Sebelum kita
masuk dalam sesi mengenai permasalahan pendidikan dalam negri ini,terlebih
dahulu kita ketahui definisi tentang pendidikan dan kegunaanya Pendidikan
adalah aspek terpenting untuk sebuah kemajuan,entah itu pengetahuan
umum,budaya,teknologi,bahkan sampai kepada pendidikan agama,dalam
pelaksanaannya pendidikan umumnya di lakukan dengan mengadakan lembaga lembaga
yang beruansa mendidik seperti sekolah,dan pendidikan dibagi menjadi 2 yaitu
pendidikan formal dan pendidikan informal pendidikan formal adalah pendidikan
yang sudah dalam naungan akademik seperti SD,SMP,SMA pada umumnya sudah masuk
dalam kriteriapendidikan formal dan yang sedangkan pendidikan informal yaitu
pendidikan dimana keberadaanya tidak terkait dengan lembaga pada umumnya
seperti keluarga dan lingkungan di sekitar adapun yang cendrung terlihatsekilas
seperti pendidikan formal namun sebenarnya tidak yaitu pengajaran ilmu
pengetahuan seperti private dan les,dari urutan yang saya buat tentang
pendidikan formal dan informal di situ tertulis atau di tempati oleh pendidikan
formal di urutan pertama namun dalam pelaksanaannya pendidikan informal lah
yang lebih dulu di alami oleh yang terdidik,dimulai dari kandungan pun sebenarnya
seorang anak sudahlah dengan sendirinya
mengalami proses pendidikan yaitu dengan berinteraksi sejak dalam kandungan
dengan ibunya,melewati apa? Dengan menyuplai sang buah hati dengan musik musik
lembutyang bernuansa instumental karna di percaya dalam dunia kedokteran dapat
mengasah kecerdasan otak bayi sejak dalam kandungan,biasanya musik instrumental
yang di gunakan untuk perantara interaksi antara bayi dan dunia luar untuk
mengasah kecerdasan otaknya adalah dengan membawakan musik instrumental dari
composser legendaris yaitu mozart,dan dari hal terkecil seperti itu pun sudah
masuk dalam kriteria proses pendidikan karna membuat si bayi mengenal dunia
luar yang artinya sudah memberikan pendidikan pada si bayi ketika dia lahir pun
aroma pendidikan ia dapatkan dengan memasuki dunia baru dan pendidik yang
pertama kali mereka dapatkan adalah orang tua,sangatlah penting perananya dalam
mendidik anak.
karna
pada awal kehidupan mereka orang tua atau keluarga lah menjadi lingkungan
pertama mereka,namun cenderung ketika mereka sudah beranjak ke usia yang
lebih,mereka akan mengenal dan dimulainya kehidupan baru yang sebelumnya orang
tua adalah dominasi bagi lingkunganya di geser dengan dominsasi lingkungan luar
seperti pada teman sebayanya,tidak hanya dari segi kebersamaanya juga berimbas
kepada kepedulianya,mereka cenderung lebih memilih teman sebayanya di banding
keluarganya contoh ketika si anak bermain lalu hari sudah semakin larut dan
ibunya pun menghampirinya untuk menjemputnya pulang,namun si anak lebih memilih
teman sebayanya untuk terus melanjutkan bermain dengan teman temanya,hal ini
pun di kemukakan oleh pak Chaedar Alwasilah dalam wacanana yang di tulisnya
tentang “KELAS UNTUK MENDORONG KERUKUNAN BERAGAMA” namuh hal ini adalah hal
yang menurut kebanyakan orang adalah hal yang biasa terjadi karna mereka sedang
dalam masa transisi atau masa dimana anak dalam rangka mencari jati diri,namun
sebenarnya itu dapat di hindari dengan ekspetasi yang tidak muluk muluk seperti
halnya hanya meminimalisir perkembangan anak ke arah yang masih dalam
jangkauwan batas wajar sebenarnya di sini lah peranan orang tua dalam mendidik
anaknya untuk lebih bertransisi di dalam pantauan orang tua,karna jika tanpa
arahan orang tua anak akan semakin tak terkendali dalam masa transisinya dan
akan fatal pula akibatnya jika anak yang kurang mendapatkan pengarahan dari
orang tua bahkan parahnya kurang terurus maka anak akan terbengkalai dalam
perkembanganya karna luput dari perhatian orang tua dan berimbas kepada
perubahan anak yang signifikan di masa yang sangat lah penting ini mereka akan
menjadi remaja yang liar,tak terkendali contoh halnya anak anak yang
pergaulanya menyimpang mereka akan melakukan hal hal negatif.
Dandi sini lah
seharusnya sekolah lebih memberikan fasilitas perkembangan interaksi bagi para
pelajarTidak hanya sekolah yang harus berperan dalam hal ini, tetapi juga orang
tua juga harus punya peran penting dalam membentuk karakter generasi penerus
bangsa ini. Orang tua seharusnya memberi bekal yang padat kepada anak-anaknya,
dalam hal ini adalah cara berkomunikasi, berinteraksi, sopan-santun, dan lain
sebagainya perlu diajarkan sejak dini. Seorang siswa yang datang ke sekolah
memiliki latar belakang yang berbeda-beda pada setiap harinya. Ada yang
semangat, ada yang lesu, mengantuk karena mungkin begadang karena bekerja untuk
orang tuanya, ada yang dipaksa oleh orang tuanya, dan lain-lain. Hal-hal
semacam ini yang membuat siswa tidak berkonsentrasi ketika belajar di sekolah.
Akibatnya, pelampiasan kekesalan siswa tersebut diserahkan kepada teman
sekelasnya yang mungkin kurang nyaman keberadaannya di kelas tersebut.
Itulah mengapa
orang tua berperan besar terhadap pendidikan anak-anaknya. Sekolah hanya
memfasilitasi, menugasi, mengajari, dan memberi pengarahan, kepada siswanya
untuk begini dan begitu. Namun, semuanya tergantung pada siswa tersebut.
Sekolah adalah tempat kedua setelah lingkungan keluarga.
Pada
pendidikan liberal pun peran orang tua tidak kalah penting dalam mendidik
anak-anaknya. Apalagi yang bersifat liberal yang identik dengan kebebasan yang
tujuanya untuk saling menghargai perbedaan orang lain dalam kehidupan ini.
Seperti etnis, budaya, agama, dan bahkan ras. Memang benar ketika Pa Chaedar
mengatakan “Pendidikan liberal bertujuan membebaskan siswa dari sikap rabun dan
provinsi terhadap orang lain”. Di sini yang dituliskan dalam wacana tersebut
adalah hanya peran sekolah dalam menghargai perbedaan antar etnis, budaya,
agama, dan ras. Namun, tidak disertakan peran orang tua di dalamnya. Sekali
lagi, orang tua adalah pendidik pertama bagi anak-anaknya. Jika orang tuanya
saja tidak menghargai perbedaan yang dimiliki orang lain, lalu bagaimana dengan
anak-anaknya?,Sekolah dalam hal ini adalah hanya meneruskan kegiatan yang tidak
diajarkan oleh orang tua siswanya. Seperti komunikasi antar teman sekelas,
menghargai pendapat, bergiliran berbicara dan diam, dan lain sebagainya adalah
kegiatan yang mungkin tidak ada dalam lingkungan keluarga. Bukan tidak mungkin
siswa membawa apa yang diajarkan kepadanya ke tempat di mana dia belajar, dalam
hal ini adalah sekolah. Sebenarnya sekolah sudah benar menuntun siswanya untuk
saling berinteraksi sesamanya meskipun
tidak semua siswa mau dituntun. Pendidikan Kewarganegaraan pun tidak
menunjukkan keefektifannya dalam mendidik para siswa yang intinya untuk menghargai segala perbedaan
yang ada di negeri ini. Pancasila juga sepertinya sudah benar dalam kurun waktu
yang sangatlama yaitu enam puluh
sembilan tahun ini dan tidak ada yang perlu direvisi lagi sepertinya lalu siapa
yang salah mendidik bangsa ini sehingga dikenal sebagai bangsa yang tidak menghargai
pendapat dan perbedaan dan apakah karena itu juga negri ini dikenal dengan
negeri yang radikal,yah banyak yang harus di perhitungkan untuk membenahi
persoalan persoalan yang mengenai pendidikan di indonesia.Teringat pada masa
perjuangan, pejuang negeri untuk merebut kebebasan tidak melihat perbedaan
dalam melawan penjajah. Mereka hanya ingin satu, yaitu merdeka. Kemerdekaan pun
akhirnya didapat namun, keselarasan hidup untuk saling menghargai satu sama
lain tidak dijunjung tinggi.
Kenyataan yang
sebenarnya ada pada diri anak terutama pada masa Sekolah Dasar (SD) adalah anak
selalu menuruti apa yang dikatakan oleh gurunya. Karena memang pada saat itu
anak sedang menemukan dunia baru. Namun, tetap orang tua punya peran lebih
kepada anaknya untuk selalu mendidik dengan semestinya. Nah, ketika di sekolah
baru lah peran guru diperlukan. Tapi seperti yang sudah dijelaskan, lingkungan
keluarga lebih banyak waktunya ketimbang lingkungan sekolah. Bisa dibilang
orang tua dan guru mestinya melakukan pendekatan lebih untuk memantau anaknya
dalam belajar di sekolah ataupun di rumah.
Ilustrasi
remaja zaman sekarang banyak diwarnai dengan pencitraan yang tidak baik yang
dibuat oleh remaja itu sendiri. Ini dikarenakan kurangnya perhatian dari orang
tua, guru, dan teman sebayanya. Bisa dibandingkan anak yang dididik dalam
lingkungan keluarga yang baik serta lingkungan sekolah yang baik juga, maka
tingkat pembentukan karakternya akan jauh berbeda dengan anak yang lingkungan
keluarganya saja tidak baik seperti Broken Home, dan lingkungan yang kurang
baik dari temannya. Hal ini akan mempengaruhi pikiran anak yang notabene adalah
anak dari orang tuanya, kemudian ditularkan pula di lingkungan di mana ia
belajar, bermain ataupun sekedar bercanda dengan teman sebayanya. Itulah
mengapa banyak tawuran antar pelajar di negeri ini. Peningkatan komunikasi
antar sekolah juga perlu dillakukan demi hubungan pelajar antar sekolah.
Seperti adanya lomba-lomba tingkat
pelajar baik SD, SMP, maupun SMA. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga hubungan
baik dari sekolah sampai pelajarnya. Hal ini juga adalah termasuk bentuk
liberalisme dalam hal pendidikan dengan tidak memfasilitasi kebebasan untuk
siswanya namun tetap mengenalkan siswanya kepada siswa dari sekolah lain.
Dalam hal ini,
siswa mestinya diajari komukasi antar teman sebayanya tidak hanya pada sekolah
tetapi juga pada lingkungan keuarga yang setidaknya memiliki banyak waktu di
rumah. Tidak dipungkiri bahwa anak yang supel (mudah berkomunikasi) akan jauh
lebih menghargai orang lain dari pada anak yang dari karakternya saja tidak
terlihat atau bisa dibilang kuper (kurang pergaulan). Komunikasi antar siswa
ini bisa bermanfaat bagi psikologi anak-anak itu sendiri dalam mengembangkan
wacana positif di masyarakat yang mungkin tidak didapat di sekolah maupun di
lingkungan keluarga. Tugas orang tua di sini adalah meningkatkan tingkat daya
jangkau anak dengan cara mendidik melalui komunikasi teman sebayanya. Jadi apa
yang dikatakan beliau memang benar adanya tentang kegiatan untuk mendorong
kerukunan beragama di sekolah, namun di sini tidak hanya sekolah yang
diperlukan, akan tetapi pengajaran lingkungan keluarga juga perlu di itensif
kan kepada siswa.
Apabila
kegiatan yang termasuk pendidikan yang program-programnya bersifat informal ini
diarahkan untuk mencapai tujuan belajar tertentu maka kegiatan tersebut
dikategorikan baik ke dalam pendidikan yang program-programnya bersifat
nonformal maupun pendidikan yang program-programnya bersifat formal.
Tetapi semua
itu terkadang bertolak belakang dengan kejadian-kejadian disekitarnya, misalnya
seorang pelaku pendidikan formal belum mempunyai attitude atau tingkah laku
yang menunjukan keformalan dirinya dalam belajar. Sebagai contohnya di bumi pertiwi ini sering
sekali terjadi tawuran antar sekolah yang mencerminkan buruknya kualitas
pendidikan dan atau sebuah pendidikan karakter di Indonesia ini.
Penanaman
pendidikan karakter karakter oleh sang pendidik kepada yang dididik adalah
sangat penting dan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan jiwa pelaku pendidikan
( siswa). Oleh karenanya, penanaman
karakter yang religius dan taat bertoleransi alangkah baikya kita tanamkan
sejak dini kepada ank-anak yang belajar disekolah, tidak hanya pada pendidikan
formal saja melainkan pada pendidikan nonformal dan informal.
Seiring
berjalannya waktu, para pelau pendidikan formal sebenarnya sudah diajari
bagaimana untuk saling menghormati satu sama lainnya. Tapi karena lingkungan sekitar ( teman-teman)
sebanyanya yang selalu ada besama mereka terus mengajak mereka kepada hal-hal
yang tidak baik pastinya pendidikan karakter pun akan hilang seiring berjaannya
waktu. Karena mereka hanya belajar
sesaat saja pada waktu disekolah setelah itu kembali kepada lingkungannya
masing-masing.
Disinilah
peran orang tua muncul, dimana peran orangtua muncul sebagai pelaku sang
pendidik informal bagi anak-anaknya.
Karena karakter yag diberikan oleh orangtua sangatlah berperan penting
bagi anak-anaknya, orangtua pun seharusnya ikut mengawasi keseharian
anak-anaknya dalam bermain bersama teman-temannya dalam lingkungannya dengan
menanykan kemana sajakah atau apa sajakah yang sudah dilakukan oleh
anak-anaknya diluar sana dan memberikan evaluasi untuk anak-anaknya agar
menjadi pribadi yang baik dan bijak.
Setelah
pendidikan formal dan informal sudah tertanam pada jiwa si anak disinilah ada
tugas kedua untuk para sang pendidik untuk memperthankan karakter yang ditanam
pada jiwa sang anak. Karena percuma saja
karakter sudah tertanam tapi tidak dipertahankan apalagi sampai tidak diawasi
lagi oleh sang pendidik karakter itu pun akan berkurang atau bahkan hilang
dikarenakan pergaulan yang sangat ekstrim yang dilakukan si anak bersama
teman-temannya yang akan melunturkan lagi keseluruhan karakter yang baik yang
sudah ditanam pada si anak tersebut.
Disinilah
peran para pendidik muncul lagi untuk mempertahankan dan memperkuat karakter
yang berbudi pekerti tinggi yang ada pada diri si anak didik. Karena di zaman sekarang ini walaupun siswa
sudah mempunyai karakter yang baik tetapi dikarenakan karakter tersebut tidak
diperahankan atau tidak diperkuat lagi imbasnya adalah siswa tersebut akan
kembali terbawa oleh temannya yang belum mempunya karater yang baik dan akan
berujung pada konflik-konflik yang tidak diinginkan, seperti halnya tawuran,
konflik antar etnis dan masih banyak lagi konflik-konflik yang seharusnya tidak
dilakukan oleh sang pelajar,Pada kasus ini yang ditakutkan adalah masalah
sosial yang berulang seperti bentrokan antar pemuda atau ormas masyarakat
lainnya dan bentuk lain dari radikelisme di seluruh Indonesia adalah indikasi
dari penyakit sosial, yaiitu kurangnya semata-mata kepekan dan rasa hormat
terhaadap terhadap orang lain dari golongan yang lain.
Diawalinya
pendidikan keluarga dapat berpengaruh besar pada karakter orang, sebab itu
kunci utama untuk menjadikan Manusia Indonesia tidak manja dan energik terletak
dalam pendidikan keluarga Oleh karena
itu, pendidikan dalam keluarga dapat memupuk anak untuk menghadapi era globalisasi
yang kental dengan intrik liberalisme dalam pendidikannya. Menurutnya,
pendidikan liberalisme tidak cocok untuk negara yang berada di kawasan timur
karena negara-negara di bagian timur tidak selalu memberikan kebebasan kepada
anak untuk segala hal termasuk pendidikan. Yang positif dalam pendidikan
liberal adalah diberinya kebebasan berpendapat, saling tukar pikiran, debat,
melakukan riset kecil-kecilan dan lain sebagainya. Namun, ini juga seharusnya
bisa dikontrol oleh pihak keluDi era globalisasi dewasa ini pertemuan
unsur-unsue budaya telah terjadi secara intens tanpa mengenal apa itu dimensi
rang dan waktu. Pluralitas kultural dan
segala aspeknya akan mengiringi nilai-nilai dan konsep-konsep parsial ke dalam
kotak-kotak primordialisme. Fenomena ini
mengisyaratkan bahwa budaya, selain dapat merupakan faktor pemersatu (
integrative factors), juga menjadi faktor penyebab konflik. Tergantung bagaimana ia dikelola dan
didayaguanakan.
Dewasa ini
memang yang namanya arus perubahan sosial dan kultural sedang melanda planet
bumi ini di seluruh dunia. Perubahan
yang ditampilkan disini begitu cepat dan tak terelakkan sehingga umat manusia
pun dituntut untuk menyesuaikan dan mengikuti pada perubahan budaya dan sosial. Efek dari semua itu adalah pergeseran nilai
yang cepat dan akibatnya dapat menimbulkan goncangan yang kuat karena umat
manusia harus menyesuaikan perilakunya terhadap nilai baru tersebut,yang pada
pelaksanaannya terhadap nilai perubahan yang melanda di beberapamnegara tidak
selalu berjalan mulus. Mungkin
dibeberapa negara nilai peubahan ini sudah berjalan dengan mulus karena semua
itu sudah dikonsep oleh si pelaku perubahan dan mereka berhasil meredam potensi
konflik. Tetapi semua itu sangat berbeda
di Indonesia yang rentan akan terjadinya konflik, pihak satu mengoreksi pihak
yang lain sebaliknya pihak yang dikoreksi juga melakukan hal yang sama. Inilah sebab terjadinya konflik, karena orang
di Indonesia dengan “budaya timurnya”
cenderung resistensi atau bahkan perlawanan terhadap koreksi. Kejadian seperti itu membuat konflik
cenderung semakin tajam dan berkembang, dan pada titik akhirna terjadilah
benturan fisik yang bisa mengakibatkan jatuhnya korban jiwa. peran sang
pendidik sangat dipertaruhkan disini
Karena mereka mempunyai peran yang sangat penting untuk membina,
menggiring dan mengarahkan para peserta didik ke arah yang relevan agar peserta
didik tidak menjadi pelaku atau korban dari perubahan sosial dan budaya yang
mengarah ke hal negatif yang bisa berujung konflik dan pada akhirnya terjadi
perkelahian yang tidak diinginkan.
Tentu sama
halnya ketika seorang siswa yang dengan sendirinya untuk berinteraksi dengan
sesama dengan tanpa di sadari mereka membutuhkan bantuan,dan tentu dalam
pendidikan pun mereka sangat mutlak memmerlukan bantuan dari lingkungan
keluarganya,dan ini contoh contoh pendorong atau penyuport bagi anak yang
sedang atau akan melangkahkan ke jenjang pendidikan,entah itu formal ataupun
informal,sebagai berikut,dukungan Sosial Ekonomi dukungan sosial ekonomi ini
berupa pemenuhan kebutuhan fisik yaitu biaya pendidikan, fasilitas belajar,
alat dan buku keperluan belajar. Untuk memenuhi kebutuhan fisik tersebut
tentunya berkaitan dengan status sosial ekonomi keluarga atau pendapatan di
dalam keluarga itu sendiri dukungan Mental.
Seorang anak
yang baik dirumah, pasti akan mempengaruhi sikap kesiswaannya di sekolah. Anak
baik tidak dilahirkan, tapi dibentuk dan dibina lewat pendidikan dukungan Moral
dukungan moral dari orang tua terhadap pendidikan anaknya dapat berupa perhatian
terhadap pemenuhan kebutuhan psikis yang meliputi kasih sayang, keteladanan,
bimbingan dan pengarahan, dorongan, menanamkan rasa percaya diri. Dengan
perhatian orang tua berupa pemenuhan kebutuhan tersebut diharapkan dapat
memberikan semangat belajar anak guna meraih suatu cita-cita atau prestasi dukungan
Pendidikan dalam prosesnya pendidikan yang akan melahirkan anak baik adalah
pendidikan yang seimbang, yaitu pendidikan yang memperhatikan seluruh aspek
yang ada pada diri manusia berupa hati, akal, dan fisik. Pendidikan yang
mengutamakan fisik dan mengabaikan akal dan hati akan menghasilkan manusia hayawani
, bila hanya mengutamakan pikiran saja,sedangkan bila mengutamakan hati semata
tentu tidak sesuai dengan kenyataan jadi dengan adanya penggabungas segala
aspek yang di perlukan akan menghasilkan mutu pendidikan yang sebenarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic