Critical Review 2
Buku adalah gudang ilmu, membaca adalah
kuncinya. Buku adalah jendela
dunia. Pepatah-pepatah tersebut
nampaknya sudah tidak asing lagi di telinga kita. Pepatah yang tak pernah usang dimakan oleh waktu. Pepatah yang mengatakan bahwa buku adalah
jendela dunia, tentu hal itu adalah benar.
Dengan adanya buku, seseorang dapat memahami sesuatu yang belum pernah
diketahui sebelumnya. Bahkan lebih dari
sekadar dari itu, buku dapat mengubah dunia.
Buku mempunyai dampak yang besar terhadap pembacanya, yaitu dapat mengubah
hidup dan pemikiran seseorang. Hal itu
diperkuat setelah saya membaca artikel yang ditulis oleh Howard Zinn yang
berjudul “Speaking Truth to Power with Books”.
Dalam artikel tersebut dijelaskan bahwa buku dapat mengubah hidup dan
pemikiran terhadap pembacanya. Tidak
hanya itu, bahkan sekumpulan kertas yang dijadikan satu demi menciptakan
beberapa rangkaian sebuah cerita didalamnya dapat mengubah dunia. Hal itu yang dinamakan dengan buku.
Sebuah
artikel yang berjudul Speaking Truth to
Power with Books itu ditulis oleh Howard Zinn. Howard Zinn (24 Agustus 1922-27 Januari 2010)
adalah seorang sejarawan Amerika, penulis, dramawan, dan aktivis sosial. Dia adalah seorang profesor ilmu politik di
Boston University selama 24 tahun dan mengajar sejarah di Spelman College
selama tujuh tahun. Dia menulis lebih
dari 20 buku, termasuk didalamnya yang terlaris yaitu A People's History of the United States. Dia menulis secara ekstensif tentang
hak-hak sipil dan gerakan anti perang, dan sejarah tenaga kerja Amerika
Serikat. Zinn, seorang Yahudi yang jelas
pendirian anti Israel dan anti Zionisnya.
Sebab itulah kita tidak boleh melihat konflik Palestina dan Israel sebagai
konflik bangsa Arab dan Yahudi atau perseteruan Islam dan bukan Islam. Hampir keseluruhan karya-karya akademiknya,
wawancara, tulisan atau syarahannya mengkritik pentabiran Amerika Serikat
sebagai empayar, industri perang Amerika dan dasar imperialisme Amerika Serikat
sejak dari Vietnam, Panama, Granada, Palestina hinggalah ke Afghanistan dan
Iraq. Howard Zinn meninggal dunia dalam
usia 87 tahun.
Berdasarkan
judul dari artikel tersebut, yaitu Speaking
Truth to Power with Books. Dari
judul tersebut terdapat dua tema besar, yaitu Speaking Truth dan Power of
Books. Pengertian dari speaking truth itu sendiri yaitu
kebenaran dalam bertutur atau berbicara.
Sedangkan pengertian untuk power
of books itu sendiri yaitu kekuatan yang ada pada sebuah buku. Dalam hal ini, tentunya buku memberikan
kekuatan atau memberikan pengaruh yang besar terhadap pembacanya. Berbicara mengenai buku, tentunya didalamnya
terdapat kegiatan menulis. Dalam hal
ini, literasi atau kegiatan membaca dan menulis tidak akan terlepas dari
kehidupan sehari-hari. Kegiatan membaca
dan menulis tentunya akan memberi pengaruh terhadap pemikiran seseorang. Kaitannya dengan speaking truth, yaitu bahwa kejadian-kejadian atau
kebenaran-kebenaran yang dituturkan secara lisan tersebut dapat ditulis dalam
sebuah buku, sehingga kebenaran-kebenaran yang tertulis tersebut dapat dibaca
oleh semua orang. Dengan demikian, buku
tersebut berperan untuk memberikan kekuatan terhadap pembacanya dalam mengubah
cara pandang dan pemikiran seseorang.
Sebenarnya Speaking Truth to Power
adalah sebuah frasa yang diciptakan oleh Quaker selama di pertengahan
1950-an. Ini adalah panggilan bagi
Amerika Serikat untuk berdiri teguh melawan fasisme dan bentuk lain dari
totalitarianisme, yang merupakan frase yang tampaknya membuat bingung hak
politik.
Dalam artikelnya, Zinn menyebutkan
bahwa “If a book changes somebody’s life by changing somebody’s consciousness, it
is going to have an effect on the world, in one way or the other, sooner or
later, in ways that you probably cannot trace”.
Maksudnya yaitu jika buku mengubah hidup seseorang
dengan mengubah kesadaran seseorang, itu akan memiliki efek pada dunia, dalam
satu atau cara lain, cepat atau lambat, dengan cara yang mungkin tidak bisa
kita lacak. Dalam hal ini, tentunya hanya orang-orang yang berliterasi
tinggi yang menyadari tentang hal itu, sehingga dia mampu memahami bacaan dari
buku tersebut. Dengan begitu, pemahaman
itu dapat mengubah pemikiran dan cara pandangnya yang akan memberikan efek pada
dunia. Sedangkan untuk orang yang
tingkat literasinya rendah, mungkin mengalami kesulitan dalam memahami bacaan
dari teks tersebut. Sehingga buku
tersebut tidak memberikan pengaruh terhadap cara pandang dan pemikiran orang
tersebut yang dapat memberikan efek pada dunia.
Kaitannya
dengan buku dapat mengubah hidup seseorang, tentunya hal ini bergantung pada
kemampuan membacanya. Dari sebuah sumber
menjelaskan bahwa membaca dapat mengubah hidup mereka yang suka membaca buku
karena beberapa alasan, diantaranya:
- Membaca memerlukan otak hingga menjadi aktif, mendorong neuron dan benar-benar membuat kita lebih pintar;
- Membaca menyebabkan dendrit (bagian dari neuron di mana kenangan yang disimpan) untuk membentuk, meningkatkan kapasitas memori;
- Membaca, karena memerlukan fokus, meningkatkan konsentrasi kita;
- Membaca, bila dilakukan untuk kesenangan, mengurangi stres dan baik untuk kesehatan secara keseluruhan;
- Membaca, karena itu membuat berpikir dan menerapkan apa yang telah dibaca, benar-benar meningkatkan keterampilan penalaran kita.
Hal tersebut sudah sangat jelas menjadi fakta yang
juga setidaknya membuat anak-anak cerdas karena rajin membaca. Mereka mampu
meningkatkan daya imajinasi, keterampilan dan penalaran disetiap apa yang
dibacanya.
Jika dahulu membaca hanya terfokus pada buku saja,
maka saat ini membaca dapat dilakukan melalui media internet seperti wikipedia,
dan banyak artikel yang beragam dapat kita peroleh melalui media tersebut. Terlebih dengan kemudahan yang diberikan teknologi
internet saat ini kita bisa membaca artikel atau buku yang kita mau melalui
gadget ipad, tablet, maupun smartphone.
Namun, keberadaan buku masih menjadi hal yang sangat
penting. Hal itu dikarenakan tidak semua
orang sempat membaca dengan smartphone atau tidak semua orang mampu mengakses
buku melalui smartphone karena masalah jaringan internet. Namun faktanya, di jaman milenia dimana orang
bersentuhan hampir 24 jam dengan internet membuat perubahan besar dalam dunia
membaca. Hal inilah yang terjadi pada
pelajar dunia:
- Hanya 10% dari siswa menggunakan buku-buku dari perpustakaan untuk membantu mereka belajar.
- 100% siswa menggunakan Wikipedia (Perpustakaan online terbesar) untuk belajar.
- 80% siswa menggunakan jaringan sosial untuk membantu mereka belajar.
- 55% siswa menggunakan layanan online untuk membantu mereka menulis makalah mereka.
Meskipun demikian, membaca dimanapun lebih baik
daripada tidak membaca sama sekali. Begitu besar pengaruh membaca dapat
mengubah hidup manusia dari ketidaktahuan menjadi penuh wawasan. Dari kebodohan menjadi kecerdasan. Itulah mengapa negara maju sangat
memperhatikan membaca dan perpustakaan.
Negara-negara maju seperti Jerman, Perancis, Belanda
mewajibkan siswa SMA harus menamatkan hingga 22-32 judul Buku
(1966-1975).Sedangkan di Indonesia, pada tahun 1950-1997 nol buku atau tidak
ada kewajiban untuk menamatkan satu judul buku pun. Kondisi ini masih berlangsung hingga saat
ini.
Bahkan Thailand saja hingga tamat dari SMA seorang
siswa harus tamat membaca buku hingga 5 Judul (1986-1991). Sementara di Malaysia 6 judul Buku
(1976-1980), Singapura 6 judul buku (1982-1983), Jepang 15 judul buku
(1969-1972).Bagaimana dengan Indonesia? Sangat disayangkan Negara yang pernah menjadi
guru bagi negara-negara tetangga ini sangat buruk dalam dunia membaca dimana
Indonesia berada di peringkat ke-57 dari 65 negara di dunia atau peringkat 8
terakhir.
Minat membaca berbanding lurus dengan tingkat
kemajuan pendidikan suatu bangsa bangsa. Jepang yang pada tahun 1945 dibom oleh
Sekutu hingga dua kotanya hancur luluh, untuk bangkit pertama kali yang
dilakukan adalah dengan mengumpulkan para guru. Jepang yakin, bahwa mereka akan
dapat bangkit dan kembali menjadi salah satu negara terkemuka di dunia, adalah
karena kepeduliannya dengan pendidikan.
Membaca adalah hal yang fundamental, dimana wawasan
dunia dapat kita ketahui hanya dengan membaca baik buku, maupun artikel-artikel
yang tersebar dimedia. Sebuah pemikiran cerdas berawal dari membaca itulah
mengapa membaca menjadi titik awal kemajuan bangsa.
Bahkan seorang Bill Gates pun selalu membaca buku di
kesehariannya dan memperlihatkan buku apa saja yang ia baca di website
resminya.Begitupun dengan seorang Warren Buffett yang menjadi salah satu orang
terkaya selain Bill Gates berkata bahwa buku mengubah dirinya, dan sangat
terinspirasi oleh Profesor yang mengajarinya saat masih kuliah dengan buku yang
Profesornya buat.
Christopher Columbus |
Dalam
artikel Speaking Truth to Power with
Books, Howard Zinn menegaskan bahwa buku memberikan pengaruh yang sangat
besar dalam mengubah hidup dan pemikiran seseorang agar memberikan efek pada
dunia. Selain itu, dikatakan bahwa
seseorang yang menguasai teks akan mampu mengubah sejarah. Hal itulah yang dilakukan oleh Howard Zinn. Ia berani menulis sebuah buku yang berjudul A People’s History of United States of
America. Buku yang mengungkap
kebenaran sejarah yang terjadi di Benua Amerika. Tentunya keberanian Zinn dalam mengungkap
kebenaran tersebut menuai banyak protes dari warga Amerika bahkan seluruh
dunia. Dalam bukunya tersebut, Zinn
mematahkan pemikiran orang-orang yang selama ini menganggap bahwa Christopher
Columbus sebagai penemu Benua Amerika.
Christoper Columbus atau Christoffa Corombo
adalah salah seorang penjelajah yang berasal dari Italia tepatnya di
Genoa. Ia lahir pada tanggal 30 Oktober
tahun 1451. Berdasarkan catatan sejarah
yang banyak diakui orang-orang, ia tiba di Benua Amerika pada tanggal 12
Oktober tahun 1492. Awalnya ia mengira
tempat tersebut tak berpenghuni, namun kemudian ia menjumpai suku asli di sana
yang kita kenal dengan nama Suku Indian.
Pada mulanya, mereka menyambut Columbus dengan senang hati. Namun setelah niat Columbus untuk menjadikan
wilayah mereka sebagai salah satu koloni Spanyol, Columbus kemudian mendapatkan
banyak penolakan dari suku Indian.
Bahkan menurut beberapa catatan sejarah, ada banyak kapal dari rombongan
Columbus yang ditenggelamkan oleh suku Indian.
Mereka memang merasa terancam dengan kehadiran Columbus dan rombongannya. Menurut beberapa catatan sejarah, Columbus
bukan orang Eropa pertama yang tiba di wilayah tersebut sebab telah terjadi hal
yang absah dalam runtutan ilmu sejarah bahwa bangsa Viking yang berasal dari
Eropa Utara telah menginjakkan kakinya di Benua Amerika pada abad ke-11. Bahkan mereka sempat mendirikan koloni di
sana. Meski demikian, entah bagaimana
prosesnya, Christoffa Corombo atau Columbus masih saja tercatat sebagai penemu
benua Amerika.
Perdebatan seputar
siapa sebenarnya penemu benua Amerika telah menjadi polemik yang cukup
panjang. Para peneliti sejarah telah
menunjukkan banyak bukti yang mengukuhkan teori bahwa Columbus bukan penemu
benua Amerika yang pertama kali. Hal ini
dikarenakan ada banyak bukti fisik seperti prasasti yang membuktikan bahwa jauh
sebelum Columbus tiba di Benua Amerika, telah ada seorang tokoh bernama Cheng
Ho atau Zheng He yang tiba 70 tahun sebelum Columbus. Bahkan beberapa sejarawan
juga berargumen bahwa berabad-abad sebelum Cheng Ho, para saudagar sekaligus
pelaut-pelaut muslim sudah menjejakkan kaki di Benua Amerika dan membuat
perkampungan di sana. Istimewanya, mereka menikahi penduduklokal dan telah
menjadi bagian tak terpisahkan dari suku asli di Benua Amerika. Pendapat ini
secara terang-terangan dituliskan seorang peneliti bernama Dr. Yousseef Mroueh
di dalam essainya yang cukup populer berjudul "Precolumbian Muslims in
America". Tulisan ini banyak
menyajikan fakta fisik dan juga manuskrip sejarah, oleh sebab itu bantahan
terhadapnya masih belum ada.
Lalu mengapa nama Columbus yang sampai saat ini dikenal sebagai
penemu benua Amerika? Hal ini
dikarenakan pada saat terjadi pengusiran kaum Yahudi dari Spanyol sebanyak
300.000 orang oleh raja Ferdinand seorang Kristen yang taat, itu membuat
orang-orang Yahudi menggalang dana untuk pelayaran Columbus. Lalu berita ‘penemuan benua Amerika’ dikirim
pertama kali oleh Christopher Columbus kepada kawan-kawannya orang Yahudi di
Spanyol. Pelayaran Columbus ini
nampaknya haus publikasi dan diperlukan untuk menciptakan legenda sesuai dengan
‘pesan sponsor’ Yahudi sang penyandang dana. Kisah selanjutnya kita tahu bahwa
media massa dan publikasi dikuasai oleh orang-orang Yahudi. Maka tampak ada ketidak-jujuran dalam
menuliskan fakta sejarah tentang penemuan benua Amerika. Penyelewengan sejarah
oleh orang-orang Yahudi itu terjadi sejak pertama kali mereka bersama-sama
orang Eropa menjejakkan kaki ke benua Amerika.
Selama ini kita tahu
bahwa Christoper Columbus lebih dikenal sebagai Columbus the hero, Columbus the great
discoverer, Columbus the pious Bible
reader. Namun banyak penelitian yang
mengatakan sebaliknya. Seperti yang
diungkapkan Howard Zinn, "To read
Colombus as a murderer, a torturer, a kidnaper, a mutilator of native people, a
hypocrate, a greedy man looking for gold, willing to kill people and mutilate
people-it was shocking."Dalam hal ini, untuk mengungkapkan tentang
Columbus sebagai pembunuh, penyiksa, penculik, mutilator orang pribumi,
munafik, orang yang tamak mencari emas, bersedia untuk membunuh orang dan
mencincang orang. Tentunya itu merupakan
hal yang mengejutkan.
Mungkin beberapa dari
antara kita sudah tahu soal fakta sejarah asli mengenai Columbus, tokoh yang
selalu disebut sebagai penemu benua Amerika.
Kini, sudah saatnya kita mengungkapkan kebenaran sejarah, dan semoga
pelajaran di sekolah tidak lagi mengajarkan fakta yang salah kaprah.Ada banyak
fakta mengejutkan ketika para penulis dan peneliti sejarah menguak Columbus.
Rasa penasaran ini berdasarkan kenyataan, bahwa setiap tahun ada satu hari
khusus yang disebut “Columbus Day” sebagai peringatan atas jasanya jadi penemu
Benua Amerika.
Kita di Indonesia
memang tidak terkena dampaknya secara langsung, namun pemahaman yang diterima
dalam ranah pendidikan formal – betapa hebatnya Columbus – tentu akan
mengaburkan kebenaran. Semoga guru-guru
dan mungkin sebagai murid, tidak menelan mentah-mentah isi teks pelajaran
sejarah tentang Columbus.
Di bawah ini beberapa
fakta diharapkan bisa membuka mata kita dan mengerti betul kebenaran suatu
sejarah, diantaranya:
a.
Alasan
sebenarnya Columbus pergi berlayar
Columbus memperkosa putri salah satu bangsawan
Spanyol yang masih berusia 13 tahun. Pengadilan tidak bisa memutuskan ia harus
dihukum mati, sehingga akhirnya Ratu Isabella mengirimnya dalam misi mencari
benua baru (saat itu tujuan utama adalah mencari India) dandengan harapan
Columbus tidak akan bisa pulang kembali.
b.
Jurnal
Columbus
Saat akhirnya Columbus mendarat pertama kali di
Benua Biru Amerika, ia masih mengira inilah tanah India. Saat itu para penduduk
asli menyambut Columbus dengan gembira. Namun, sebaliknya apa yang ditulis
Columbus dalam jurnalnya?“Mereka
membawakam kami burung beo, bola kapas dan tombak dan banyak hal lainnya
sebagai hadiah. Mereka rela memperdagangkan segala yang mereka miliki... Mereka
tidak memanggul senjata, padahal saya menunjukkan pedang. Mereka tidak memiliki
besi. Tombak mereka terbuat dari tebu...
Mereka akan dengan mudah kami taklukan menjadi budak... Dengan lima puluh orang saja, kita bisa
menundukkan mereka semua dan membuat mereka melakukan apapun yang kita
inginkan.”
Columbus juga menulis, “Saya percaya bahwa mereka akan dengan mudah menjadi orang Kristen
buatan, karena sepertinya mereka tidak beragama.”Dalam catatan hariannya,
Columbus mengakui bahwa saat ia tiba di Hindia (ia saat itu masih percaya telah
menemukan India, bukan Amerika), ia menyiksa penduduk pribumi, menggantung,
mencambuknya, hanya demi satu informasi penting: di mana ada emas?
Helen Ellerbe, dalam “The Dark Side of Christian
History” (hal. 86-88) menggambarkan keberingasan Columbus. Selain menyiksa, ia juga sering memperkosa
perempuan-perempuan pribumi lalu mencambuk mereka demi kesenangan belaka.
Koloni yang dibawa Columbus pada pelayaran
berikutnya (1496) diklaim bertanggungjawab atas kematian 34 juta penduduk asli
Amerika. Setelah mengetahui fakta-fakta
tersebut, kini apakah masih pantas Columbus disebut tokoh besar penemu Amerika,
diperingati seluas dunia dengan “Columbus Day”? Setelah mengetahui fakta
kekejaman dirinya?
Dari sini kita tahu bahwa buku benar-benar
memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap pembacanya. Terlebih lagi buku dapat memberikan kebenaran
tentang suatu peristiwa atau sejarah.
Sejarah mengenai benua Amerika yang menitikberatkan kepada Christopher
Columbus yang ditulis dalam bukunya yang berjudul A People’s History of the United States merupakan bentuk
pengaplikasian dari artikel Howard Zinn mengenai Speaking Truth to Power with Books.
Dalam hal ini, kaitannya dengan artikelnya tersebut yaitu bahwa Zinn
berani mengungkapkan kebenaran mengenai sejarah yang terjadi di benua Amerika,
dan yang menjadi sasarannya adalah Christopher Columbus yang selama ini dikenal
sebagai penemu benua Amerika. Namun
dibalik itu semua, terdapat sisi negatif dari Christopher Columbus yang tidak diketahui
oleh khalayak ramai. Zinn mengungkapkan tentang
Columbus sebagai pembunuh, penyiksa, penculik, mutilator orang pribumi,
munafik, orang yang tamak mencari emas, bersedia untuk membunuh orang dan
mencincang orang. Tentunya itu merupakan
hal yang mengejutkan. Dari situlah bahwa
suatu kebenaran dalam bertutur yang mengungkapkan sejarah dapat dituliskan
dalam sebuah tulisan yang akan memberikan efek yang sangat kuat terhadap
pembacanya, yaitu melalui benda yang bernama buku.
Dengan demikian, artikel Howard Zinn mengenai Speaking Truth to Power with Books tersebut
membuka mata dan pikiran kita bahwa suatu kebenaran dalam bertutur atau berucap
itu memang harus diungkapkan kebenarannya, terlebih lagi jika hal tersebut
mengenai sejarah. Hal itu dapat
dituliskan dalam sebuah media yang disebut dengan buku. Sebuah media yang disebut dengan buku ini
memang memberikan efek yang sangat besar terhadap pembacanya. Terlebih lagi bahwa buku dapat mengubah hidup
dan pemikiran seseorang, bahkan yang lebih hebatnya lagi buku dapat mengubah
dunia. Oleh karena itu, kita sebagai
pembaca harus bisa menjadi pembaca yang berpikir kritis dalam memilah dan
memilih sebuah buku serta mampu memahami isi dari buku tersebut, karena sebuah buku
akan memberikan efek yang sangat besar terhadap pembacanya.
perlahan tapi pasti saya mulai suka dengan masakan kamu dengan yang disajikan dengan cara sederhana namun aksennya terasa. Namun, sayangnya tidak ada struktur generik yang memagari aliran gagasan kamu. Dan juga belum nampak di sini keberanian kamu untuk mengkritisi artikel Howard Zinn
BalasHapus