CLASS REVIEW
Setelah minggu pertama berhasil
dilewati, kini telah memasuki minggu kedua pada mata kuliah writing 4.
Pertemuan yang kedua ini, dilaksanakan pada 11 Februari 2014 diruang 44.
Sebelum Mr. Lala Bumela memulai
pembelajarannya, Mr. Lala Bumela membagi
kami kedalam dua kelompok seperti pada mata kuliah English Phonology semester
3, kemudian Mr. Lala Bumela menanyakan
pertanyaan yang berbeda – beda kepada setiap mahasiswa. Pada saat itu, Mr. Lala
Bumela menanyakan “Mengapa bangsa yang besar itu adalah Bangsa Penulis?” ketika
ditanyakan pertanyaan tersebut saya menjawab pertanyaan tersebut dengan begitu
gugup, sehingga jawaban yang saya berikan pun tidak memuaskan.
Budaya tulis di Indonesia sangatlah
lemah, hal ini terbukti dengan hanya sedikitnya jumlah penulis yang ada di
Indonesia, jelas berbeda dengan jumlah penulis di Negara maju. Ini yang dapat
dijadikan parameter maju dan tidaknya sebuah Negara.
Menulis merupakan kegiatan
intelektual yang memiliki peran besar dalam pembentukan suatu peradaban.
Penulis berperan sebagai pembawa sinar ilmu yang memberikan arahan, ilmu
pengetahuan, wawasan, dan motivasi kepada masyarakat untuk terus maju dalam
menghadapi tantangan zaman seperti sekarang ini.
Penulis bagaikan tentara intelektual
yang siap melindungi bangsa ini dari kebodohan. Maka, jika kita menginginkan
Negara ini maju dan tidak lagi dibilang bangsa yang bodoh, kita harus mengajak
orang untuk menyukai kegiatan membaca serta menulis, agar kita bisa menjadi
bangsa yang cerdas dan maju dalam menghadapi perkembangan dan tantangan zaman
sekarang ini.
Setelah itu, kami mengatur kembali
posisi tempat duduk kami seperti semula dan memulai kegiatan belajar mengajar.
Pembahasan yang dilakukan dalam kelas ialah mengenai Academic Writing. Sifat
(khas) yang biasa dituliskan dalam Academic Writing, yaitu:
1.
Rigid (kaku)
2.
Formal
3.
Critical reading
and writing
4.
Structured focused
5.
Systematicity
Yang pertama adalah bersifat kaku
atau rigid. Academic Writing terkenal dengan sifat kekakuannya dalam penulisan
sebuah karya. Kedua, bentuk tulisan dari Academic Writing adalah formal. Kaku
dan formal merupakan cirri khas dari academic writing yang paling menonjol.
Yang ketiga, ketika kita menuliskan academic writing kita harus lebih kritis
dalam membaca (critical reading), dan juga kritis dalam menulis (critical
writing). Kemudian, keeempat, dalam penulisan academic writing haruslah
terstruktur dengan benar. Intinya ketika seseorang menulis dalam bentuk
academic writing, dia menuliskannya khusus hanya untuk seseorang saja, tidak
untuk orang lain. Diibaratkan saat kita menulis academic writing kita bukanlah
tukang nasi goring yang berada dipinggir jalan yang menyediakan masakanya untuk
beberapa atau banyak kalangan. Namun, kita sebagai “chef pribadi” untuk seorang
presiden atau pejabat yang menyediakan masakan hanya untuk satu orang, tak
peduli menurut pendapat yang lain mengenai masakannya yang terlalu asin, manis,
dan lainnya karena chef tersebut hanya menyesuaikan dengan selera majikannya.
Critical thinking terjadi
pada saat kita membaca buku karena disaat kita membaca buku, kita sedang
menyeleksi informasi yang kita dapatkan. Dan pada saat proses membaca, kita
selalu mempunyai pertanyaan atas informasi yang didapatkan. Kita tidak akan
menjadi critical writing kalau kita tidak menjadi critical reading.
Menulis ‘bukan’ sekedar
mengenai ekspresi atau mengekspresikan perasaan kita, tetapi menulis ialah:
1.
A way of
knowing something
2.
A way of
representing something
3.
A way of
reproducing something
Selama ini banyak orang yang
mempresepsikan bahwa tujuan menulis ialah mengekspresikan perasaan kita. Namun,
menulis adalah untuk mengetahui, menunjukkan dan memproduksi kembali sesuatu.
Pada saat kita menulis, yang akan kita benar – benar ingat atau kenang adalah
pengalaman (experience) kita saat menulis, seperti pengalaman tidur malam,
kehabisan kata dalam menulis dan berbagai pengalaman menulis lainnya yang
mungkin dirasakan oleh orang lain.
Berlanjut pada pembahasan
berikutnya yaitu mengenai “literasi”. Mr.
Lala Bumela mengatakan seseorang yang hebat haruslah mempunyai literasi
yang tinggi. Ketika seseorang mempunyai literasi yang tinggi, maka kita bisa
lihat dari tindakan atau perilaku kesehariannya, salah satunya seseorang yang
punya literasi yang tinggi dia tidak akan membuang sampah disembarang tempat
ataupun merokok diarea umum dan banyak orang ditempat tersebut serta terdapat
tulisan “dilarang merokok”. Selain itu, kita dapat melihat suatu Negara yang
maju, masyarakatnya memiliki literasi yang tinggi, kemampuan literasi dapat
membawa bangsanya pada lompatan ekonomi yang jauh lebih baik dari Negara yang
rendah literasinya.
Beralih meninggalkan
pembahasan literasi, dan berlanjut mengenai pembahasan teks, konteks, reader
(pembaca), meaning (maksud/arti), dan writer (penulis). Dalam buku yang
dituliskan oleh “Lehtonen”, menyatakan bahwa teks, konteks, dan pembaca
berinteraksi satu dengan yang lainnya. Meskipun ketiganya saling ketergantungan, akan tetapi mereka tidak
dapat dipelajari dengan cara yang sama. Lehtonen menuliskan bahwa teks dapat
berupa tulisan, pidato, gambar, music, ataupun symbol lainnya. Teks ditandai
dengan tiga ciri, yaitu:
1.
Materiality
2.
Formal
relationship
3.
Meaningfulness
Konteks merupakan sebuah
informasi tambahan yang dapat menjadi sebuah bantuan untuk memahami isi dari
teks itu sendiri.
Lehtonen menyatakan bahwa
teks diumpamakan sebagai teka – teki silang yang hanya terdapat satu solusi
untuk menjawabnya, dan konteks adalah sejumlah buku referensi untuk memecahkan
solusi dari teka – teki tersebut. Konteks tidak akan ada sebelum teksnya ada.
Teks dan konteks selalu ada bersama – sama, sebagai suatu bagian yang utuh.
Jadi, kita tidak mungkin kehilangan salah satunya.
Antara teks (dan konteks)
dan pembaca sebenarnya berdiri sendiri (independen), tetapi membutuhkan dan
menghasilkan satu sama lain. Teks tidak semiotically tanpa pembaca, pembaca
tidak akan memiliki pengetahuan tanpa teks (dan konteks). Mereka hidup secara
bersama, namun mempunyai beberapa kehidupan – kehidupan pribadi. Meaning
merupakan percikan api yang menyala dalam interaksi antara produsen teks dan
pembacanya (voloshinov’s speaker and listener).
KESIMPULAN
Writing 4 : 1. Academic writing: a. rigid (kaku)
b.
formal
c.
critical reading and writing
d.
structured focused
e.
systematicity
2. critical
thinking
3. writing is not
about expressing feeling, writing is:
A. A way of
knowing something
B. A way of representing something
C. A way of reproducing something
TEKS - KONTEKS - PEMBACA
Teks dan konteks selalu ada
bersama – sama, sebagai suatu bagian yang utuh. Jadi, kita tidak mungkin
kehilangan salah satunya. Teks (dan konteks) dan pembaca sebenarnya berdiri
sendiri (independen), tetapi membutuhkan dan menghasilkan satu sama lain.
Mereka hidup secara bersama, namun mempunyai beberapa kehidupan – kehidupan pribadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic