We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Senin, 03 Maret 2014

Bersemayam dalam Lorong Kesunyian



4th Class Review


Ketika dunia tak  lagi bersahabat dengan kita. Dunia  seakan sedikit demi sedikit menghancurkan dirinya, dibolak-balikannya hembusan angin, dimuntahkan air yang ada di lautan, bahkan gunung ikut disisir hingga laharnya menyebar ke hamparan bumi. Aku duduk termenung di bawah bentangan langit yang begitu pudar malamnya. Memikirkan semakin hancurnya bumi ini, tambah dengan kelakuaan manusia yang begitu kejam kepada bumi. Semakin malam, semakin larut dalam suasana keheningan. Sepertinya malam ini akan membawaku ke dalam lorong kesunyian dan menyemayamkan dalam suasana keheningan. Dengan Suasana keheningan dengarlah betapa bumi ini menjerit, betapa bulan ikut menangis, karena setiap hari tetutupi oleh bentangan rintakan hujan dan suara petir yang begitu mengglegar.
Ini merupakan pertemuan ke empat dengan mata kuliah writing 4. Pada petemuan empat banyak yang harus dibahas, tentunya dengan topic besar “Classroom Discourse”. Untuk pertemuan ke depan tantangannya akan lebih besar, jadi harus dipersiapkan sesuatu dengan baik. Tantangan mengarungi lautan academic writing akan lebih besar, sudah berada ditengah lautan dengan terpaan ombak yang banyak dan begitu besar. Aku harap perahu yang  aku persiapkan bisa melawan terpaan ombak tersebut. Prosesnya akan berbeda dengan pertemuan-pertemuan sebelumnya, yang biasanya tugas dikerjakan di rumah, tapi untuk pertemuan ke lima akan lebih banyak memproduksi tulisan di kelas.
Hujan mengingatkanku pada minggu kemarin. Minggu kemarin merupakan langkah awal dalam membuat critical review dengan tema “Classroom Discourse : Religion Harmony”, seperti yang dikatakan oleh Key Hyland (2006) bahwa Literacy is something we do.             
                                   
Yang dikatakan Hyland kata do mengacu kepada religion harmony. Tapi, pernahkah sebelumnya kita berfikir, apakah bangsa ini sudah dikatakan baik dalam kerukunan umat Bergama? Bila di lihat dari dunia social tingkat kerukunan umat beragama itu masih sangat melemah. Bagaimana bangsa ini bisa menjadi bangsa yang maju yang mampu bekerjasama dalam membangun bangsa? Sedangkan antar umatnya saja masih belum rukun.


 
 
Berbicara mengenai classroom discourse. Bahwasannya ketika membuat critical review kebanyakan mahasiswa (PBI) tidak menyinggung kepada classroom discourse. Tetapi, malah terjebak pada pembahasan lain lain yaitu tentang pendidikan dan keagamaan. Sebenarnya saya sendiri tidak mengerti awalanya, bila harus membahas tentang classroom discourse. Bahkan critical review yang saya buat cenderung mengarah ke pembahasn tentang pendidikan. Menurut Mr Lala kata classroom dianggap situs suci, karena banyak melakukan sebuah ritual.
Pembahasan classroom bisa disebut complicated. Menurut Pak Chaedar A. Alwasilah bahwa “Classroom disebut complicated karena adanya interaction”. Interaction bukan hanya terdapat pada teks saja, melainkan banyak kejadian dalam kehidupan kita. Contohnya dalam kehidupan sehari-hari yaitu antara pedagang dan pembeli, itu sangat erat interaksinya. Begitu pula dalam lembaga pendidikan antara guru dengan peserta didik dan dosen dengan mahasiswa, sangat erat interaksinya dalam membahas ilmu pengetahuan.
Disebut complicated juga karena ada tiga hal, yaitu :
a.      Background
Seperti yang kita tahu, bahwa kita terlahir atas latar belakang yang berbeda-beda. Begitu pula yang dikatakan oleh Chaedar A. Alwasilah “Student come from different ethnic, religious, and social backgrounds and their mindset is dominantly shaped by those backgrounds”. Latar belakang yang berbeda bisa tterbentuk karena karakter sifat orang tua dan lingkungan tempat tinggal kita.
b.      Communicative Strategic
Communicative strategic ini membahas bagaimana cara kita dalam bernteraksi dengan orang lain, contohnya bagaimana kita menjawab pertanyaan orang?, bagaimana kita berbicara dan cara duduknya?, dan lain-lain.
c.       Meaning Making Practices
Dalam meaning  making practices ada dua indicator yaitu ideology dan value. Ideologi itu bagaimana kita membuat perbedaan dengan orang lain, sedangkan value itu cenderung membahas ke sikap. Contohnya discipline, diligent, dan lain-lain dan yang membedakan Indonesia dengan Negara maju (contohnya Malaysia dan Singapura) adalah karena mereka memiliki tingkat discipline yang tinggi.
Pembahasn berlanjut, tetapi masih mengenai classroom discourse dalam buku “Classroom Discourse Analysis : A Tool for Critical Reflection”. Dijelaskan ada empat tujuan untuk guru tantang menganalisis wacana kelas, diantaranya :
1.         Wacana yang diperoleh dalam analisis kelas telah saling meningkatkan pemahaman antara guru dan siswa.
2.         Dengan menganalisis wacan kelas, guru telah mampu memahami perbedaan bicara local di kelas dan melampaui generalisasi budaya lainnya.
3.         Ketika para guru menganalisis wacan di kelas, akademik mereka sendiri meningkat, dan
4.         Proses analisis wacana di kelas dapat menumbuhkan intrinsic dan cinta seumur hidup untuk praktek mengajar dan meneguhkan potensial hidupnya.
Sebenarnya bukan hanya untuk guru saja, tapi untuk mahasiswa juga perlu. Menurut data yang dperoleh dalam 20 tahun terakhir, untuk pengembangan wacana di kelas itu meningkatkan saling pengertian antara guru dan siswa. Dapat dlihat dalam proses belajar mengajar, bagaimana guru dan siswa bergiliran saat berbicara. Contohnya ketika seorang guru sedang menjelaskan materi, siswa akan diam mendengarkan, dan ada kalanya seorang guru yang diam ketika memberikan waktu berbicara untuk siswa terhadap pemahaman apa yang telah dipelajari. Pemaparan contoh di atas mengungkapkan ciri siswa dan guru bergiliran saat berbicara. Pola wacana biasanya mengungkapkan perbedaan komunikasi daripada defisit .
Dalam mempelajari classroom discourse mempunyai manfaat yaitu mengetahui atau memahami secara umum mengenai perbedaan komunikasi antara kelompok-kelompok social. Bila seorang guru memahami berbagai bentuk pembicaraan di kelas, itu dapat menunjukan meningkatnya prestasi sekolah, karena seperti yang disebutkan di atas bahwasannya setiap  peserta didik memiliki latar belakng yang berbeda dan guru yang mampu memahami perbedaan tersebut adalah guru yang mampu meningkatkan prestasi. Dari perbedaan tersebut seorang guru harus mampu merangkul siswanya menjadi satu, meskipun terlahir dari latar belakang yang berbeda-beda.
What is (Critical) Classroom Discourse Analysis?
Definisi sederhana untuk wacana adalah bahasa-bahasa yang digunakan. Analisis wacana adalah studi tentang bahasa bahasa yang digunakan yang dipengaruhi oleh konteks-konteks yang berbeda dan bagaimana sebuah kata yang digunakan tergantung pada konteksnya? Dalam buku “Classroom Discourse Analysis menjelaskan bahwa " The Classroom " adalah konteks utama dan paling jelas untuk wacana yang akan kita periksa, namun “konteks” untuk analisis wacana kelas juga meluas bukan hanya di dalam kelas saja, tetapi di luar kelas juga. Komponen yang berbeda dari bicara kelas, itu dapat memcakup konteks yang mempengaruhi apa dan bagaimana hal itu ditafsirkan dalam kelas.
Kembali lagi mengenai pembahasan mengenai critical review yang membahas tentang kerukunan umat beragama. Menurut berita dari KEMENAG  bahwa “apabila kita semua berpendidikan, maka masalah perbedaan akan selalu teratasi”. Salah satu website dari KEMENAG menjelaskan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dan Badan Kerjasama Antar Umat Beragama (BKSAUA) mengambil peran penting untuk menciptakan kerukunan di Nyiur Melambai. “Untuk saya, dialog adalah kunci dalam penyelesaian konflik,” tegas mantan Gubernur Maluku dan Maluku Utara disaat terjadi konflik agama waktu lalu.
Bagaimana jika kita kaitkan antara KEMENAG terhadap pandangan ke IAIN atau UIN? Menurut KEMENAG IAIN atau UIN merupakan bagian dari salah satu sistem pendidikan Islam yang ada di Indonesia dan  sebagai suatu respon atas kebutuhan pemerintah akan tenaga pendidik yang ahli dibidang ilmu-ilmu keislaman. Agar dapat mengembangkan sistem pendidikan Islam. Perkembangan sejak masa orde baru bukan saja pada aspek fisiknya, tetapi  juga pada aspek tenaga pendidik atau dosennya, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Sejalan dengan kebutuhan masyarakat Islam akan ilmu pengetahuan dan teknologi peran perguruan tinggi islam semakin bertambah. Dimana dalam pelayanannya, selain memberikan bidang studi keagamaan juga memberikan pelayaan pendidikan umum.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa classroom discourse bersifat complicated, karena menurut A. Chaedar ALwasilah disebut complicated karena adanya interaction. Bersifat complicated juga karena tiga hal, yaitu background, communicative strategic, dan meaning making practices. Pada dasarnya kita terlahir dari latar belakang yang berbeda-beda, bagaimana cara kita berinteraksi dangan orang lain dan sikap saat berinteraks dengan orang lain. Berbicara mengenai classroom discourse dalam bukunya “Classroom Discourse Analysis” bahwa dengan adanya classroom discourse untuk mengembangkan dan meningkatkan saling pengertian antara guru dan siswa. Bukan hanya itu saja, classroom discourse juga mempunyai manfaat yaitu mengetahui atau memahami secara umum mengenai perbedaan komunikasi antara kelompok-kelompok social.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic