We are simple, but no simple impact. Proudly Presents, PBI C 2012. Happy Reading!

Course: Writing and Composition 4

Instructor : Lala Bumela

This website created by : College student from The State Institute of Islamic Studies Syekh Nurjati Cirebon, The Dapartment of English Education 2012.


widgets

Jumat, 21 Februari 2014

Manusia Literat Merupakan Suatu Kebutuhan Bukan Hanya Sekedar Penghias Dunia Sastra

Chapter Review 1

            Setelah tugas sebelumnya saya telah dibuat terpukau oleh pentingnya kegunaan baca-tulis. Melalui kegunaan kedua dari aktivitas itu saya dapat memetik banyak manfaat di dalamnya, seperti untuk menambah ilmu pengetahuan yang jumlahnya tak terhingga dan untuk memproduksi ilmu pengetahuan  Namun, saya masih dibuat bingung dengan kegunaannya sendiri untuk negeri kita, untuk apa? Pertanyaan itu pula yang Pak Lala tanyakan pada saya. “Ria, kegunaan literasi untuk negeri kita sendiri untuk apa?” Pada saat itu juga saya bingung, terdiam cukup lama sambil berfikir, saya hanya menjawab, “sebagai modal awal agar kita dapat bersaing dengan negara lain.”

            Saya telah menyadari bahwa kegunaan literasi itu penting, tapi apabila kegunaan literasi itu sendiri tidak membawa dampak untuk kemajuan di negara kita sendiri, lantas untuk apa masih perlu untuk dilakukan? Kegunaannya seperti menambah ilmu pengetahuan serta memproduksi ilmu pengetahuan, apakah mereka masih penting untuk dilakukan? Karena pada intinya jika kita ingin bersaing dengan negara lain, maka pendapatan perkapita di negara kita sendiri mesti naik bukan? Ketika pendapatan perkapita dapat dinaikkan tentunya segala bidang-bidang bisa diperbaiki dan dikembangkan. Hal itu merupakan akar dari permasalahannya.

Apakah Literasi memang merupakan modal awal agar kita dapat bersaing dengan negara lainnya? Lalu seperti judul yang telah saya tuliskan untuk menamai artikel ini, apakah literasi merupakan suatu kebutuhan dan bukan hanya sekedar penghias dunia sastra negeri kita? Dalam artikel ini, saya akan membahas mengenai berbagai pertanyaan-pertanyaan di atas, disertai juga dengan makna literasi, kegunaan literasi, serta berbagai solusi-solusi yang digunakan untuk dapat menanamkan literasi pada generasi muda. Pokoknya segala hal akan saya kupas tuntas disini mengenai kegunaan literasai yang pada kesimpulannya merupakan suatu kebutuhan dan bukan hanya sekedar penghias dunia sastra negeri kita. Sumber artikel diambil dari berbagai opini-opini cemerlang dari Bapak Chaedar Alwasilah. Dear all my readers, happy reading.

1.    Definisi Literasi
       Dalam perbincangan metodologi pengajaran di kalangan guru bahasa saat ini adalah genre, wacana, literasi, teks, dan konteks. Definisi  literasi menurut kamus offord adalah kemampuan membaca dan menulis. Namun, dalam konteks persekolahan Indonesia istilah literasi jarang dipakai. Istilah yang sering dipakai adalah pengajaran bahasa atau pembelajaran bahasa. Di dalam kamus Bahasa Indonesia pun tidak dicantumkan kata literasi. Istilah yang ada di situ adalah literator dan leterer.

       Pada masa silam membaca dan menulis dianggap “cukup” sebagai pendidikan dasar (pendidikan umum) untuk membekali manusia kemampuan menghadapi zaman. Dapat dipahami jika literate kadang diartikan sebagai educated. Pendidikan dasar tidak cukup mengandalkan kemampuan membaca dan menulis. Literasi  selama bertahun-tahun dianggap sekedar persoalan psikologis, yang berkaitan dengan kemampuan mental dan keterampilan baca-tulis, padahal literasi dalah praktik kultural yan berkaitan dengan persoalan sosial dan politik. Karena itu, para pakar pendidikan dunia berpaling ke definisi baru yang menunjukkan paradigma baru dalam memaknai literasi dan pembelajarannya.
      
       Kini ada ungkapan literasi komputer, literasi virtual, literasi matematika, literasi IPA, dan sebagainya. Atas tantangan zaman seperti yang digambarkan di atas, lalu Freebody & Luke menawarkan model literasi sebagai berikut: memahami, melibati, menggunakan, menganalisis, dan mentransformasi teks. Itulah hakikat ber-literasi secara kritis dalam masyarakat demokratis.

       Seiring dengan berkembangnya zaman berakibat pada makna literasi yang terus berevolusi, dan kini maknanya semakin meluas dan kompleks. Literasi tetap berurusan dengan penggunaan bahasa, dan kini merupakan kajian lintas disiplin yang memiliki tujuh dimensi yang saling terkait.

2.      Kegunaan literasi

a.      Dimensi geografis (lokal, nasional, regional, internasional)
Literasi seseorang dapat dikatakan berdimensi lokal, nasional, regional, atau internasional bergantung pada tingkat pendidikan, jejaring sosial, dan vokasionalnya. Diplomat, misalnya lebih sering ditantang untuk memiliki literasi internasional daripada bupati.

b.      Dimensi bidang
Literasi bangsa tampak di bidang pendidikan, komunikasi, administrasi, hiburan, militer, dan sebagainya. Tingkat dan efisiensi layanan publik dan militer, misalnya bergantung pada kecanggihan teknologi komunikasi dan persenjataan yang digunakan. “Pendidikan yang berkualitas tingkat tinggi menghasilkan literasi yang berkualitas tinggi pula,” Pasti !!!

c.       Dimensi keterampilan
Literasi seseorang tampak dalam kegiatan membaca, menulis, menghitung, dan berbicara. Setiap sarjana mampu membaca, tapi tidak semua sarjana mampu menulis. Kualitas tulisan bergantung pada “Gizi” bacaan yang disantapnya. “Gizi” itu kan tampak ketika dia berbicara. Untuk menjadi sarjana yang baik, orang tidak cukup dengan mengandalkan literasi, dia pun mesti melakukan numerasi (keterampilan menghitung). Keterampilan itu lazim disebut 3R, yaitu reading, writing, aritmetic.

e.       Dimensi media
Untuk menjadi literat pada zaman sekarang, orang tidak cukup mengandalkan kemampuan membaca dan menulis teks alfabetis, melainkan juga harus mengandalkan kemampuan membaca dan menulis teks cetak, visual, dan digital. Oleh sebab itu berkembanglah literasi visual, literasi digital, dan literasi virtual. Penguasaan IT (informatiof technology) sangat penting, sehingga kini kehebatan universitas lain diukur dari lewat sejauh mana universitas itu diperbincangkan dalam dunia maya (webometrics).

f.        Dimensi jumlah
Jumlah dapat merujuk pada banyak hal, misalnya bahasa, variasi bahasa, peristiwa tutur, bidang ilmu, media dan sebagainya. Orang multilaterat mampu berinteraksi dalam berbagai situasi. Kemampuan ini tumbuh karena proses pendidikan yang berkualitas tinggi.

g.      Dimensi bahasa (etnis, lokal, nasional, regional, internasional)
Ada literasi yang singular, ada literasi yang plural. Hal ini beranalogi ke dimensi monolingual, bilingual, dan multilingual. Bila Anda orang Sunda dan mahasiswa jurusan bahasa Inggris, Anda adalah orang multilingual dalam bahasa Sunda, Indonesia, dan Inggris. Artinya jika anda menguasai dua, atau lebih dari dua bahasa, maka Anda akan disebut dengan multiliterat.

3.    Manfaat Literasi

a.       Ketertiban lembaga-lembaga sosial
Hidup bermasyarakat ini difasilitasi lembaga-lembaga, misalya RT, RW, kelurahan sampai dengan DPR dan presiden, sebagai mesin birokrasi untuk menjamin ketertiban sosial. Lembaga-lembaga itu menjalankan perannya dengan fasilitas bahasa, sehingga muncul bahasa birokrat atau bahasa politik yang menunjukkan kekuasaan birokrat terhadap rakyat. Tidak ada literasi yang netral. Semua praktik literasi dan teks tulis memiliki ideologi, yakni didikte oleh lingkungan sosial dan politiknya.

b.      Tingkat kefasihan relatif
Setiap interaksi memerlukan kefasihan berbahasa dan literasi yang berbeda. Yang perlu dikuasai adalah kefasihan (literasi) minimal tau literasi yang diperlukan untuk memainkan peran fungsional dalam setiap interaksi.

c.       Pengembangan potensi diri dan pengetahuan
“Literasi membekali orang kemampuan mengembangkan segala potensi dirinya.” Penguasaan bahasa ibu adalah alat untuk berekspresi dan mengapresiasi, serta memikirkan segala hal dalam lingkungan sosial budaya dan psikologisnya yang terdekat, yakni keluarganya. Pada tahap tinggi literasi membekali orang (baca: mahasiswa) kemampuan memproduksi dan mereproduksi ilmu pengetahuan. Menulis akademik adalah bagian dari literasi yang mesti dikuasai oleh para (calon) sarjana. Itulah literasi akademik.

d.      Standar dunia
Dalam persaingan global sekarang ini rujuk mutu (bench marking) dikembangkan ke tingkat internasional sehingga tingkat literasi suatu bangsa (baca: kualitas pendidikannya) mudah dibandingkan dengan bangsa lainnya.

e.       Warga masyarakat demokratis
Pendidikan seyogyanya menghasilkan manusia literat, yakni manusia yang memiliki literasi memadai sebagai warga negara yang demokratis. Media merupakan salah satu pilar demokrasi. Dengan kata lain, pendidikan literasi harus mendukung terciptanya demokratisasi bangsa. Proses pendidikan itu sendiri harus demokratis agar para mahasiswa menjadi warga negara yang demokratis sehingga mereka munjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi.

f.       Keragaman lokal
Manusia literat sadar mengenai keragaman bahasa dan budaya lokal atau cerlang budaya, dan manusia lokal membangun literasi dalam konteks nasional, regional, dan global.

g.      Hubungan global
Sebagai dampak teknologi komunikasi, kini semua orang adalah warga negara dunia, dan untuk bersaing tingkat dunia literasi tingkat ini bergantung pada dua hal, yaitu penguasaan teknologi informasi (ICT literacy) dan penguasaan konsep atau pengetahuan yang tinggi. Kita menyadari bahwa dari waktu ke waktu kita mengalami kaget budaya karena loncatan-loncatan inovasi teknologi selama ini.

h.      Kewarganegaraan yang efektif
Literasi membekali kemampuan warga negara yang efektif, yakni warga negara yang mampu mengubah diri, menggali potensi diri, serta berkontribusi bagi keluarga, lingkungan, dan negaranya. Warga negara yang efektif mengetahui hak dan kewajibannya.

i.        Bahasa inggris ragam dunia
Hubungan dan jejaring global memerlukan bahasa asing yang dapat diterima oleh semua pihak. Bahasa Inggris kini dipelajari oleh bangsa-bangsa di seluruh dunia. Namun, karena setiap bangsa membangun literasi dalam bahasa etnis dan budaya lokalnya, bahasa Inggris mereka kental dengan kelokalan sehingga muncul berbagai ragam bahasa Inggris. Pemahaman dan antisipasi atas ragam-ragam bahasa Inggris merupakan antisipasi dari literasi global.

j.        Kemampuan berpikir kritis
Literasi bukan hanya sekedar mampu membaca dan menulis, melainkan juga menggunakan bahasa itu secara fasih, efektif, dan kritis. Berbicara dan menulis adalah tindakan literasi dan merupakan keputusan politik. Pengajaran bahasa, dengan demikian harus mengajarkan keterampilan berpikir kritis. Bahasa termasuk matematika, adalah simbol (baca, tulis, hitung) untuk berkomunikasi dan berliterasi. Manuasia adalah makhluk pengguna simbol.

k.      Masyarakat semiotik
Budaya adalah sistem tanda (semiotik, dan untuk memaknai tanda manusia harus menguasai literasi semiotik. Dalam upaya mengkaji budaya, para ahli menggunakan istilah sintaksis, semantik, dan pragmatik. Sintaksis budaya mengkaji cara aspek-aspek budaya saling terkait dalam sistem budaya. Semantik budaya mengkaji hubungan tanda-tanda dengan rujukannya, dan pragmatik budaya mengkaji hubungan antara tanda dan pengirim dan penerima. Kita semua adalah praktisi semiotik. Setiap hari kita membaca dan bernegosiasi ihwal dengan dunia simbol, dan mengkonstruksi diri kita sendiri secara semiotik, dari cara kita berkomunikasi non-verbal sampai cara kita berpakaian.

4.     Hasil riset mengenai kegunaan literasi
Sejak tahun 1999 Indonesia ikut berpartisipasi dalam proyek penelitian PIRLS, PISA dan TIMSS untuk mengukur literasi membaca, matematika, dan ilmu pengetahuan alam. Dari PIRLS 2006 ditemukan temuan-temuan yang relevan dan penting yang berkaitan dengan literasi membaca siswa kelas IV Indonesia serta posisinya dibandingkan dengan siswa dari negara peserta lainnya. Dalam penelitian itu tujuan membaca meliputi literary purposes dan informational purposes, sedangkan proses membca meliputi interpreting, integrating, evaluating. Berikut adalah temuannya:

a.       Tingkat literasi Indonesia masih jauh tertinggal oleh siswa-siswa dari negara-negara lain. Artinya, pendidikan nasional kita belum berhasil menciptakan warga negara literat yang siap bersaing dengan sejawat dari negara lain. Ringkasnya, dalam skala internasional, literasi siswa kita belum kompetitif. Terlihat berbagai variabel yang terkait dengan pendidikan literasi, yakni pendapatan nasional perkapita, pendidikan orang tua, fasilitas belajar, lama belajar di sekolah, human development (HDI), dan sebagainya.

“manusia literat merupakan SDM yang memiliki potensi untuk membangun bangsa. Pendidikan literasi merupakan investasi jangka panjang yang berfungsi transformatif, untuk meningkatkan human development (HDI) dan menjamin kehidupan sosial ekonomi yang lebih baik. Dengan kata lain, pendidikan literasi pasti mengubah pendapat dan pendapatan”

5.    Solusi-solusi yang digunakan untuk dapat menanamkan literasi pada generasi muda.

a.       Ujung tombak pendidikan literasi adalah guru dengan langkah-langkah profesionalnya yang terlihat dalam enam hal, yaitu:
Ø  Komitmen profesional
Ø  Komitmen etis
Ø  Strategi analitis dan reflektif
Ø  Efikasi dari
Ø  Pengetahuan bidang studi
Ø  Keterampilan literasi dan numerasi

Dengan kata lain, membangun literasi bangsa harus diawali dengan membangun guru yang profesional, dan guru yang profesional hanya dihasilkan oleh lembaga pendidikan yang profesional juga.

b.      Penguasaan bahasa
orang literat adalah orang yang terdidik dan berbudaya. Rekayasa literasi merupakan upaya yang disengaja dan sistematis untuk menjadikan manusia terdidik dan berbudaya lewat penguasaan bahasa secara optimal. Penguasaan bahasa adalah pintu masuk menuju ke pendidikan dan pembudayaan. Sekolah, sebagai lembaga pendidikan formal adalah situs pertama untuk membangun literasi, situs kedua yakni keluarga dan masyarakat.
c.    Menjadi seorang literat
Literasi tidak sederhana sekedar menguasai alfabet atau sekedar mengerti hubungan antara bunyi dengan simbol tulisnya, tetapi simbol itu difungsikan secara bernalar dan konteks sosial.

“Kualitas literasi berkembang seiring dengan kematangan diri. Dan juga tingkat pendidikan sangat mempengaruhi tingkat literasi seseorang”

Bila pendidikan seseorang relatif tinggi, tetapi tingkat literasinya rendah maka (misalnya pada umumnya ilmuwan Indonesia kurang produktif menulis), bisa jadi karena pendidikan literasinya kurang maksimal, atau karena susdut pandang yang berbeda ihwal pendidikan literasi. Pada intinya, mengajarkan literasi menjadikan manusia secara fungsional mampu baca-tulis, terdidik, cerdas, dan menunjukkan apresiasi terhadap sastra.
In my conclusion:
     Manusia literat merupakan suatu kebutuhan di era modern saat ini. Dengan adanya manusia literat kita dapat menciptakan SDM yang memiliki potensi membangun bangsa. Peranan pendidikan literasi sangat diperlukan untuk dapat mencetak manusia literat dan juga peranan pendidikan literasi merupakan investasi jangka panjang untuk dapat menjamin kehidupan sosial yang lebih baik. Dengan kata lain, pendapatan literasi dapat mengubah pendapatan per-kapita, pasti! Dengan ini telah terbukti bahwa manusia literat bukan hanya berperan sebagai penghias dunia sastra, melainkan merupakan suatu kebutuhan pokok yang perannya selalu dibutuhkan oleh negeri kita ini. Peranan literasi akan menghasilkan manusia literat dan Indonesia yang lebih baik, oleh sebab itu literasi merupakan unit terpenting yang kegunaannya tidak bisa diabaikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

a space for comment and critic