Class Review 11
Pada
tanggal 6 Mei 2014 adalah pertemuan ke dua belas pada mata kuliah Writing &
Composition 4. Pada pertemuan kali ini
Mr. Lala membahas tentang argumentative essay dan konsultasi outline argumentative essay. Sebelum konsultasi outline argumentative essay, Mr. Lala
menjelaskan hal –hal yang ada di argumentative essay seperti :
1. Reasoning
(not Emotion)
2. Definite
evidence
3. A
working thesis (TS= O + R)
Seperti
yang telah dijelaskan Mr. Lala pada reasoning tidak boleh menggunakan emosi
dalam mengemukakan argument. Mr. Lala mengatakan hal tersebut karena dalam
reasoning bertujuan untuk menjadikan belifabel atau bertujuan untuk meyakinkan
pembaca dengan argument kita tanpa menggunakan emosi. Kemudian pada
argumentative kita harus mencakup definite evidence atau harus bisa
memantapkan bukti dengan mencantumkan sumber bukti. Kemudian a working thesis,
Mr. Lala mengatakan bahwa dalam thesis statment itu terdiri dari Opini
dan Reason atau thesis statment terbentuk dari gabungan antara opini dan alasan
penulis.
Mr.
Lala memberi contoh outline argumentative yang dibuat oleh Risa, yang membahas
beberapa alasan kenapa papua harus tetap menjadi bagian dari NKRI. Risa
membahas dari segi Education, Natural Resources,
Culture, History dan Art. Kemudian Mr. Lala mengomentari alasan dari Risa satu-
persatu. Pertama, dimulai dari statment Education Mr. Lala mengatakan is it true? Dan kalau pendidikan di papua rendah
kenapa harus dipertahankan? Risa pun menjawab karena kalau Papua membentuk
negara sendiri dengan keterbelakangan pendidikan menurut Risa itu sangat
mustahil.
Kedua, Mr. Lala mengatakan pada statment Natural
Resources, dalam argumentative tidak boleh menggunakan
emosi dalam berargument dan kita jangan berfikir dari segi materialistic saja.
Ketiga, pada
statment Culture Mr. Lala mengatakan bahwa culture juga termasuk dari alasan
yang matralistis dan ada 150 > pengertian Culture dan salah satunya yaitu culture terbentuk dari kebiasaan dan
culture memiliki values seperti bagaimana menjaga alam dan lain-lain. Keempat,
masih membahas komentar Mr. Lala yang diberikan kepada Risa yaitu History. Alasan ini adalah salah satu alasan yang
tidak materialistic, Mr. Lala mengatakan “History as an aset” history disini
menjelaskan hal apa saja yang telah terjadi di Papua, Mr. Lala mengatakan mengapa
history menjadi aset yang besar? Yaitu karena dilihat dari pengertian aset itu
sendiri adalah sesuatu yang tidak bisa tergantikan dan sesuatu yang sangat
berharga atau penting. Mr. Lala juga
mengatakan sesuatu hal yang penting itu diletakan di depan, jadi history
menjadi alasan yang paling penting dan harus diletakan di alasan pertama.
Kemudian Mr. Lala membagi mahasiswa menjadi tiga
kelompok sesuai dengan saf duduk untuk konsultasi outline argumentative essay,
saya pun menjadi kelompok kedua untuk konsultasi. Kelompok pertama pun maju
untuk konsultasi, saya pun menunggu dengan jantung yang berdebar kencang dan
giliran sebagian kelompok dua maju saya pun diantaranya. Masih dengan jantung
yang berdetak kencang saat menunggu giliran saya konsultasi outline saya. Dalam
outline saya berisikan tiga alasan kenapa papua harus tetap menjadi bagian dari
negara Indonesia, alasan tersebut yaitu Education, Natural Resources dan
History. Tetapi Mr. Lala hanya menyetuju alasan history dan Mr. Lala pun
berkomentar “kalau ingin menggunakan alasan Education, kamu harus mengetahui
dengan jelas apa benar orang Papua itu bodoh? Atau hanya di bodohi?” Kemudian
Mr. Lala pun menambahkan komentar pada conclusion “dalam conclusion harus
kembali menarik benang merah atau kembali ke topik” jadi dalam conclusion itu
harus berisi kesimpulan dari topik yang dibahas.
Kesimpulan :
Pada pertemuan kali ini menjelaskan pendalaman materi
yang harus ada pada argumentative dan dalam argumentataive harus memperhatikan
bagian yang telah dijelaskan oleh Mr. Lala seperti Reasoning(not
Emotion), Definite evidence dan A working thesis (TS= O + R). Alasan yang tepat
dan di setujui oleh Mr. Lala di argumentative essay adalah history, karena
history salah satu alasan yang tidak materialistic.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic