Problematika Bangsa
Dunia
pendidikan merupakan salah satu sarana atau wadah dalam mencetak generasi
bangsa yang berkualitas, khususnya pendidikan formal. Dalam pendidikan formal
saat ini, kualitas seorang siswa hanya dilihat dari kemampuan ketika
mengerjakan soal ujian nasional. Ketika seorang siswa tidak lulus maka seorang
siswa tersebut telah dianggap gagal dalam menempuh dunia pendidikan. Dan yang
lebih miris lagi ketika kita melihat siswa-siswi yang dinyatakan lulus dalam
ujian nasional. Untuk merayakan kelulusannya, para siswa berpesta ria dengan
segala penyimpangan yang sangat sering terjadi, seperti pesta miras, konvoi di
sepanjang jalan yang ujung-ujungnya hanya mengakibatkan pertikaian antara para
pelajar, dan bahkan yang lebih miris lagi mereka melakukan pesta free sex yang
sesungguhnya merugikan masa depan mereka sendiri. Maka disinalah peran seorang
pendidik untuk terus mengembangkan kemampuannya dalam mengajar.
Pada
zaman modern ini, seorang pendidik bukan lagi berarti sebagai orang yang mampu
mentransformasi ilmunya kepada peserta
didik, akan tetapi lebih mengarah pada kemampuan untuk mengetahui jati diri
seorang murid. Ketika seorang pendidik mengajarkan ilmu dalam bidangnya, dan
hanya seglintir murid saja yang mengerti akan pelajrannya, lalu apakah pantas
seorang pendidik tersebut memarahi para peserta didik yang tidak mengerti apa
yang diajarkan. Padahal kalau kita ingat-ingat bahwa setiap insan dibekali
suatu potensi untuk mampu mengembangkan kehidupannya dan mempertahankan
kelangsungan hidupnya.
Jika
dilihat dari segi keberhasilan maka disinilah seorang pendidik berperan penting
sebagai actor utama dalam mensukseskan pendidikan yang dicanangkan, selain pada
itu terdapat beberapa fungsi dan tuigas lain dari pada pendidik, yaitu sebagai educator,
leader, facilitator, motivator, administrator, dan evaluator.
1. Teachers
as educator
Sebagai seorang educator, ilmu adalah syarat utama.
Membaca, menulis, berdiskusi, mengikuti informasi, dan responsive terhadap
masalah kekinian sangat menunjang peningkatan kualitas ilmu guru. Disamping
itu, mepelajari karakter, moral, dan dedikasi seorang guru juga penting sabagai
actor dominan kelak dalam mengawal proses belajar mengajar yang membutuhkan
kesabaran, keteladanan, dan keuletan. Sehingga akan tercipta sebuah kegiatan di
ruang kelas yang kondusif dan terarah.
2. Teachers
as leader
Pendidik juga berperan sebagai pemimpin kelas.
Karena itu, ia harus bisa mengusasai, mengendalikan, dan mengarahkan kelas
menuju tercapainya tujuan pembelajaran yang berkualitas. Sebagai seorang
pemimpin, pendidik harus terbuka, demokratis, egaliter, dan menghindari
cara-cara kekerasan.
3. Teacher
as facilitator
Sebagai fasiliator, pendidik bertugas menfasilitasi
murid untuk menemukan dan mengembangkan bakatnya secara pesat. Menemukan bakat
anak didik bukan persoalan mudah, ia membutuhkan eksperimentasi amksimal,
latihan terus menerus, dan evaluasi rutin. Negara-negara maju sangat cerdik dan
cerdas mengenal potensi unik anak didiknya, dengan latihan dan pembinaan
intensif dari pihak keluarga, sekolah, dan lembaga sosial kemasyarakatan
Menurut E. Mulyasa (2008), pendidik sebagai fasilitator setidaknya
memiliki tujuh sikap seperti yang diidentifikasi oleh Rogers (dalam Knowles,
1984) berikut ini:
a. Tidak
berlebihan mempertahankan pendapat dan keyakinan atau kurang terbuka.
b. Dapat
lebih mendengarkan peserta didik, terutama tentang aspirasi dan perasaannya.
c. Mau
dan mampu menerima ide peserta didik yang inovatif, dan kreatif, bahkan yang
sulit sekalipun.
d. Lebih
meningkatkan perhatiannya terhadap hubungan dengan peserta didik seperti halnya
terhadap bahan pembelajaran.
e. Dapat
menerima komentar yang positif maupun negative sebagai pandangan yang
rekonstruktif diri dan perilakunya.
f. Toleran
terhadap kesalahan peserta didik selama proses pembelajaran, dan
g. Menghargai
prestasi peserta didik.
4. Teachers
as motivator
Sebagi motivataor seorang guru harus mampu
membangkitkan semangat dan mengubur kelemaghan anak didik bagaimanapun latar belakang hidup
keluarganya, bagaimanapun kelam masa lalunya, dan bagaimanapun berat
tantangannya. Kisah orang sukses mampu menjadi inspirasi murid dalam mengukir
cita-citanya, menapaki jejak kehidupannya. Guru harus jeli memberikan kisah
hidup orang sukses kapada murid-muridnya, sehingga mereka bangkit dari
keterpurukan, dan keputusasaan. Betindak sebagai motivator, guru adalah
psikolog yang diharapkan mampu menyelami psikolog anak didiknya, sehingga mengetahui kondisi lahir
batinnya.
5. Teachers
as administrator
Sebagai seorang guru, tugas administrasi sudah
melekat dalam dirinya, dari mulai melamar menjadi guru, kemudian diterima
dengan bukti surat keputusan yayasan, surat instruksi kepala sekolah, dan
lain-lain. Dalam mengajar guru harus mengabsen terlebih dahulu, mengisi jurnal
. kelas dengan lengkap, mulai dari nama, amteri yang disampaikan, kondisi
siswa, dan tanda tangan dan semuanya yang berkaitan tentang catatan.
6. Teracher
as evaluator
Sebaik apapun pembelajaran, pasti ada kelemahan yang
perlu dibenahi ddan disempurnakan. Disinilah pentingnya evaluasi seorang guru.
Dalam evaluasi ini guru bisa menggunakan banyak cara, dengfan merenungkan
sendiri proses pembelajaran yang diterapkan, meneliti kelemahan dan kelebihan,
atau dengan cara yang lenih objektif, meminta pendapat orang lain, misalnya
kepala sekolah, guru yang lain, dan murid-muridnya. Khusus untuk para murid,
guru bisa menggunakn bahasa lisan, namun lebih objektif kalau menggunakan
tulisan dengan menggunakan questioner berupa pertanyaan-pertanyaan kritis dalam
lembar khusus yang berisi masukan bebas dengan tanpa identitas muridnya.
Disinilah diperlukan jiwa besar guru dalm menerima
segala bentuk kritikan dari murid-muridnya, tidak semosional. Justrru semua
masukan dan kritikan itu dijadikan sebagai media evaluasi untuk pembenahan
diri.
Selain itu guru juga dituntut untuk mampu menjadi guru
yang ideal dan inovatif, dan mempunyai sikap disiplin yang tinggi, karena
dengan kemampuan dan sikap tersebut maka seorang guru akan mampu membentuk
pribadi para peserta didik menjadi lebih meningkatkan keinginan belajar mereka
didalam kelas, dan mampu menjadi pribadi pelajar yang bersikap lebih baik dalam
masyarakatnya. Berikut adalah kiat menjadi guru yang ideal dan inovatif:
1.
Menguasai materi
pelajaran yang mendalam
Ini merupakan syarat utama menjadi guru yang ideal. Denagn
menguasai materi, kepercayaan diri terbangun dengan baik, tidak ada rasa
was-was, ,dan bimbang terhadap pertanyaan murid. Dengan konteks ini, sudah
seharusnya guru mengajar materi sesuai dengan eahliannya sebagaimana pepatah “the
right man on the right place”, manusia yang benar berada ditempat yang benar.
2.
Mempunyai wawasan
yang luas
Sebagai contoh adalah KH. Ahmad Mu’adz Thohir, beliau
mengajarkan ilmu psikolog di perguruan tinggi Matholi’ul Falah, Kajen, Pati. Beliau
sering diundang mengisis acara ceramah, diskusi, seminar, dan sejenisnya,
ketika mengajar, materi diajharkan dengan sistematis dan efektif. Wawasan yang
luas membuat para siswa semakin penasaran terhadap keterangan beliau. Pengalamannya
diberbagai forum ilmiah dan organisasi lintas sektoral sering disampaikan
kepada murid-muridnya, sehingga antusiasme mereka semakin membara. Bacaan yang
kuat, mobilitas yang tinggi, dan relasi sosial yang luas membutnya energik,
terbuka, dan pemikirannya luas. Gagasan-gagasan sering terlalu maju, namun
menarik dan selalu segar dikonsimsi siswa.
Cara mengemas materi dan menjelaskannya yang santai, dan
penuh variasi membuatnya bebas mengirim umpan dan kail kepada anak didiknya
supaya mereka bertanya dan beliau menjawab dengan memuaskan atau terlempar
kepada murid yang lain untuk menjawab.
3.
Komunikatif
Guru yang suka menyapa dan memperhatikan kondisi muridnya
lebih diterima dari pada guru yang yang egois, yang datng hanya untuk
menerangkan pelajaran. Ia tidak mau peduli persoalan anak didiknya. Yang penting
ia datang mengajar sampai batas waktu yang ditentukan.
Salah satu guru yang komunikatif adalah K.H. Ali Fatah Ya’qub.
Cara beliau mengajar sangat ramah, suka suka menanyakan hal-hal yang
berhubungan dengan murid. Di luar mengajar belaiu malah lebih akrab, seperti
tidak ada jarak antara guru dan murid.
Murid akan merasa senang jika disapa oleh gurunya. Ia juga
kagum dengan guru semacam ini. Efek positifnya, murid-murid akan senang diajar
guru tersebut. Ada keakraban perasaan saling menyayangi dan mengasihi. Keterlibatan
emosi ini sangat penting sehingga aspek lahir batin siswa dapat diarahkan oleh
guru.
4.
Dialogis
Ingat, tugas guru tidak hanya mengajar tetapi juga
menggali potensi besar yang dimiliki oleh muridnya. Tugas ini sangat sulit
terlaksana jika dalam mengajar, seorang guru hanya mengandalkan metode ceramah,
sekadar memberikan materi an sich, tanpa ada ruang dialog. Oleh karena itu,
dalam metode dialog interaktif ini, guru tidak boleh merasa paling benar,
paling pintar dan paling tahu segalanya.
5.
Menggabungkan teori
dan praktik
Praktik sangat diperlukan sebagai media menburunkan,
mengendapkan dan meletakkan pemahaman. Materi pada otak anak didik, praktik
bisa dilakukan dengan cara turun langsung ke lapangan atau sekedar ke
laboratorium.
Dengan praktik, ilmu akan berkembang dengan pesat. Anak-anakpun
terlatih untuk menerapkan ilmu yang dipelajari. Dari sisnilah anak akan
mengevaluasi pemahamannya terhadap materi yang diajarkan. Dan hal ini akan
mendorongnya untuk mendengarkan dan berusaha memahami keterangan gurunya.
6.
Berharap
Belajar ilmu adalah bertahap, dari satu dua dan
seterusnya. Bertahap ini meniscayakan pentingnya materi yang disampaikan harus
urut, tidak meloncat-loncat. Dalam konteks ini, ketika mengajar seorang guru
harus bersikap arif dan bijakasana. Jangan memberikan semua pengalaman dan ilmu
kepada anak didik dalam satu kesempatan. Berilah sedikit demi sedikit apa agar
anak didik bisa menerimanya dengan baik. Sebab, jika diberikan sekaligus akan
cepat hilang.
7.
Mempunyai variasi
pendekatan
Dalam satu kesempatan seorang guru bisa menggunakan
pendekatan ceramah. Di lain kesempatan, dia juga bisa menggunakan pendekatan
dialogis interaktif, atau juga bisa menggabungkan teori monoligis dan dialogis
dalam satu kesempatan. Seperti micro teaching, club duscussion, small groups
dan student categrories sebaiknya perlu dicoba.
8.
Tidak memalingkan
materi pelajaran
Seorang guru harus membuat rencana pembelajaran, target
pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Hal-hal tersebut bisa digunakan sebagi
ukuran dan pengingat kelalaian yang bisa datang sewaktu-waktu secara tidak
terduga. Manusia tetap manusia yang terkadang melakukan kesalahan.
9.
Tidak perlu
menekankan dan memaksa.
Guru yang memiliki tipe seperti ini adalah KH. Nurhadi
Kajen, Pati. Beliau ketika mengajar selalu santai, teratur, dan sangat ramah. Tidak
memaksa murid. Dengan pendekatan psikologis yang hebat, beliau mampu menggugah
dan menancapkan cita-cita besar pada anak didiknya. Konsistensi, kearifan, dan
kebijaksanannya dalam mendidik murid membuatnya menjadi figur yang melekat pada
siswa-siswanya.
10. Humoris tapi serius
Humir bukan tujuan, sekedar alat menyegarkan fikiran dan
menghilangkan kepenatan berfikir. Dengan waktu pengajaran yang sangat lama,
tentu beban fikiran pada pelajaran-pelajaran akhir sangat berat. Disinalah peran
guru dalam mengatur irama, ritme, dan
menghilangkan beban pelajar anak didik diperlukan. Seorang guru dapat
memberikan humor-humor yang mendidik yang dapat menggugah semangat belajar,
memberikan motivasi dan inspirasi pada siswa agar mempunyai cita-cita tinggi.
Sungguh tugas dan amanat yang sangat berat yang diemban
oleh para pendidik. Bukan hanya pandai dalam suatu bidang ilmu, tapi juga harus
mampu mengakltualisasikan segala bentuk syarat dan kewajibannya. Belum lagi
sebuah masalah yang sangat sudah menjadi tradisi bagi para pendidik saat ini,
yaitu ketidaksiplinannya dalam mengembankan tugas dan amanatnya.
Menanggapi masalah tersebut, alangkah baiknya jika kita
melihat kepada sosok guru yang sangat kharismatik yaitu KH. MA Sahal Mahfudz (alm).
Ulama besar asal Kajen, Pati ini adalah sosok guru yang sangat disiplin
menjalani hari-harinya. Waktunya tidur, makan, shalat, menerima tamu, dan
mengajar ditentukan dengan tepat dan dijalankan dengan tepat pula.
Ketika mengajar, belaiu sudah datang terlebih dahulu
sebelum waktunya tiba. Karena itu, ada rasa segan yang memancar dari wajah kiai
ini berdampak kepada murid-muridnya. Ketika belaiu mengajar, murid-murid sudah
datng pagi-pagi benar. Ia takut terlambat didahului oleh gurunya.
Keteladanan kiai besar seperti ini dalam hidup displin
juga ditunjukkan dalam hal makan. Beliau selalu makan sesuai dengan jadwal
waktu yang ditentukan. Beliau sangat menjaga kesehatan. Menurut beliau, salah
satu tanda kebugaran fisiknya adalah disiplin makan, istirahat, dan
beraktifitas, tidak memaksakan diri, dan mengorbankan diri sendiri. Hasilnya sungguh
spektakuler. Belaiu tampil sebagai pemimpin puncak lembaga Nahdlatul Ulama,
sebagai rais ‘Am; dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) sebagai Ketua Umum Pusat.
Semua penjelasan diatas merupakan sebuah gagasan penting
yang harus dimiliki oleh seorang guru khususnya dan bagi para calon guru
umumnya. Dan hal tersebut merupakan sebuah senjata bagi para pendidik dalam
mnyelesaikan Konflik sosial dan ketidakharmonisan agama khususnya.
Urgensi
penanaman pendidikan karakter sejak dini
Secara harfiah karakter artinya
“kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau reputasi”. Dalam kamus
Psikologi dinyatakan bahwa karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik
tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang yang biasanya mempunyai kaitan dengan sifat-sifat yang relative tetap. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa karakter
merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha
Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud
dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan
norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
Dari uraian diatas sudah jelas bahwa pendidikan karakter sangat
urgent dalam pelaksanaannya. karena pendidikan karakter adalah untuk mengukir
akhlak melalui proses knowing the good, loving the good, and acting the good
(suatu proses pendidikan yang melibatkan aspek kognitif, emosi, dan fisik,
sehingga berakhlak mulia). Disinilah kelemahan bangsa kita dalam mengelola
sumber daya manusianya. Peran para elit politik tidak mampu memberi pengaruh
besar terhadap bangsa kita bahkan mereka sendiri yang merusak tatanan moral
dinegara ini, kepentingan perut didahulukan kepentingan rakyat ditinggalkan,
dan yang sangat memalukan lagi adalah ketika para anggota parlemen dari
berbagai macam elit politik saling bertukar kata-kata kasar dengan cara tidak
sopan dalam sidang yang disiarkan langsung di seluruh negeri. Mengharapkan
kemajuan untuk Negara kita seakan hanya jadi impian yang tak pernah sampai,
bahkan kita hanya dijadikan sebagai kambing hitam yang dengan sangat mudah
diperdaya oleh bangsa lain. Inilah potret kehidupan bangsa kita. Kemudain
apakah kita sebagai penerus bangsa harus terus menerima takdir yang seperti
ini? Maka dari sinilah timbul pentingnya penanaman pendidikan karakter sedini
mungkin.
Menanamkan
ilmu pengetahuan sejak dini harus bersifat continue dan coherence demi
terciptanya para generasi yang berkualitas. Karena menanamkan pendidikan
karakter sedini mungkin merupakan kunci utama membangun bangsa. Bahkan
akhir-akhir ini sudah banyak terbentuk lembaga-lembaga yang menawarkan sebuah
pendidikan usia dini, seperti Play Group, PAUD, TK, dan sederajatnya.
Lembaga-lembaga tersebut sudah banyak bermunculan dikalangan masyarakat kita.
Semuanya bertujuan untuk mendidik anak usia dini agar mampu menanamkan karakter
yang bermoral dalam ruang lingkup berakhlak mulia, karakter jiwa sosial dengan berinteraksi
sesama teman, karakter pemahaman tentang agama dari dasar, dan lain sebagainya.
Bahkan dalam agam kita pun sudah ditetapkan dalam hadist,
“Uthlubul Ilma minal mahdi ila lahdi” yang berarti carilah ilmu dari mulai
lahir sampai liang lahat. Inilah yang harus menjadi pedoman bagi kita semua
para calon pendidik agar senantiasa peduli terhadap para generasi masa depan
bangsa.
Konflik Agama
Ditinjau dari berbagai macam bahasa, agama memiliki arti:
1.
Agama berasal dari
bahasa Sanskerta yang berarti ‘tradisi’.
2.
Dalam bahasa latin,
agama adalah hubungan antara manusia dengan manusia super(Srrvius)
3.
Dalam bahasa Eropa,
agama adalah sesuatu yang tidak dapat dicapai hanya dengan tenaga akal dan
pendidikan saja.
4.
Dalam bahasa Arab,
agama adalah din, yang artinya:
-
Takut dan setia
-
Paksaan
-
Tekanan
-
Perendahan diri
-
Pemerintahan
-
Kekuasaan
-
Siasat
-
Balsan
-
Adat
-
Pengalaman hidup
-
Perhitungan amal
-
Hujan yang tidak
tetap turunnya
Dengan demikian diperoleh keterangan yang jelas bahwa,
agama adalah penghambaan manusia kepada Tuhannya. Dalam penegrtian agama
terdapat tiga unsur, ialah manusia, penghambaan, dan Tuhan.
Sebagai manusia yang berada pada suatu negara yang mempunyai
dasar pancasila ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’ dituntut untuk selalu hidup rukun
anatar suatu penganut agama dengan penganut agama yang lainnya. Namun hal
seperti ini merupakan sebuah komitmen yang sangat sulit dijalani.
Selama hampir tiga dekade, Abudrrahman menulis mengenai
perlunya toleransi dan saling pemahaman antar umat beragama. Abdurrahman secara
tegas menolak segala bentuk prasangka, intoleransi, dan kekerasa. Tahun-tahun
terakhir avad ke-20 Indonesia doiwarnai oleh kekerasan, baik kekerasan etnik
maupun keagamaan. Babak akhir rezim soeharto dihiasi, tentu tidak secara terus
menerus, oleh pecahnya kekerasan anatar komunitas yang agaknya mengandung perseteruan
unsur etnik dan agama. Suatu keharusan untuk merefleksikan respons Badurrhaman terhadap
persitiwa-peristiwa tersebut ketika ia menjabat sebagai ketua NU. Ia secara
konsisten memberi sumbangan yang sangat berarti untuk meredakan ketegangan
dilapangan dan mendorong masyarakat untuk menyelenggarakan dialog dan penguatan
hubungan sehingga kekerasan dapat dihentikan dan tidak muncul kembali. Hal ini
sangat jelas misalnya dalam kasus pembakaran Gereja di Situbindo pada tahun
1996 dan lebih jelas lagi dalam peristiwa pembunuhan besar-besaran di
Banyuwangi, Jawa Timur 1998.
Sementara sebagian besar kekerasan yang terjadi di Indonesia
selam tahun terakhir dikatakan spontan dan disebabkan secar mendasar karena
situasi Ekonomi dan sosial yang serba sulit dan bercampur dengan ketegangan,
agaknya tidak demikian halnya dengan kasus Banyuwangi pembunuhan yang konon
dilakukan para ninja berpakaian hitam-hitam itu telah memakan korban kurang
lebih 200 orang. Bukti anekdotal disekitar lokasi pembantaian yang berlangsung
selama berbulan-bulan pada paruh kedua tahun 1998 itu menegaskan bahwa
orang-orang yang terlibat dalam pembunuhan ini memiliki pendidikan militer dan
terorganisir dengan baik. Lebih dari itu, ada bukti kuat bahwa siapapun yang
berada dibalik pembunuhan ini pasti menginginkan kerusuhan sosial dimasyarakat.
Sangat penting untuk dicatat bahwa sebagian besar korban peristiwa itu adalah
anggota NU yang mempunyai kedudukan sebagai ulama atau pemimpin NU di daerah
mereka.
Respon Abdurrohman dalam pembunuhan ini adalah dengan
mengunjungi Banyuwangi dan mendorong para tokoh agama lokal untuk menahan diri
dari godaan untuk merespon kekerasan ini dengan kekerasan. ‘ siapapun dibalik
pembunuhan ini’, katanya, ‘agaknya mengharapkan kita merespon kemarahan mereka
dengan kemarahan. Oleh karenanya mereka menggunakan target para ulama. Sadar akan
hal ini’. Dia melanjutkan,’kita arus menaksir provokasi ini dengan tetap
mengkampanyekan perdamaian’. Mudah dibayangkan bahwa pembantaian banyuwangi
dapat membangkitkan kesusahan yang berskala luas karena teror itu telah
melahirkan kekerasan kengerian, dan tekanan pada titik maksimum bagai
masyarakat tyang mengalaminya. Bagi masyarakat tidak merespon dengan kekerasan
adalah kredit poin bagi masyarakat ini dan kepemimpinan NU secara keseluruhan,
termasuk otoritas Abdurrahman Wahid.
Dengan ini sudah jelas bahwa dalam permasalahan konflik
antar Agama alangkah baiknya kita menengok sosok yang pernah memimpin kita
yaitu Abdurrahman Wahid yang senantiasa menjunjung tinggi pluralisme dalam menjalani
hidup beragama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic