Chapter Review 1
Setelah
tugas sebelumnya saya telah dibuat terpukau oleh pentingnya kegunaan
baca-tulis. Melalui kegunaan kedua dari aktivitas itu saya dapat memetik banyak
manfaat di dalamnya, seperti untuk menambah ilmu pengetahuan yang jumlahnya tak
terhingga dan untuk memproduksi ilmu pengetahuan Namun, saya masih dibuat bingung dengan
kegunaannya sendiri untuk negeri kita, untuk apa? Pertanyaan itu pula yang Pak
Lala tanyakan pada saya. “Ria, kegunaan literasi untuk negeri kita sendiri
untuk apa?” Pada saat itu juga saya bingung, terdiam cukup lama sambil berfikir,
saya hanya menjawab, “sebagai modal awal agar kita dapat bersaing dengan negara
lain.”
Saya telah menyadari bahwa kegunaan literasi
itu penting, tapi apabila kegunaan literasi itu sendiri tidak membawa dampak
untuk kemajuan di negara kita sendiri, lantas untuk apa masih perlu untuk
dilakukan? Kegunaannya seperti menambah ilmu pengetahuan serta memproduksi ilmu
pengetahuan, apakah mereka masih penting untuk dilakukan? Karena pada intinya
jika kita ingin bersaing dengan negara lain, maka pendapatan perkapita di negara
kita sendiri mesti naik bukan? Ketika pendapatan perkapita dapat dinaikkan
tentunya segala bidang-bidang bisa diperbaiki dan dikembangkan. Hal itu merupakan
akar dari permasalahannya.
Apakah Literasi memang merupakan modal awal
agar kita dapat bersaing dengan negara lainnya? Lalu seperti judul yang telah
saya tuliskan untuk menamai artikel ini, apakah literasi merupakan suatu kebutuhan
dan bukan hanya sekedar penghias dunia sastra negeri kita? Dalam artikel ini,
saya akan membahas mengenai berbagai pertanyaan-pertanyaan di atas, disertai
juga dengan makna literasi, kegunaan literasi, serta berbagai solusi-solusi
yang digunakan untuk dapat menanamkan literasi pada generasi muda. Pokoknya
segala hal akan saya kupas tuntas disini mengenai kegunaan literasai yang pada
kesimpulannya merupakan suatu kebutuhan dan bukan hanya sekedar penghias dunia sastra
negeri kita. Sumber artikel diambil dari berbagai opini-opini cemerlang dari
Bapak Chaedar Alwasilah. Dear all my readers, happy reading.
1. Definisi Literasi
Dalam
perbincangan metodologi pengajaran di kalangan guru bahasa saat ini adalah
genre, wacana, literasi, teks, dan konteks. Definisi literasi menurut kamus offord adalah kemampuan
membaca dan menulis. Namun, dalam konteks persekolahan Indonesia istilah
literasi jarang dipakai. Istilah yang sering dipakai adalah pengajaran bahasa
atau pembelajaran bahasa. Di dalam kamus Bahasa Indonesia pun tidak dicantumkan
kata literasi. Istilah yang ada di situ adalah literator dan leterer.
Pada
masa silam membaca dan menulis dianggap “cukup” sebagai pendidikan dasar
(pendidikan umum) untuk membekali manusia kemampuan menghadapi zaman. Dapat
dipahami jika literate kadang
diartikan sebagai educated. Pendidikan
dasar tidak cukup mengandalkan kemampuan membaca dan menulis. Literasi selama bertahun-tahun dianggap sekedar
persoalan psikologis, yang berkaitan dengan kemampuan mental dan keterampilan
baca-tulis, padahal literasi dalah praktik kultural yan berkaitan dengan
persoalan sosial dan politik. Karena itu, para pakar pendidikan dunia berpaling
ke definisi baru yang menunjukkan paradigma baru dalam memaknai literasi dan
pembelajarannya.
Kini
ada ungkapan literasi komputer, literasi virtual, literasi matematika, literasi
IPA, dan sebagainya. Atas tantangan zaman seperti yang digambarkan di atas,
lalu Freebody & Luke menawarkan
model literasi sebagai berikut: memahami, melibati, menggunakan, menganalisis,
dan mentransformasi teks. Itulah hakikat ber-literasi secara kritis dalam
masyarakat demokratis.
Seiring
dengan berkembangnya zaman berakibat pada makna literasi yang terus berevolusi,
dan kini maknanya semakin meluas dan kompleks. Literasi tetap berurusan dengan
penggunaan bahasa, dan kini merupakan kajian lintas disiplin yang memiliki
tujuh dimensi yang saling terkait.
2.
Kegunaan
literasi
a.
Dimensi geografis (lokal, nasional, regional,
internasional)
Literasi seseorang dapat dikatakan berdimensi
lokal, nasional, regional, atau internasional bergantung pada tingkat
pendidikan, jejaring sosial, dan vokasionalnya. Diplomat, misalnya lebih sering
ditantang untuk memiliki literasi internasional daripada bupati.
b. Dimensi
bidang
Literasi
bangsa tampak di bidang pendidikan, komunikasi, administrasi, hiburan, militer,
dan sebagainya. Tingkat dan efisiensi layanan publik dan militer, misalnya bergantung
pada kecanggihan teknologi komunikasi dan persenjataan yang digunakan. “Pendidikan
yang berkualitas tingkat tinggi menghasilkan literasi yang berkualitas tinggi
pula,” Pasti !!!
c.
Dimensi keterampilan
Literasi seseorang tampak dalam kegiatan membaca,
menulis, menghitung, dan berbicara. Setiap sarjana mampu membaca, tapi tidak
semua sarjana mampu menulis. Kualitas tulisan bergantung pada “Gizi” bacaan
yang disantapnya. “Gizi” itu kan tampak ketika dia berbicara. Untuk menjadi
sarjana yang baik, orang tidak cukup dengan mengandalkan literasi, dia pun
mesti melakukan numerasi (keterampilan menghitung). Keterampilan itu lazim
disebut 3R, yaitu reading, writing,
aritmetic.
e.
Dimensi media
Untuk menjadi literat pada zaman sekarang,
orang tidak cukup mengandalkan kemampuan membaca dan menulis teks alfabetis,
melainkan juga harus mengandalkan kemampuan membaca dan menulis teks cetak,
visual, dan digital. Oleh sebab itu berkembanglah literasi visual, literasi
digital, dan literasi virtual. Penguasaan IT (informatiof technology) sangat penting, sehingga kini kehebatan
universitas lain diukur dari lewat sejauh mana universitas itu diperbincangkan
dalam dunia maya (webometrics).
f.
Dimensi jumlah
Jumlah dapat merujuk pada banyak hal,
misalnya bahasa, variasi bahasa, peristiwa tutur, bidang ilmu, media dan
sebagainya. Orang multilaterat mampu berinteraksi dalam berbagai situasi.
Kemampuan ini tumbuh karena proses pendidikan yang berkualitas tinggi.
g.
Dimensi bahasa (etnis, lokal, nasional,
regional, internasional)
Ada literasi yang singular, ada literasi yang
plural. Hal ini beranalogi ke dimensi monolingual, bilingual, dan multilingual.
Bila Anda orang Sunda dan mahasiswa jurusan bahasa Inggris, Anda adalah orang
multilingual dalam bahasa Sunda, Indonesia, dan Inggris. Artinya jika anda
menguasai dua, atau lebih dari dua bahasa, maka Anda akan disebut dengan
multiliterat.
3. Manfaat Literasi
a. Ketertiban lembaga-lembaga sosial
Hidup bermasyarakat
ini difasilitasi lembaga-lembaga, misalya RT, RW, kelurahan sampai dengan DPR
dan presiden, sebagai mesin birokrasi untuk menjamin ketertiban sosial.
Lembaga-lembaga itu menjalankan perannya dengan fasilitas bahasa, sehingga
muncul bahasa birokrat atau bahasa politik yang menunjukkan kekuasaan birokrat
terhadap rakyat. Tidak ada literasi yang netral. Semua praktik literasi dan
teks tulis memiliki ideologi, yakni didikte oleh lingkungan sosial dan
politiknya.
b. Tingkat kefasihan relatif
Setiap interaksi
memerlukan kefasihan berbahasa dan literasi yang berbeda. Yang perlu dikuasai
adalah kefasihan (literasi) minimal tau literasi yang diperlukan untuk
memainkan peran fungsional dalam setiap interaksi.
c. Pengembangan potensi diri dan pengetahuan
“Literasi membekali
orang kemampuan mengembangkan segala potensi dirinya.” Penguasaan bahasa ibu
adalah alat untuk berekspresi dan mengapresiasi, serta memikirkan segala hal
dalam lingkungan sosial budaya dan psikologisnya yang terdekat, yakni keluarganya.
Pada tahap tinggi literasi membekali orang (baca: mahasiswa) kemampuan memproduksi
dan mereproduksi ilmu pengetahuan. Menulis akademik adalah bagian dari literasi
yang mesti dikuasai oleh para (calon) sarjana. Itulah literasi akademik.
d. Standar dunia
Dalam persaingan global sekarang ini rujuk
mutu (bench marking) dikembangkan ke
tingkat internasional sehingga tingkat literasi suatu bangsa (baca: kualitas
pendidikannya) mudah dibandingkan dengan bangsa lainnya.
e.
Warga
masyarakat demokratis
Pendidikan seyogyanya menghasilkan manusia
literat, yakni manusia yang memiliki literasi memadai sebagai warga negara yang
demokratis. Media merupakan salah satu pilar demokrasi. Dengan kata lain,
pendidikan literasi harus mendukung terciptanya demokratisasi bangsa. Proses
pendidikan itu sendiri harus demokratis agar para mahasiswa menjadi warga
negara yang demokratis sehingga mereka munjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi.
f.
Keragaman
lokal
Manusia
literat sadar mengenai keragaman bahasa dan budaya lokal atau cerlang budaya,
dan manusia lokal membangun literasi dalam konteks nasional, regional, dan
global.
g.
Hubungan
global
Sebagai
dampak teknologi komunikasi, kini semua orang adalah warga negara dunia, dan
untuk bersaing tingkat dunia literasi tingkat ini bergantung pada dua hal,
yaitu penguasaan teknologi informasi (ICT literacy) dan penguasaan konsep atau
pengetahuan yang tinggi. Kita menyadari bahwa dari waktu ke waktu kita
mengalami kaget budaya karena loncatan-loncatan inovasi teknologi selama ini.
h.
Kewarganegaraan
yang efektif
Literasi
membekali kemampuan warga negara yang efektif, yakni warga negara yang mampu
mengubah diri, menggali potensi diri, serta berkontribusi bagi keluarga,
lingkungan, dan negaranya. Warga negara yang efektif mengetahui hak dan
kewajibannya.
i.
Bahasa
inggris ragam dunia
Hubungan
dan jejaring global memerlukan bahasa asing yang dapat diterima oleh semua
pihak. Bahasa Inggris kini dipelajari oleh bangsa-bangsa di seluruh dunia.
Namun, karena setiap bangsa membangun literasi dalam bahasa etnis dan budaya
lokalnya, bahasa Inggris mereka kental dengan kelokalan sehingga muncul
berbagai ragam bahasa Inggris. Pemahaman dan antisipasi atas ragam-ragam bahasa
Inggris merupakan antisipasi dari literasi global.
j.
Kemampuan
berpikir kritis
Literasi
bukan hanya sekedar mampu membaca dan menulis, melainkan juga menggunakan
bahasa itu secara fasih, efektif, dan kritis. Berbicara dan menulis adalah
tindakan literasi dan merupakan keputusan politik. Pengajaran bahasa, dengan
demikian harus mengajarkan keterampilan berpikir kritis. Bahasa termasuk
matematika, adalah simbol (baca, tulis, hitung) untuk berkomunikasi dan
berliterasi. Manuasia adalah makhluk pengguna simbol.
k.
Masyarakat
semiotik
Budaya
adalah sistem tanda (semiotik, dan untuk memaknai tanda manusia harus
menguasai literasi semiotik. Dalam upaya mengkaji budaya, para ahli menggunakan
istilah sintaksis, semantik, dan pragmatik. Sintaksis budaya mengkaji cara
aspek-aspek budaya saling terkait dalam sistem budaya. Semantik budaya mengkaji
hubungan tanda-tanda dengan rujukannya, dan pragmatik budaya mengkaji hubungan
antara tanda dan pengirim dan penerima. Kita semua adalah praktisi semiotik.
Setiap hari kita membaca dan bernegosiasi ihwal dengan dunia simbol, dan
mengkonstruksi diri kita sendiri secara semiotik, dari cara kita berkomunikasi
non-verbal sampai cara kita berpakaian.
4.
Hasil riset mengenai kegunaan literasi
Sejak
tahun 1999 Indonesia ikut berpartisipasi dalam proyek penelitian PIRLS, PISA
dan TIMSS untuk mengukur literasi membaca, matematika, dan ilmu pengetahuan alam.
Dari PIRLS 2006 ditemukan temuan-temuan yang relevan dan penting yang berkaitan
dengan literasi membaca siswa kelas IV Indonesia serta posisinya dibandingkan
dengan siswa dari negara peserta lainnya. Dalam penelitian itu tujuan membaca
meliputi literary purposes dan informational purposes, sedangkan proses
membca meliputi interpreting, integrating,
evaluating. Berikut adalah temuannya:
a.
Tingkat
literasi Indonesia masih jauh tertinggal oleh siswa-siswa dari negara-negara
lain. Artinya, pendidikan nasional kita belum berhasil menciptakan warga negara
literat yang siap bersaing dengan sejawat dari negara lain. Ringkasnya, dalam
skala internasional, literasi siswa kita belum kompetitif. Terlihat berbagai
variabel yang terkait dengan pendidikan literasi, yakni pendapatan nasional
perkapita, pendidikan orang tua, fasilitas belajar, lama belajar di sekolah, human development (HDI), dan sebagainya.
“manusia literat merupakan SDM yang memiliki
potensi untuk membangun bangsa. Pendidikan literasi merupakan investasi jangka
panjang yang berfungsi transformatif, untuk meningkatkan human development
(HDI) dan menjamin kehidupan sosial ekonomi yang lebih baik. Dengan kata lain,
pendidikan literasi pasti mengubah pendapat dan pendapatan”
5.
Solusi-solusi
yang digunakan untuk dapat menanamkan literasi pada generasi muda.
a.
Ujung
tombak pendidikan literasi adalah guru dengan langkah-langkah profesionalnya
yang terlihat dalam enam hal, yaitu:
Ø Komitmen profesional
Ø Komitmen etis
Ø Strategi analitis dan reflektif
Ø Efikasi dari
Ø Pengetahuan bidang studi
Ø Keterampilan literasi dan numerasi
Dengan
kata lain, membangun literasi bangsa harus diawali dengan membangun guru yang
profesional, dan guru yang profesional hanya dihasilkan oleh lembaga pendidikan
yang profesional juga.
b.
Penguasaan
bahasa
orang
literat adalah orang yang terdidik dan berbudaya. Rekayasa literasi merupakan
upaya yang disengaja dan sistematis untuk menjadikan manusia terdidik dan
berbudaya lewat penguasaan bahasa secara optimal. Penguasaan bahasa adalah
pintu masuk menuju ke pendidikan dan pembudayaan. Sekolah, sebagai lembaga
pendidikan formal adalah situs pertama untuk membangun literasi, situs kedua
yakni keluarga dan masyarakat.
c.
Menjadi
seorang literat
Literasi
tidak sederhana sekedar menguasai alfabet atau sekedar mengerti hubungan antara
bunyi dengan simbol tulisnya, tetapi simbol itu difungsikan secara bernalar dan
konteks sosial.
“Kualitas literasi berkembang seiring dengan
kematangan diri. Dan juga tingkat pendidikan sangat mempengaruhi tingkat
literasi seseorang”
Bila
pendidikan seseorang relatif tinggi, tetapi tingkat literasinya rendah maka (misalnya
pada umumnya ilmuwan Indonesia kurang produktif menulis), bisa jadi karena
pendidikan literasinya kurang maksimal, atau karena susdut pandang yang berbeda
ihwal pendidikan literasi. Pada intinya, mengajarkan literasi menjadikan
manusia secara fungsional mampu baca-tulis, terdidik, cerdas, dan menunjukkan
apresiasi terhadap sastra.
In my
conclusion:
Manusia literat merupakan suatu
kebutuhan di era modern saat ini. Dengan adanya manusia literat kita dapat
menciptakan SDM yang memiliki potensi membangun bangsa. Peranan pendidikan
literasi sangat diperlukan untuk dapat mencetak manusia literat dan juga peranan
pendidikan literasi merupakan investasi jangka panjang untuk dapat menjamin
kehidupan sosial yang lebih baik. Dengan kata lain, pendapatan literasi dapat
mengubah pendapatan per-kapita, pasti! Dengan ini telah terbukti bahwa manusia
literat bukan hanya berperan sebagai penghias dunia sastra, melainkan merupakan
suatu kebutuhan pokok yang perannya selalu dibutuhkan oleh negeri kita ini.
Peranan literasi akan menghasilkan manusia literat dan Indonesia yang lebih
baik, oleh sebab itu literasi merupakan unit terpenting yang kegunaannya tidak
bisa diabaikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic