CLASS REVIEW 2
Pagi yang cerah, suara burung bernyanyi, terlihat
embun yang menyapa di balik jendela. Sepertinya hari ini akan cerah. Ku
tuliskan setiap ilmu dalam kertas yang putih ini, bersih, hingga tinta emas ini
mengukir setiap sudutnya hingga menjadi lebih indah. Seseorang pernah
mengatakan bahwa menulis itu kunci untuk mengingat ilmu.
Mr. Lala mengatakan bahwa mulailah berekspresi dengan
tulisan. Kekuatan tulisan seseorang itu bisa dilihat dari seberapa seringkah
orang tersebut membaca, atau dengan dilihat dari pendidikannya yang tinggi,
atau juga dengan praktek, karena tulisan kita akan berkembang dengan praktek.
Pada class review kedua ini, saya masih akan membahas
mengenai literasi dan akademik writing. Tapi sebelum mebahasnya, saya akan
mengutip kata-kata yang Mr. Lala katakana bahwa menurut beliau kita ini adalah
“A Writing Multilingual” yang menulis secara efektif dalam L1 dan L2 efektif,
yang berfungsi sebagai pembaca kritis baik di L1 dan L2, yang mengubah diri
dari seorang mahasiswa bahasa menjadi mahasiswa menulis, yang dapat membuat
informasi pilihan dalam hidup dan yang bisa mengubah dunia. Dimana yang disebut
dengan a writer multilingual disini menurut A.Chaedar Alwasilah adalah seseorang
yang mampu berliterat dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris serta bahasa
ibu, karena jika anda tidak mampu berliterat dengan bahasa ibu, maka anda
adalah orang yang payah!
Hyland mengatakan bahwa, “menulis adalah praktek
didasarkan pada harapan: peluang membaca menafsirkan maksud penulis meningkat
jika penulis penulis mengambil kesulitan untuk mengantisipasi apa yang pembaca
mungkin harapkan yang didasarkan pada teks-teks telah ia baca dari jenis yang
sama”.
Menurut Hoey (2001), seperti yang telah dikutip dalam
Hyland (2004), mengibaratkan para pembaca dan penulis adalah seorang penari,
penari yang mengikuti langkah-langkahnya masing-masing. Setiap rasa tulisan
harus tetap dijaga, dimana penulis harus mempersiapkan segala kemungkinan untuk
mengantisipasi tulisannya akan tepat sasaran dan dapat dipahami oleh sang
pembaca. Jadi antara pembaca dan penulis keduanya harus membuat koneksi yang
kuat satu sama lainnya, hingga terciptalah sambungan yang disebut seni.
Menurut Lenthonen (2000:74) oleh Barthes mengungkapkan
bahwa bahasa Sausure adalah suatu system yang didefinisikan oleh maknanya
sendiri, Barthes melihat peran orang-orang yang berlatih linguistic sebagai
juga menjadi pusat dalam pembentukan makna. Juga Lethonen mengungkapkan bahwa
pembaca menjadi inti dari pembentukan makna, dan membaca menjadi tempat dimana
makna dimiliki. Teks dan pembaca tidak pernah berdiri sendiri satu sama
lainnya, tapi malah sebaliknya saling menghasilkan satu sama lainnya.
Membaca termasuk memilih apa yang harus dibaca, mengorganisir
dan menghubungkan keduanya secara bersama-sama dalam rangka arti toform, serta
pengetahuan sendiri ke teks.
Setelah mengetahui banyak tentang bagaimana koneksi
pembaca dan penulis berhubungan satu sama lainnya. Kita akan mereview kembali
tentang “teaching orientation” yaitu sebagai berikut:
- Academic
Writing
Ø
Formal
Ø
Critical
Ø
Structure – focused. Yang berhubungan
langsung dengan
Ø
Systemacity
Ø
Rigid (kaku), disini kita belajar
bagaimana kita mampu mencairkan ide yang kita miliki.
- Critical
Thinking
Ø
Selective you will not take something
for granted. Yang menjelaskan bahwa think, write, and read itu ketiganya saling
berkaitan erat satu sama lainnya.
- Writing
:
Ø
A way of knowing something
Ø
A way of representing something
(voice), dimana kita akan belajar untuk merepresentasikan diri kita.
Ø
A way of reproduction something.
Perlu
diingat bahwa “something” diatas menurut psikolog adalah meliputi : informasi,
knowledge, dan experience.
Menulis adalah professionalism seseorang. Betapa
pengalaman itu sangat berharga dan sangat penting. Bahkan menurut dosen writing
kami ini (Mr.Lala Bumela) seseorang itu tidak cukup dengan pintar (smart) saja,
karena percuma saja kalau seseorang pintar tapi dia tidak pernah punya
pengalaman.
Jadi kesimpulannya adalah literacy dan language
teaching adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Berbicara literacy
berarti kita akan berbicara kemajuan bangsa, dimana semakin tinggi literasi
yang dimiliki setiap masyarakat, maka akan semakin tinggi GDP di negeri ini.
Karena tidak dapat dipungkiri bahwa orang yang berliterasi adalah orang yang
mengerti hukum, dimana mereka tidak pernah membuang sampah sembarangan, dan
mereka rela mengantri walaupun sepanjang
apapun antrian tersebut (contoh kecil). Literasi pun akan berhubungan dengan
lompatan ekonomi, teknologi, kesadaran social dan lain-lain. Berbicara litersi
maka kita tidak akan luput dari baca-tulis, pembaca dan penulis mempunyai
koneksi satu sama lainnya. Dimana teks tulisan kita akan menjadi kuburan dan
pembaca adalah sebagai ruhnya. Setiap teks yang kita buat harus didasarkan
kepada beberapa referensi. Sukses itu adalah perjalanan hidup setiap hari, jika
kita ingin sukses di umur 35 tahun, maka kita harus mempersiapkan semuanya
dalam kurun waktu 35 tahun juga.
Mengapa saya mengambil tema “Berliterat atau Mati!!!”
dalam class review ini adalah karena saya merasa negeri ini butuh orang-orang
yang berliterat, mampu mengerti hukum dan berani mengubah dunia menjadi lebih
baik lagi lewat kreasi-kreasinya. Negeri ini tidak butuh orang-orang yang
korupsi, karena itu merupakan salah satu contoh besar orang-orang yang tidak
berliterat dan tidak mengerti hukum. Kapan negeri ini akan dipandang baik oleh
Negara-negara diluar sana, jika masyarakatnya tidak mampu merubah apapun yang
buruk menjadi lebih baik?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic