Menjadi Seorang
Penemu
Malam
ini terasa begitu terasa berbeda. Malam ini begitu larut. Tak pernah saya
membuka mata sampai selarut ini. Jadi seperti ini rasanya mrnjadi mahasiswa
yang mengerjakan tugas-tugasnya dengan “begadang”. Sungguh tak nikmat, tak seperti
saat saya mengerjakan semua tugas dengan jam dan waktu yang normal.
Hening,
sunyi, dan sepinya malam ini memang membuat pandangan mata selalu siaga
mengawasi sekeliling. Dalam setiap kewaspadaan saya masih harus berusaha untuk
menemukan dan membuat tulisan yang perannya sangat sakral dalam hidup saya
sebagai mahasiswa bimbingan Mr. Lala Bumela, class review.
Nomor-nomor
yang di selipkan kata “class review” semakin bertambah, dari angka satu dan
kini sudah sangat jauh ke angka tujuh. Ya, ini adalah class review ke tujuh.
Ada beberapa hal yang akan diungkap dalam class review ke tujuh ini. Sebagian
merupakan informasi baru dan ada pula informasi-informasi yang sebelumnya telah
tertuliskan.
Ada
sesi untuk mengevaluasi hasil belajar minggu kemarin, sebenarnya tugas utama
dan yang paling berat untuk menulis adalah membuka kemungkinan-kemungkinan
pemahaman baru. Untuk memenuhi tugas ini kita harus melalui tiga fase, yaitu emulate – discover – create. Orang-orang yang
menulis memulai jalannya dari fase meniru, seperti yang tertulis di materi
presentasi Mr. Lala pada pertemuan ke
enam Meniru
adalah bagian penting dari menemukan lalu menciptakan. Ayat utama ini
dihasilkan dari memahami affordance dan meaning potential yang merupakan
semogenesis.
Pada pertemuan ke tujuh, catatan besar dalam
block note saya adalah yang dipertaruhkan dalam menulis
adalah makna. Pernyataan tersebut mengingatkan kita kembali bahwa dalam
menulis membutuhkan sebuah rasa yang nantinya akan membentuk sebuah makna.
Contoh-contoh rasa yang dapat diselipkan dalam sebuah penulisan adalah sense of dissatisfaction, sense of disappointed, dan
sense of anger. Penulis akan memperlihatkan rasa yang ia miliki dalam
setiap tulisannya, walaupun tidak di perlihatkan secara eksplisit.
Ada
satu coretan dari buku Milan Kundera yang menggambarkan tugas kita sebagai
penulis. Milan Kundera comments (in L'Art
duroman , 1986): `to write,means for the poet to crush the wall behind
which something that
``was always there'' hides. Menulis itu merupakan satu tugas
mulia yang bertujuan untuk menyelamatkana sesuatu yang tersembunyi. Dalam
menulis, kita bertugas untuk membuka kembali sesuatu yang pernah ada dan sudah
ada yang tersembunyi dibalik tembok besar nan kokoh.
Penulis
merupakan seorang penemu, tetapi bukan penemu dalam konteks ilmu pengetahuan
alam. Penyair, sejarawan, dan orang-orang yang berada dalam koridor linguistic
sama-sama dinamakan penemu. Tiga golongan ini selain bertugas untuk mengungkap
hal yang sudah ada tetapi juga sama-sama ingin menerapkan sebuah nilai. Untuk
menjalankan tugas-tugas ini bukanlah merupakan hal yang mudah. Butuh pemikiran
yang benar-benar jernih dan hati yang tenang, tidak terburu waktu.
Sebagai
discoverer, kita memiliki titik awal yang menjadi inti permasalahan yang akan
kita ungkap nantinya. Inti ini harus benar-benar kita pahami sehingga nantinya
akan sedikit lebih mudah untuk menggali lagi sesuatu yang berada dalam inti
itu.
Sejenak
teringat saat sore kemarin saya melihat
kartun Spongebob Square Pant,
pada episode sore itu ia ditugaskan oleh guru sekolah mengemudinya untuk
menulis apa-apa saja yang tidak dapat dilakukan saat mengemudi dalam 800 kata.
Ia telah mempalajari hal itu sebelumnya, dan ia harus mengungkap kembali apa
yang telah ia pelajari. Ia terlihat sangat kesulitan untuk membuka kembali
“sejarah” yang sudah terpendam mungkin sangat lama di otaknya, sama seperti
penyair, sejarawan, dan orang-orang linguistic yang tak mudah untuk menjadi
seorang discoverer.
Howard
Zinn, merupakan sejarawan yang terkenal memiliki tulisan-tulisan yang bagus. Ia
telah memulis 20 buku selama hidupnya. Howard juga termasuk discoverer. Masih
sangat hangat di ingatan bahwa ia pernah menuliskan sejarah tentang Christopher
Columbus dari sudut pandang orang-orang yang kalah. Dalam hal ini, Zinn
berusaha untuk mengungkap hal baru dari hal yang sudah lama. Beliau menggali
lebih dalam dan mungkin sangat dalam tentang Columbus yang sebelumnya sudah ada
yang bercerita tentangnya.
Jadi, menulis merupakan suatu proses yang
akhir dari tujuannya adalah menggebrak tembok besar yang menghalangi sesuatu
yang berada dibelakangnya. Sesuatu yang didapat ini nantinya akan membentuk
sebuah makna dan pengertian baru sebuah pengetahuan. Pengalaman yang beragam
dan latar belakang pengetahuan yang baik juga turut andil dalam proses
menemukan. Menemukan sesuatu yang ada tetapi tersembunyi di tempat yang sangat
dalam dan dilindungi oleh berbagai rannjau yang terpasang di samping, atas, dan
bawahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic