CLASS
REVIEW 2
Matahari telah muncul
dari ufuk timur. Titik-titik embun pagi
membasahi daun-daunan. udara sejuk pun
masuk melalui celah-celah jendela yang terbuka.
Semangat pagi pun kembali dibangun mengawali hari yang cerah. Perang akan segera dimulai, dan kami harus
menjadi pemenangnya. Fokus dan
konsentrasi harus kami persiapkan dengan matang. Senjatapun telah disiapkan, penglihatan dan
pendengaran jangan sampai luput dari sasaran hari ini. Serius dan
fokus.
Selasa pagi tanggal 11 Februari 2014 di ruang
44 gedung PBI, saya dan teman-teman PBI-C kembali belajar bersama dosen Mr.
Lala Bumela, M.Pd. Pertemuan minggu ini
merupakan pertemuan kedua kami dengan Mr. Lala Bumela, M.Pd di mata kuliah
Writing and Composition 4 di semester 4 kali ini. Pada pertemuan minggu ini, kami dan Mr. Lala
Bumela, M.Pd akan memasuki pintu gerbang dari academic writing. Kesungguhan dan kerja keras harus tetap kami
tingkatkan pada semester 4 ini.
Pada pertemuan kedua
ini Mr. Lala Bumela, M.Pd mengulas kembali apa yang akan kami hadapi dalam mata
kuliah Writing 4 ini. Ada tiga point
penting yang harus digaris bawahi, yaitu
1. Academic
writing
Academic writing
merupakan suatu penulisan sebuah karya tulis yang bersifat formal, critical,
terdapat structured-focused, dan terkesan kaku karena systematicity. Dalam penulisan academic writing kita dituntut
untuk berpikir secara kritis tentang sesuatu yang sedang kita analisis. Selain itu, kita harus benar-benar memahami
struktur yang terdapat dalam penulisan academic writing tersebut, karena
academic writing merupakan penulisan yang bersifat formal dan ditujukan untuk
satu orang dosen saja.
Academic writing
merupakan penulisan yang terkesan kaku karena pada penulisannya kita diharuskan
menulis tentang sesuatu berdasarkan penelitian dan bukti-bukti yang nyata. Dalam penulisan academic writing kita tidak
boleh memasukan pendapat-pendapat yang bersifat personal. Kita diibaratkan seperti seorang chef yang hebat
dan mahir dalam memasak dan akan menyajikan masakan tersebut pada orang
tertentu saja. Tidak sembarang orang
yang dapat menikmati masakan kita tersebut kecuali oleh satu orang yang
istimewa.
2. Critical
thinking
Menurut Walker (2006)
berpikir kritis adalah suatu proses intelektual dalam pembuatan konsep, mengaplikasikan,
menganalisis, mensintesis, dan atau mengevaluasi berbagai informasi yang
didapat dari hasil observasi, pengalaman, refleksi, di mana hasil proses ini
digunakan sebagai dasar saat mengambil tindakan. Dalam penulisan academic writing, kita
dituntut untuk menjadi orang yang
berpikiran kritis dalam menganalisis suatu permasalan. Ada beberapa ciri orang yang berpikiran
kritis, diantaranya selalu bertanya,
never getting satisfy (tidak pernah merasa puas terhadap
sesuatu/penasaran), dan sangat selektif. Untuk menjadi seorang yang berpikir kritis, tentu
saja kita harus menjadi seorang pembaca kritis terlebih dahulu. Membaca kritis adalah kemampuan pembaca
mengolah bahan secara kritis untuk menemukan makna bahan bacaan, baik makna
tersurat maupun makna tersiratnya yang melalui
tahap mengenal, memahami, menganalisis, mensintesis dan menilai. Kita harus cerdas dalam memahami suatu
bacaan. Orang yang berpikir kritis,
biasanya tidak akan menggunakan satu sumber pengetahuan, dia akan membandingkan
satu masalah dengan berdasarkan berbagai sumber.
3. Writing
Menurut Mr. Lala Bumela,
M.Pd ada tiga point penting yang akan kita dapatkan dalam writing, yaitu:
·
A way of knowing
something.
Menulis merupakan jalan untuk mengetahui
sesuatu. Sebelum kita menulis, tentunya
kita terlebih dahulu harus membaca. Dengan membaca kita otomatis mendapatkan
pengetahuan tentang suatu hal. Dengan
menulis, seseorang dapat mengabadikan pengetahuannya melalui sebuah tulisan.
·
A way of representing
something.
Menulis merupakan jalan untuk menunjukan
sesuatu. Dengan melalui sebuah tulisan,
kita dapat menuliskan hal-hal yang telah kita ketahui. Dalam hal ini, kita akan menujukan voice kita
dalam tulisan tersebut. Voice merupakan
cara kita untuk merepresentasikan sesuatu, yaitu bagaimana kita menjelaskan dan
mengembangkan suatu hal yang telah kita pahami sebelumnya.
·
A way of reproducing
something.
Menulis merupakan jalan untuk
mereproduksi sesuatu. Ada tiga arti yang
disebut “something”, yaitu information, knowledge, dan experience. Writing adalah bagian dari rekaman pengalaman
seseorang baik pada saat dia membaca atau ketika mengalami kejadian. Contohnya selama tiga tahun kami belajar
dengan Mr. Lala Bumela, M.Pd yang paling berkesan adalah pengalaman ketika kami
menulis. Pengalaman merupakan suatu hal
yang sangat penting dalam kehidupan, beruntung bagi sesorang yang dibesarkan
dalam suatu keluarga yang mempunyai kecintaan terhadap buku-buku sejak kecil. When you become the best, so they can know you are. Menulis merupakan suatu proses untuk
mengajarkan kesabaran. Untuk
menghasilkan suatu karya yang bagus, kita membutuhkan waktu yang cukup lama. Kesabaran kita akan senantiasa dilatih dalam
penghasilan suatu karya tulis tersebut.
Literacy+language
teaching. Ciri sebuah negara yang mempunyai tingkat literasi tinggi adalah
negara yang memiliki peraturan yang senantiasa ditaati oleh warga negaranya. Orang yang mempunyai literacy tinggi tidak
akan merokok dan membuang sampah sembarangan. Peran guru bahasa sangat penting dalam dunia
pendidikan. Bahasa merupakan gerbang
fortal menuju ilmu lain. Dengan bahasa
kita dapat menjelajah berbagai ilmu pengetahuan lainnya. Sayangnya, sistem sekolah di Indonesia cenderung pilihan ganda
dan tidak dibiasakan untuk menulis. Hal
tersebut mengakibatkan siswa Indonesia mempunyai tingkat kemampuan menulis yang
minim, mereka cenderung mengalami kesulitan untuk menuangkan pikiran mereka
melalui tulisan.
Formation of meaning. Menurut
Mr. Lala Bumela, M.Pd tulisan yang kita hasilkan akan menjadi kuburan, dan tidak
memiliki ruh, yang akan menghidupkan tulisan kita adalah pembaca. Chef akan disebut chef hanya ketika dia
memasak, begitupun dengan penulis akan disebut penulis hanya ketika dia sedang
menulis. Pemahaman pembaca tentang teks
tersebut, akan memunculkan sebuah makna tentang apa yang ditulis oleh penulis. Penulis yang hebat muncul dari “qualified
reader”. Menurut Mario Teguh, jika
seseorang ingin sukses di usia 50 tahun, maka dia juga harus
menyiapkan kesuksesannya dalam waktu yang sama yaitu dalam waktu 50 tahun juga.
Sukses merupakan perjalanan yang berkualitas,
kita harus senantiasa berusaha dan pantang menyerah untuk dapat mencapai suatu
kesuksesan yang ingin kita capai.
Knowing who we really are. Sebelum kami memulai
lebih jauh dalam mata kuliah Writing 4, seharunya kita mengetahui siapakah
keberadaan kami sebenarnya di kelas Writing 4 ini. Ini memunculkan beberapa pertanyaan yang Mr.
Lala Bumela tuliskan dalam slide beliau yang pertama.
Hanya
seorang siswa mendaftar di kelas menulis tanpa tujuan?
Hanya seorang siswa mencoba untuk menyelesaikan setiap tugas tunggal tanpa whole heartedness apapun?
Hanya seorang mahasiswa yang menulis hanya untuk mendapatkan nilai yang tepat?
Hanya seorang mahasiswa yang menulis tanpa jiwa?
Hanya seorang mahasiswa yang mencoba untuk menyelesaikan kontrak belajar seluruh?
Hanya seorang siswa mencoba untuk menyelesaikan setiap tugas tunggal tanpa whole heartedness apapun?
Hanya seorang mahasiswa yang menulis hanya untuk mendapatkan nilai yang tepat?
Hanya seorang mahasiswa yang menulis tanpa jiwa?
Hanya seorang mahasiswa yang mencoba untuk menyelesaikan kontrak belajar seluruh?
Dalam, perspektif Mr. Lala Bumela,
M.Pd sendiri kami adalah A MULTILINGUAL WRITER, yang menulis secara efektif
dalam, L1 dan L2 efektif, yang berfungsi sebagai pembaca kritis baik di L1 dan
L2, yang mengubah diri bahasa dari seorang mahasiswa bahasa menjadi mahasiswa
menulis, yang dapat cara membuat pilihan informasi dalam, hidup, yang bisa
mengubah dunia. Hyland mengatakan,
"menulis adalah praktek didasarkan pada harapan: peluang pembaca
menafsirkan maksud penulis meningkat jika penulis mengambil kesulitan untuk
mengantisipasi apa yang pembaca mungkin mengharapkan didasarkan pada teks-teks
sebelumnya ia telah membaca dari jenis yang sama" (Hyland 2004: 4). Teks, penulis, dan pembaca adalah tiga hal
yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Teks merupakan hasil karya dari seorang
penulis yang akan disajikan pada para pembacanya.
Penulis dan pembaca = penari. Hoey (2001), seperti dikutip dalam Hyland
(2004), mengibaratkan para pembaca dan penulis sebagai penari yang mengikuti setiap
langkah-langkah, setiap rasa perakitan dari teks dengan mengantisipasi apa yang
lain kemungkinan akan dilakukan dengan membuat koneksi ke teks sebelumnya. Dengan kata lain, bagi saya penulis-pembaca
membuat sambungan disebut seni. Seperti
halnya belajar Writing 4 bersama Mr. Lala Bumela, M.Pd, saya dan teman-teman
PBI-C akan mengikuti setiap petunjuk dan bimbingan beliau dalam proses menulis
kami, agar kami bisa menghasilkan tulisan yang baik.
Lehtonen (2000: 74) pada Barthes, dimana bahasa Saussure adalah suatu
sistem yang
didefinisikan itu
sendiri maknanya,
Barthes melihat peran orang-orang yang
berlatih aktivitas
linguistik sebagai juga menjadi
pusat dalam pembentukan
makna. A writer is not a writer previous to the act of
writing, but takes shape as one while writing. Penulis bukan seorang penulis sebelumnya
untuk tindakan menulis, tetapi mengambil bentuk sebagai salah satu saat menulis. Barthes did indeed declare the death of the author,
simultaneously signifying the birth of
the reader. Barthes memang menyatakan kematian penulis, sekaligus menandakan kelahiran pembaca.
Lehtonen
lebih jauh berpendapat, pembaca naik ke inti dari pembentukan makna, dan
membaca menjadi tempat di mana terdapat sebuah makna. Teks
dan pembaca tidak pernah ada secara independen satu sama lain, tetapi sebenarnya
menghasilkan satu sama lain. Membaca
termasuk memilih apa yang harus dibaca, mengorganisir dan menghubungkan mereka
bersama-sama dalam rangka arti ke dalam bentuk, serta membawa pengetahuan
pembaca sendiri ke teks.
Hyland
menuliskan pada bukunya yang berjudul “Second Language Writing” bahwa sejumlah teori
mendukung upaya guru untuk memahami tulisan L2 dan pembelajaran telah dikembangkan sejak EFL / ESL menulis
pertama kali muncul sebagai
daerah khas
beasiswa pada 1980-an .
Ada beberapa hal yang
dijadikan sebagai focus dalam mengajar menulis L2, yaitu:
·
struktur
bahasa
·
fungsi tekstema atau topikekspresi kreatif
·
proses menyusun
·
isi
·
genre dan konteks penulisan.
Oleh karena itu, guru cenderung
untuk mengenali dan memanfaatkan sejumlah pendekatan
tetapi biasanya menunjukkan preferensi untuk salah satu dari mereka . Jadi, meskipun mereka jarang merupakan pendekatan kelas yang berbeda , akan sangat membantu untuk memeriksa setiap conception secara terpisah untuk menemukan lebih jelas apa yang masing-masing memberitahu kita tentang menulis dan bagaimana hal itu dapat mendukung pengajaran guru.
tetapi biasanya menunjukkan preferensi untuk salah satu dari mereka . Jadi, meskipun mereka jarang merupakan pendekatan kelas yang berbeda , akan sangat membantu untuk memeriksa setiap conception secara terpisah untuk menemukan lebih jelas apa yang masing-masing memberitahu kita tentang menulis dan bagaimana hal itu dapat mendukung pengajaran guru.
Salah satu
cara untuk melihat menulis adalah untuk melihatnya sebagai tanda pada halaman
atau layar , sebuah susunan koheren kata-kata , klausa , dan kalimat ,
terstruktur sesuai ke
sistem aturan.
Konseptualisasi L2 menulis dengan cara ini mengarahkan
perhatian menulis
sebagai produk dan mendorong fokus pada unit teks resmi atau
fitur gramatikal teks. Dalam
pandangan ini , belajar menulis dalam asing atau bahasa kedua terutama melibatkan pengetahuan linguistik
dan kosa kata pilihan, pola
sintaksis , dan perangkat kohesif yang terdiri penting
blok bangunan teks .
Menulis dianggap sebagai perpanjangan dari sarana
memperkuat tata bahasa dan pola bahasa melalui
pembentukan kebiasaan dan menguji kemampuan peserta didik '
untuk menghasilkan kalimat well-formed. Bagi
beberapa orang,
menulis adalah struktur rumit yang hanya bisa dipelajari dengan mengembangkan kemampuan untuk
memanipulasi lexis dan
tata bahasa.
Penekanan pada struktur bahasa sebagai dasar untuk
menulis adalah pengajaran biasanya
proses empat tahap :
1. Sosialisasi : Peserta didik diajarkan tata bahasa dan
kosa kata tertentu , biasanya
melalui teks .
2.
Controlled menulis: Pembelajar memanipulasi pola tetap,
sering dari tabel substitusi.
3.
Dipandu menulis: Peserta didik meniru teks model.
4. Menulis bebas:
Pembelajar menggunakan pola yang mereka telah dikembangkan untuk menulis esai, surat, dan sebagainya.
Menurut Canale dan
Swain (1980 ) penulis membutuhkan gambaran,
setidaknya:
·
kompetensi gramatikal.
·
pengetahuan tentang tata bahasa, kosakata, dan sistem bahasa kompetensi wacana.
·
pengetahuan genre dan pola retoris yang menciptakan mereka.
·
kompetensi sosiolinguistik.
·
kemampuan untuk menggunakan bahasa tepat dalam konteks yang berbeda , pemahaman
pembaca dan mengadopsi sesuai
sikap kepenulisan kompetensi strategis.
·
kemampuan untuk menggunakan berbagai strategi komunikatif.
Perbedaan
individual
pelajar merupakan alasan penting dalam linguistik, sosial, dan psikologis semua faktor memainkan peran dalam sebuah kesulitan terhadap bahasa
kedua.
(Ellis , 1994;
Skehan ,1989). Status khusus siswa
sebagai penulis L2 memiliki banyak hal yang harus dilakukan dengan fakta bahwa
menarik mereka pada pemahaman dwibudaya dan bilingual, dan
salah satu faktor yang paling penting yang membedakan mereka dari penulis L1 adalah bahasa dan pengalaman budaya yang mereka membawa ke kelas sebelumnya.
salah satu faktor yang paling penting yang membedakan mereka dari penulis L1 adalah bahasa dan pengalaman budaya yang mereka membawa ke kelas sebelumnya.
Lethonen menuliskan
pada bukunya yang berjudul “The Cultural Aanalysis of Text” mempelajari tentang
teks sebagai bahan fisik dan semiotic. Teks
merupakan physical beings , tetapi mereka ada dalam bentuk tersebut untuk
menjadi semiotic beings. Sebaliknya,
teks dapat makhluk
semiotik hanya ketika mereka memiliki beberapa bentuk fisik. Bentuk-bentuk materi teks mencerminkan sifat tersebut. Teknologi awal yang bertujuan untuk
memproduksi teks
ditulis oleh kapak dan pisau , dengan tanda-tanda yang terukir di kayu atau batu. Teks diciptakan oleh teknologi zaman sekarang juga telah
meninggalkan jejak mereka pada
konsepsi 'teks'
yang berlaku dalam budaya kita . Teknologi yang
lebih baru,
meskipun, telah
diberikan mungkin untuk memiliki jenis lain dari teks yang mereka cetak diatas kertas. Semua naskah memiliki sejarah produksi mereka
sendiri. Orang-orang tertentu memiliki
teks yang diproduksi dibawah prasyarat historis dan material tertentu. Ini merupakan prasyarat untuk mencapai bahasa
yang digunakan untuk genre, asumsi pembaca, saluran distribusi teks dan things.
Dalam segala bentuknya, teks ditandai dengan tiga ciri
materialitas, hubungan formal dan kebermaknaan. Pertama, tanda-tanda teks adalah fisik dan
material. Kedua, ada beberapa hubungan
formal antara tanda-tanda yang terkandung dalam teks. . Ketiga, tanda-tanda memiliki makna semantik. Gagasan bahwa materialitas, hubungan formal
dan kebermaknaan semua terhubung satu sama lain mengingatkan fakta bahwa
sebagai semiotic beings (dalam kebermaknaan teks), teks-teks tidak 'alami'
tetapi diproduksi.
Lethonen
berpendapat bahwa teks pada kenyataannya sama
sekali tidak seperti semacam ini teka-teki yang harus dipecahkan.
Selain
itu, pembaca tidak pernah menemukan teks mereka baca sendiri : selalu ada sejumlah teks lain dan faktor hadir dalam interaksi teks dan pembaca.
Konteks
tidak ada sebelum penulis atau teks, baik apakah itu ada di luar mereka.
Sesuai
dengan arti harfiahnya, 'conteks ' yang sesama teks yang selalu ada bersama-sama dengan teks-teks
yang mereka konteks.
Dengan demikian, teks merupakan bahan baku dari makna,
yang mengaktifkan ( dan juga memproduksi ) sumber daya pembaca kontekstual :
linguistik sumber daya, konsepsi
realitas,
nilai,
kepercayaan dan sebagainya.
Seorang pembaca dapat membaca teks kata demi kata atau
melompat bolak-balik dalam teks sesuai dengan apa kepentingan pembaca pada saat
itu. Seorang pembaca dapat muse pada
hubungan teks dengan insiden dalam kehidupan penulisnya atau mencari konstelasi
kata-kata tertentu di dalamnya. Masing-masing
dari cara-cara membaca menghasilkan arti yang berbeda. Dalam mempelajari pembaca, ada alasan untuk
tetap di sudut pandang tangan yang umumnya terpisah satu sama lain dan melihat
pembaca secara bersamaan sebagai makhluk 'sosial' dan 'tekstual'. Subjektivitas sosial menurut Fiske, memiliki
dampak yang lebih besar pada formasi
makna dari subjek diproduksi secara tekstual, yang ada hanya pada saat subjek membaca (reading). Membaca dalam hal ini adalah sesuatu tetapi kegiatan soliter. Makna pembaca yang dihasilkan dari teks, kesenangan mereka dalam melakukannya adalah sangat ditentukan juga oleh konteks sosial di mana teks didaur ulang dan dikonsumsi. Setiap pembaca bisa menjadi subjek membaca yang berbeda pada waktu yang berbeda , dan dalam berbagai hubungan dengan teks yang berbeda.
makna dari subjek diproduksi secara tekstual, yang ada hanya pada saat subjek membaca (reading). Membaca dalam hal ini adalah sesuatu tetapi kegiatan soliter. Makna pembaca yang dihasilkan dari teks, kesenangan mereka dalam melakukannya adalah sangat ditentukan juga oleh konteks sosial di mana teks didaur ulang dan dikonsumsi. Setiap pembaca bisa menjadi subjek membaca yang berbeda pada waktu yang berbeda , dan dalam berbagai hubungan dengan teks yang berbeda.
Dari pembahasan diatas dapat
disimpulkan bahwa academic writing merupakan suatu
penulisan sebuah karya tulis yang bersifat formal, critical, terdapat
structured-focused, dan terkesan kaku (systematicity). Untuk menghasilkan sebuah karya academic writing
kita, dituntut untuk berpikir secara kritis dalam memahami dan menganalisis
sebuah permasalahan. Masing-masing dari cara-cara membaca
menghasilkan arti yang berbeda. A
multilingual writer merupakan seseorang yang mampu menulis secara efektif dalam,
L1 dan L2 efektif, yang berfungsi sebagai pembaca kritis baik di L1 dan L2. Status khusus
siswa sebagai penulis L2 memiliki banyak hal yang harus dilakukan dengan fakta
bahwa menarik mereka pada pemahaman dwibudaya dan bilingual, dan salah satu faktor yang paling penting
yang membedakan mereka dari penulis L1 adalah bahasa dan pengalaman budaya yang
mereka membawa ke kelas sebelumnya. Antara teks,
konteks, pembaca dan penulis mempunyai keterkaitan yang sangat erat, dimana
teks merupakan hasil karya dari seorang penulis, pembaca tidak akan dikatakan
sebagai seorang pembaca jika tidak ada teks yang dibaca. Hubungan pembaca
dengan teks adalah dimana konteks seorang pembaca itu menghasilkan sebuah makna
dari teks seorang penulis yang ia baca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic