We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Rabu, 19 Februari 2014

MEMPERKAYA ILMU MENULIS

CLASS REVIEW

Setelah minggu pertama berhasil dilewati, kini telah memasuki minggu kedua pada mata kuliah writing 4. Pertemuan yang kedua ini, dilaksanakan pada 11 Februari 2014 diruang 44. Sebelum Mr.  Lala Bumela memulai pembelajarannya, Mr.  Lala Bumela membagi kami kedalam dua kelompok seperti pada mata kuliah English Phonology semester 3, kemudian Mr.  Lala Bumela menanyakan pertanyaan yang berbeda – beda kepada setiap mahasiswa. Pada saat itu, Mr. Lala Bumela menanyakan “Mengapa bangsa yang besar itu adalah Bangsa Penulis?” ketika ditanyakan pertanyaan tersebut saya menjawab pertanyaan tersebut dengan begitu gugup, sehingga jawaban yang saya berikan pun tidak memuaskan.
Budaya tulis di Indonesia sangatlah lemah, hal ini terbukti dengan hanya sedikitnya jumlah penulis yang ada di Indonesia, jelas berbeda dengan jumlah penulis di Negara maju. Ini yang dapat dijadikan parameter maju dan tidaknya sebuah Negara.
Menulis merupakan kegiatan intelektual yang memiliki peran besar dalam pembentukan suatu peradaban. Penulis berperan sebagai pembawa sinar ilmu yang memberikan arahan, ilmu pengetahuan, wawasan, dan motivasi kepada masyarakat untuk terus maju dalam menghadapi tantangan zaman seperti sekarang ini.
Penulis bagaikan tentara intelektual yang siap melindungi bangsa ini dari kebodohan. Maka, jika kita menginginkan Negara ini maju dan tidak lagi dibilang bangsa yang bodoh, kita harus mengajak orang untuk menyukai kegiatan membaca serta menulis, agar kita bisa menjadi bangsa yang cerdas dan maju dalam menghadapi perkembangan dan tantangan zaman sekarang ini.
Setelah itu, kami mengatur kembali posisi tempat duduk kami seperti semula dan memulai kegiatan belajar mengajar. Pembahasan yang dilakukan dalam kelas ialah mengenai Academic Writing. Sifat (khas) yang biasa dituliskan dalam Academic Writing, yaitu:
1.      Rigid (kaku)
2.      Formal
3.      Critical reading and writing
4.      Structured focused
5.      Systematicity
Yang pertama adalah bersifat kaku atau rigid. Academic Writing terkenal dengan sifat kekakuannya dalam penulisan sebuah karya. Kedua, bentuk tulisan dari Academic Writing adalah formal. Kaku dan formal merupakan cirri khas dari academic writing yang paling menonjol. Yang ketiga, ketika kita menuliskan academic writing kita harus lebih kritis dalam membaca (critical reading), dan juga kritis dalam menulis (critical writing). Kemudian, keeempat, dalam penulisan academic writing haruslah terstruktur dengan benar. Intinya ketika seseorang menulis dalam bentuk academic writing, dia menuliskannya khusus hanya untuk seseorang saja, tidak untuk orang lain. Diibaratkan saat kita menulis academic writing kita bukanlah tukang nasi goring yang berada dipinggir jalan yang menyediakan masakanya untuk beberapa atau banyak kalangan. Namun, kita sebagai “chef pribadi” untuk seorang presiden atau pejabat yang menyediakan masakan hanya untuk satu orang, tak peduli menurut pendapat yang lain mengenai masakannya yang terlalu asin, manis, dan lainnya karena chef tersebut hanya menyesuaikan dengan selera majikannya.
Critical thinking terjadi pada saat kita membaca buku karena disaat kita membaca buku, kita sedang menyeleksi informasi yang kita dapatkan. Dan pada saat proses membaca, kita selalu mempunyai pertanyaan atas informasi yang didapatkan. Kita tidak akan menjadi critical writing kalau kita tidak menjadi critical reading.
Menulis ‘bukan’ sekedar mengenai ekspresi atau mengekspresikan perasaan kita, tetapi menulis ialah:
1.      A way of knowing something
2.      A way of representing something
3.      A way of reproducing something
Selama ini banyak orang yang mempresepsikan bahwa tujuan menulis ialah mengekspresikan perasaan kita. Namun, menulis adalah untuk mengetahui, menunjukkan dan memproduksi kembali sesuatu. Pada saat kita menulis, yang akan kita benar – benar ingat atau kenang adalah pengalaman (experience) kita saat menulis, seperti pengalaman tidur malam, kehabisan kata dalam menulis dan berbagai pengalaman menulis lainnya yang mungkin dirasakan oleh orang lain.
Berlanjut pada pembahasan berikutnya yaitu mengenai “literasi”. Mr.  Lala Bumela mengatakan seseorang yang hebat haruslah mempunyai literasi yang tinggi. Ketika seseorang mempunyai literasi yang tinggi, maka kita bisa lihat dari tindakan atau perilaku kesehariannya, salah satunya seseorang yang punya literasi yang tinggi dia tidak akan membuang sampah disembarang tempat ataupun merokok diarea umum dan banyak orang ditempat tersebut serta terdapat tulisan “dilarang merokok”. Selain itu, kita dapat melihat suatu Negara yang maju, masyarakatnya memiliki literasi yang tinggi, kemampuan literasi dapat membawa bangsanya pada lompatan ekonomi yang jauh lebih baik dari Negara yang rendah literasinya.
Beralih meninggalkan pembahasan literasi, dan berlanjut mengenai pembahasan teks, konteks, reader (pembaca), meaning (maksud/arti), dan writer (penulis). Dalam buku yang dituliskan oleh “Lehtonen”, menyatakan bahwa teks, konteks, dan pembaca berinteraksi satu dengan yang lainnya. Meskipun ketiganya saling  ketergantungan, akan tetapi mereka tidak dapat dipelajari dengan cara yang sama. Lehtonen menuliskan bahwa teks dapat berupa tulisan, pidato, gambar, music, ataupun symbol lainnya. Teks ditandai dengan tiga ciri, yaitu:
1.      Materiality
2.      Formal relationship
3.      Meaningfulness
Konteks merupakan sebuah informasi tambahan yang dapat menjadi sebuah bantuan untuk memahami isi dari teks itu sendiri.
Lehtonen menyatakan bahwa teks diumpamakan sebagai teka – teki silang yang hanya terdapat satu solusi untuk menjawabnya, dan konteks adalah sejumlah buku referensi untuk memecahkan solusi dari teka – teki tersebut. Konteks tidak akan ada sebelum teksnya ada. Teks dan konteks selalu ada bersama – sama, sebagai suatu bagian yang utuh. Jadi, kita tidak mungkin kehilangan salah satunya.
Antara teks (dan konteks) dan pembaca sebenarnya berdiri sendiri (independen), tetapi membutuhkan dan menghasilkan satu sama lain. Teks tidak semiotically tanpa pembaca, pembaca tidak akan memiliki pengetahuan tanpa teks (dan konteks). Mereka hidup secara bersama, namun mempunyai beberapa kehidupan – kehidupan pribadi. Meaning merupakan percikan api yang menyala dalam interaksi antara produsen teks dan pembacanya (voloshinov’s speaker and listener).

KESIMPULAN
Writing 4 : 1. Academic writing: a. rigid (kaku)
                                                b. formal
                                                c. critical reading and writing
                                                d. structured focused
                                                e. systematicity
            2. critical thinking
            3. writing is not about expressing feeling, writing is:
                  A. A way of knowing something
B. A way of representing something
C. A way of reproducing something

TEKS - KONTEKS -  PEMBACA

Teks dan konteks selalu ada bersama – sama, sebagai suatu bagian yang utuh. Jadi, kita tidak mungkin kehilangan salah satunya. Teks (dan konteks) dan pembaca sebenarnya berdiri sendiri (independen), tetapi membutuhkan dan menghasilkan satu sama lain. Mereka hidup secara bersama, namun mempunyai beberapa kehidupan – kehidupan pribadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic