Class
Review 7
Menyendiri
dan menyendiri, menunggu dan menunggu. Hai inspirasi, datanglah. Tik tok tik
tok suara detiknya pun semakin jelas terdengar. Ini adalah waktu yang berharga,
sebelum bom malas ini meledak lagi menghantamku, lebih baik dengan sesegera
mungkin kugenggam senjataku. Bisikan suara-suara itu mengantarku untuk memulai
memberi goresan bermakna diatas kertas. Seiring waktu berlalu, matapun menggoda
untuk dipejamkan. Tak kuasa menahan rasa kantuk ini, semakin dipaksa semakin
tak kuasa.
Episode
selanjutnya dimulai. Dalam class review ini mengulas pembahasan pada pertemuan tanggal
18 Maret 2014. Masih seputar keterkaitan
literasi-sejarah-ideologi.
Sebuah tulisan yang baik tentunya memiliki sense atau rasa, sehingga penting sekali adanya
ideologi didalamnya. Sense atau rasa sebuah tulisan itu ada pada ideologi, oleh
karena itu kita harus memberikan sense yang berbeda yang akan kita tuangkan. Tidak
menutup kemungkinan masih banyak artikel-artikel yang tidak memiliki sense ketika dibaca. Ini dikarenakan
penulis mengesampingkan pentingnya ideologi dalam sebuah karya literasi.
seorang penulis yang handal adalah ia mampu membuat isi tulisannya menggugah
keingin tahuan para pembaca karena didalamnya memiliki sumberdaya dan potensi
makna.
Perlu
kita garis bawahi bahwa writing itu semogenesis. Sebuah karya tulis harus mampu berorientasi di awal dan meaning making practice nya harus tertera, karena meaning itu
sangat penting dan utama. Erat kaitannya dengan seorang literat, ia akan mampu
mengukir sejarah dan merubah dunia. Contohnya adalah Howard Zinn. Ia seorang
linguist yang telah menciptakan suatu karya yang kontroversial dan
menggemparkan khalayak dengan bukunya yang berjudul A People’s History of The United State. Kita tahu, bahwa dalam buku
tersebut Zinn menyinggung tentang sejarah Columbus. Pernyataan Zinn bisa
mengubah cara berfikir masyarakat tentang Columbus dalam berbagai perspektif.
Tahukah
apa sebenarnya menulis itu, apakah hanya sekedar menuangkan ide saja? Tentu
tidak. Menulis
itu menghancurkan sesuatu yang tersembunyi. Maksudnya adalah mencari
tahu rahasia dibalik sesuatu. Jadi kita ini berpetualang untuk dapat menemukan
sesuatu dibalik sesuatu. Ini akan menjadi sebuah sejarah dan mengantarkan
menjadi seorang penemu “discover”.
Menurut
Milan
Kundera, selain historian dan linguist, poet juga berperan dalam pengkajian sejarah. Aspek
tersebut memiliki aspek yang sama, hanya saja pengkajiannya memiliki cara yang
berbeda. Disinilah kita berperan. Kita tidak boleh menerima mentah-mentah
asumsi-asumsi yang telah beredar, melainkan kita menelaah asumsi tersebut dan
membuktikan kebenarannya. Milan Kundera (L’Art Duroman, 1486) “menulis berarti penyair maupun penulis harus bisa
menghancurkan dinding yang dibaliknya terdapat sesuatu yang tersembunyi”.
Oleh
karena itu, ketiga aspek diatas akan memunculkan penemuan baru yang bisa
menjadi sejarah bagi dirinya (penulis), maupun untuk orang lain. Sehingga Milan
mengatakan bahwa alat yang kita gunakan untuk
menghancurkan dinding penghalang adalah literasi, lalu kita bisa
menemukan sejarah dan menelaah sesuatu yang lain dalam berbagai aspek. Menulis suatu
hal yang baru atau mengungkap sejarah memerlukan strategi, karena mengkaji
suatu sejarah harus memiliki ideologi yang kuat, bagaimana kita menyajikan
tulisan kita sehingga dapat berpengaruh terhadap pembaca. Milan Kundera adalah
seorang penulis novel, tetapi penyajian karyanya menggunakan ideologi, maka ia
memiliki cara yang berbeda dalam penyajiannya.
Sehingga,
setiap penulis harus memiliki ideologi yang jelas untuk penulisan karyanya yang
nantinya akan dihubungkan juga dengan bahasa, karena bahasa adalah bentuk paling
umum dari pelaku sosial. Namun sayang sekali konsep ideologi jarang
terfikirkan, sehingga tulisannya pun terkesan biasa-biasa saja. inilah
keterkaitan antara literasi, ideologi dan sejarah. Ketiganya menjadi hal utama
dalam penciptaan suatu karya. Hal ini pula yang menjadikan Howard Zinn menjadi
sosok fenomenal dalam mengusut sejarah seorang Columbus.
Sebenarnya
keberadaan sejarah itu tidak lepas dari literasi. kita akan tahu hal yang
sebelumnya dianggap tabu. Peran kaum literat ini menjadi sosok pencerah
sekaligus pendoktrin cara pandang seseorang terhadap sesuatu. Seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya, tugas kita harus mencari ceruk-ceruk baru dalam
sebuah tulisan agar kita dapat mengetahui sesuatu yang sebenarnya. Menggali dan
menggali sebuah sejarah yang tersembunyi dibalik dinding tebal.
Jadi
dapat disimpulkan bahwa sejarah adalah suatu proses pencitraan manusia yang
tidak pernah putus dan yang menjadi penghubungnya adalah literasi. literasi
tersebut tidak lepas dari siapa yang memunculkannya yaitu kaum literat. Proses ini
menjadikan literasi sangat berkaitan erat dengan keberadaan sejarah. Sejarah yang
dikaji oleh kaum literat seperti poet, historian, dan
linguist. Ketiganya berada dalam jenis yang sama
namun cara pengkajiannya yang berbeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic