleh anggota kelompok social.  Dengan cara yang sama karena tidak ada bahasa “pribadi” menurut definisi kami, tidak ada ideology pribadi.  Gagasan “akal sehat “, karena Gramsci sering berhubungan dengan social dan penerimaan ideology politik (Balai et al, 1978 h), dan secara teoritis dikembangkan dalam analisis ethonomethodological anggota social “mengambil untuk diberikan” (Sharrock and Anderson, 1991), adalah contoh gagasan khas yang telah baik dimensi kognitif dan social.  Dalam cara yang sama seperti (tatabahasa, norma-norma, dan aturan) bahwa alami, ideology keduanya kognitif, sementara melibatkan prinsip-prinsip dasar pengetahuan social, penilaian, pemahaman, persepsi, dan social, sementara yang dimiliki oleh anggota kelompok atau lembaga, dan terkait dengan kepentingan social-ekonomi dan politik dari kelompok-kelompok disana.
d)     Ideologies are not “true” or “false”
Ini tidak berate bahwa baik feminis mungkin tidak memiliki benar ‘keyakinan tentang dominasi laki-laik atau lingkungan hidup tentang pencemaran’, mengingat spesifik standar epistemologis (ilmiah atau lainnya) dan criteria pengetahuan dan kebenaran (Kornblith, 1994).  Tapi contoh ini menunjukkan bahwa ideology pada umumnya tidak secara khusus ‘benar’ atau ‘salah’.  Sebaliknya mereka mewakili kemungkinan partisan, melayani melayani diri ‘kebenaran’ dari kelompok social.  Dalam hal ini, mereka lebih atau kurang relevan atau kerangka efisien interpretasi (tindakan) untuk kelompok-kelompok tersebut jika mereka mampu mamajukan kepentingan kelompok.
e)      Ideologies may have various degrees of complexity
Ideology sebagaimana didefinisikan disini tidak perlu sepenuhnya system maju dan eksplisit keyakinan.  Disisi lain, meskipun penelitian menunjukkan bahwa tidak semua orang memiliki sangat eksplisit politik ideology, mereka mungkin memiliki ideology yang lebih detail tentang kelompok masalah social lainnya yang relevan.  Ideology ini dapat berkisar dari yang sederhana sampai yang sangat kompleks, dan terdiri dari sebuah preposisi dasar sedikit atau kerangka besar seperti ideology ‘demokrasi’ atau ‘sosialisme’.  Memang, tidak seperti penggunaan istilah ideology dalam teks sehari-hari dan berbicara, ideology tidak terbatas pada utama filosofis atau politikisme (Skidmore, 1993).
f)       Ideologies have contextually variable manife stations
Ekspresi ideologis anggota kelompok sering muncul untuk tidak hadir, samar-samar, bingung, bertentangan atau tidak koheren tidak berarti bahwa ideology sendiri bertentangan atau bahwa ideology tidak ada di tempat pertama.  Pribadi dan variasi wacana kontekstual ideologis dan tindakan.  Misalnya:
·         Fakta bahwa orang-orang anggota, atau mengidentifikasi dengan beberapa, kadang-kadang saling bertentangan, ideology dan nilai-nilai (Tetlock, 1993).
·         Norma-norma social umum atau hukum (misalnya diskriminasi) menghambat ‘bebas’ tindakan berdasarkan ideology. 
·         Kendala kontekstual (tujuan, kesopanan, impression management, dan lain-lain)
·         Pengalaman pribadi, biografi, motivasi, emosi, dilemma (Billing, 1988) dan prinsip-prinsip dari setiap anggota social.
g)      Ideologies are general and abstract
Dari perspektif ethnomethodological, variabilits kontekstual (ekspresi) ideology mungkin diambil sebagai bukti bahwa ideology yang diproduksi secara local, dan bahwa tidak ada umum, system abstrak harus perlu dipostulasikan (Button,1991).  Teori ini, kami mengusulkan pendekatan alternative bahwa ideology yaitu “sebagai system abstrak” adalah situasi yang independen, dan bahwa hanya mereka mungkin ekspresi variable diproduksi secara local dan dibatasi oleh kontekstual.
kerangka teoritis untuk dikembangkan disini dapat diringkas sebagai berikut: ideology adalah kerangka dasar kognisi social bersama oleh anggota kelompok social, merupakan dengan pilihan yang relevan dan nilai-nilai social budaya, dan terorganisir oleh skema ideologis yang mewakili definisi dari kelompok.  Selain fungsi social mereka mempertahankan kepentingan kelompok.  Ideology memiliki fungsi kognitif pengorganisasian representasi soaial (ketinggian pengetahuan) kelompok, dan dengan demikian secara tidak langsung memantau terkait kelompok social praktis, dan karenanya teks juga anggota berbicara.
Sebelum kita menelaah cara-cara edeologi mengendalikan makna wacan, kita secara singkat beberapa konsep utama dari kerangka teori ini.

Value
            Tidak seperti pengetahuan, ideology sebagaimana didefinisikan disini adalah kognisi social yang pada dasarnya evaluative.  Mereka memberikan dasar tentang apa yang baik dan apa yang buruk, benar atau salah, dan dengan demikian juga menyediakan pedoman dasar untuk persepsi social dan dasar dari ideology adalah nilai-nilai social budaya, seperti kesetaraan-keadilan, kebenaran atau efisiansi.  Biasanya, nilai-nilai tersebut tidak terbatas pada kelompok-kelompok tertentu, tetapi memiliki relevansi budaya yang lebih luas.  Ini berarti bahwa mereka mungkin bmemiliki budaya spesifik dan budaya variable, meskipun beberapa nilai mungkin yang universal (Hofstede, 1980; Rokeach, 1973,1979).
 Masing-masing kelompok sosial diasumsikan untuk membuat pilihan sendiri tertarik dari nilai-nilai ini, dan memberikan hirarki kepada mereka sebagai fungsi posisi dan tujuan sosialnya.  Misalnya, feminis dan anti-rasis mungkin menekankan freedom, professor dan wartamawan nilai-nilai kebenaran dan keandalan sebagai criteria dasar ideologis tujuan dan tindakan mereka (Eisenberg et al, 1989).  Dengan demikian, untuk setiap kelompok, nilai-nilai ini dapat diharapkan untuk membentuk criteria evaluative dasar untuk pendapat yang mendefinisikan system ideologis. 
Definisi ideology ini dari hubungan kelompok-kelompok lain adalah bagian yang lebih kompleks yaitu skema yang mengatur ideology yang lainnya kognisi social (Fiske and Taylor, 1991; Lyengar and Mc Guire, 1993; Lau and Sears, 1986).  Arinya, jika semua anggota social mengembangkan ideology sebagai fungsi keanggotaan kelompok mereka, dan kebutuhan untuk melakukannya berulang-ulang dan efisien, maka kita daoat mengasumsikan bahwa mereka juga mengembangkan skema structural yang spesifik dan variable aksioma ideologis akan cocok.  Skema tersebut terdiri dari sejumlah kategori dasar, dari beberapa aturan atau strategi yang mendefinisikan atau memproses hubungan antara kategori ini.
Dalam rangka untuk meawakili kepentingan dasar (sendiri) kelompok, kita sementara menganggap bahwa ideology dapat dipahami sebagai semacam skema diri kelompok.  Terhadap latar belakang teori sosiologis kelompok dan formasi social, skema ini terdiri dari sejumlah kategori dasar pengorganisasian, evaluative yang preposisi mendefinisikan (jenis kelompok):
Ø  Identity/ membership: siapa milik kelompok dan siapa yang tidak termasuk kelompok.  Hal ini sangat jelas untuk rasi etnosentris, ideology xenophobia atau nasionalis, menurut kita kulit putih milik Eropa, dan lain-lain tidak harus diakun, setidaknya tidak seperti warga yang sama (Miles, 1980; Van Dijk, 1984,1987).  Kategori ini biasanya memiliki fitur didefinisikan diri yang mendasar (misalnya melekat atau lebih atau kurang permanen) sidat kelompok, seperti asal, pemnampilan, etnis, genre, bahasa-agama, dan sebagainya.
Ø  Task/Activities: apa yang biasa kami lakukan?  Apa yang diharapkan dari kita?  Apa peran atau tugas kelompok kami?  Dengan demikian, journalist jelas (self) dipresentasikan sebagai menulis berita, professor sebagai pengajaran dan sebagai melakukan penelitian, dan feminis sebagai terlibat dalam tindakan terhadap Chauvinisme.  Kategori ini biasanya mendefinisikan (ideology) professional kelompok dan peran social, seperti professor dan tukang kayu, ibu dan ayah, kelompok aksi dan serikat pekerja.
Ø  Goal: tindakan kelompok khas biasanya dilakukan dalam pandangansatu atau lebih keselut=ruh social.  Tujuannya untuk menginformasikan kapada masyarakat atau untuk bertindak sebagai pengawas masyarakat; dokter sebagai mempromosikan kesehatan; dosen sebagai pengajar untuk mendidik atau melakukan penelitian untuk menemukan kebenaran.
Ø  Norms/values: untuk setiap kelompok, tugas dan tujuan dikenakan pilihan tertentu.  Sekelompok criteria ideologis untuk penilaian, yaitu norma dan nilai-nilai.  Norma dan nilai biasanya menentukan kelompok politik dan agama, seperti liberal dan konservatif, katolik dan protestan.
Ø  Position: setiap kelompok mendefinisikan dirinya tidak hanya dengan karakter yang terkandung di dalamnya istics, tugas, tujuan, dan nilai-nilai untuk penilaian mereka, tetapi juga dalam kaitannya dengan spesifik kelompok lain: wartawan sehubungan dengan public (actor berita), dosen yang berkenaan dengan mahasiswa dan lain-lain.  Artinya, posisi kategori mendefinisikan teman dan musuh, sekutu dan musuh, awandan pendukung, serta hubungan social dominasi dan persaingan antar kelompok dan konflik. 
Ø  Resources: semua kelompok bertahan atau memperbaiki diri jika mereka memiliki akses ke sumber daya social yang langka.  Kelompk tertentu di definisikan oleh mereka (istimewa) akses ke materi tertentu atau sumber daya simbolik, seperti kewarganegaraan, timpat tinggal, status, hak asasi manusia, hormat, pekerjaan, kesehatan, perumahan, kesejahteraan, pendapatan, pengetahuan atau wacana public.
Semua kategori ini bersama-sama menentukan apa yang secara tradisional disebut (but hardly analyses as) kepentingan social.  Sekali lagi harus ditekankan bahwa kategori ini dan isi profosional mereka tidak mencerminkan realitas social, tetapi konstruksi ideologis melayani diri sendiri, citra diri dari kelompok-kelompok lain (Abrams dan Hogg, 1990; Turner dan Giles, 1981).
Ayat utama:
Emulate-meniru + Discover-Mencari ceruk baru + Create- menciptakan

Artinya, kita sebagai penulis baru, tahap yang pertama kali kita lakukan yaitu meniru (emulate).  Dengan meniru, kita bisa mengetahui pengetahuan/wawasan yang lebih luas.  Sebagai penulis baru, kita wajar jika dalam menulis terdapat meniru.  Karena dalam menirulah kita bisa mengetahui bagaimana cara menulis dengan baik.  Tahap kedua yaitu discover (mencari cerukbaru), kita mengumpulkan data yang sebanyak-banyaknya untuk bahan penulisan kita.  Setelah kita sudah mengumpulkan data dan fakta-fakta sebagai topic pembahasan kita, kita bisa menginjak tahap yang ketiga yaitu create.  Di dalam tahap create inilah pikiran kita mulai menciptakan sebuah tulisan.
The enlightened + the literate = the issue of knowledge
Affordance (mempunyai kekuatan yang baru untuk menghasilkan sesuatu yang baru) + meaning potential (semogenesis).

Process of Semogenesis in English Intonation
By Paul Tench
Cardiff University, Wales, Uk
Semogenesis, penciptaan makna, telah di promosikan oleh Halliday dan Matthiessen (1999) sebagai “pedoman” dalam presentasi mereka tentang teori fungsional sistemik dari bahasa yang memiliki dalam dirinya sendiri sumber daya dengan orang dapat menciptakan makna baru.
Semogenesis adalah istilah yang Halliday dan Matthiessen (1999:17) diciptakan untuk merujuk pada penciptaan makna.  Mereka menyarankan bahwa setidaknya ada 3 dimensi atau bingkai waktu untuk proses tersebut:
1.      A phylogenetic dimension: Dimensi filogenetik untuk mencakup evolusi dalam bahasa dan dalam bahasa tertentu.
2.      An ontogenetic: Dimensi ontogenetic untuk mencakup perkembangan linguistic dalam individu, meningkatkan repertoar linguistic individu.
3.      A logogenetic: Dimensi logogenetic untuk mencakup terungkapnya makna dalam wacana actual.
Makna terus diciptakan, ditransmisikan, diciptakan, diperpanjang dan di ubah (1999:18) dengan proses yang beroperasi di masing-masing dimensi, atau kerangka waktu.  Dengan demikian secara umum, kemampuan manusia untuk menggunakan bahasa untuk mengubah pengalaman kami menjadi tindakan komunikasi memungkinkan saya sebagai seorang individu untuk berkomunikasi apa yang saya maksud dalam bahasa tertentu pada suatu titik waktu tertentu.
Halliday dan Matthiessen (1999: 18-22) kemudian menggambarkan 3 jenis proses dimana berarti potensi dapat diperluas.  Tanda linguistic baru dapat di produksi, kami akan memnaggial proses ini “inovasi” atau tanda linguistic dapat di bagi untuk kelezatan semiantik, kita akan menyebutnya proses “differentiation”, dan tanda dapat “mendekonstruksi”, yaitu makna dan yang realisasi dalam kata-kata dapat terlepas dari satu sama lain dan kembali melekat pada susunan kata dan makna lainnya.
Mari kita menggambarkan masing-masing proses: pertama, inovasi.  Otogenetically saya mungkin memperoleh tanda yang sebelumnya tidak saya ketahui.  Misalnya, ketika saya diberi mercerized adalah baru bagi saya.  Proses kedua untuk menciptakan makna baru adalah diferensiasi.  Pada abad ke-16 Inggris, temptation disebut semua jenis pengujian, sehingga membawa kami dalam percobaan adalah permohonan untuk cadangan kami dari segala bentuk pengujian sama sekali.  Proses ketiga untuk menciptakan makna baru adalah dekonstruksi.  Dua bagian dari tanda makna, dan realisasinya dalam kata-kaleng diidentifikasi secara terpisah.  Halliday dan Matthiessan (1999:21) menggambarkan proses ini awalnya oleh pemidsahan “kata benda” sebagai realisasi.  
Ini adalah hasil proses kreatif waktu dikelas membahas tentang Howard Zinn dan Columbus.
Howard Zinn was a historian, playwright, and activist.  He wrote the legendary book, entitled “A People’s History of the United States”.  Zinn book certainly is the courage to reveal the dark side of the history of the new continent.  That book made the reader interesting because explained about Chistoper Columbus.  He is very brief to explain about dark history about new continent Subaltern in Spivak definition.  He wrote about history of Chistoper Columbus and people literate write about innouncent version from coming kolonis. It is very interesting for me, when he is also through the same critic with Zinn.  That he is taking a choice ideology in write history.  That he is explained about the facts is likes.  The fact, Zinn is the different boxer from point of view ring. 
He is explained about Chistoper Columbus, that Columbus never arrived in America continent.  Because 70 year before Columbus arrived in America, earth think India, that is muslim from China, named is Ceng Ho (Zheng He) arrived in America.
My friend comment:
We must read the book howard zinn exactly about A people’s history of the united states. And we must to know about the history Columbus. Please more explore about the history, and please your attention full stop and coma.
            Jadi, dalam sebuah tulisan harus memiliki thesis statement karena didalam  thesis statement kita sebagai penulis baru bisa menuangkan ide besar pada tulisan tersebut.  Dalam sebuah wacana, ideology sangatlah penting.  Ideology adalah kerangkan dasar kognisi bersama anggota kelompok social, dengan pilihan yang relevan dari nilai-nilai social, dan terorganisir oleh skema ideologis.  Dari ideologis tersebutlah akan hadir sebuah value.  Tulisan kita pun harus mempunyai value agar seorang pembaca bisa mengerti makna dari tulisan kita.  Makna itulah yang disebut semogenis.  Ini merupakan tahap menuju titik akhir.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic