Flew towards end point of literacy
Malam
seakan mencengkeram, mengubah kegelapan menjadi terang. Ayam bekokok dan itu pertanda dari pergantian
malam dengan siang. Sangat class, namun
cepat sekali perubahan itu seperti yang kulalu minggu kemaren saya telah
menyelesaikan review yang keenam, namun sekarang class review yang akan saya
bahas secara tuntas dan habis adalah class review yang ketujuh. Kali ini akan kulalui awan kegelisahan
menjadi awan keceriaan dan akan kutuliskan class review ini menjadi cita rasa
yang begitu melezatkan. Menginginkan
kesuksesan dalam mata kuliah walaupun susahnya ibarat mengejar tulang
darigigitan anjing yang sedang berlari kencang akan sampai mana dan seberapa
jauhnya nan sulitna tetap akan ku kejar, seperti inilah saya dalam mata kuliah
writing akademik ini.
Keyakinan yang semakin kuat bahwa
akan tiba dimana saatnya kata bahagia membawa kita pada sebuah sejarah. Sejarah kita akan tercatat pada diri kita
sendiri untuk dikenang dan diubah menjadi sebuah hal yang positif meyakinkan
suatu pengorbanan adalah kunci kesakitan yang tiada tara utnuk dibayar sekalipun dengan
harta. Menjalani suatu pengorbanan
adalah hal yang terindah karena kita dapat merasakan pahit manisnya suatu
perjuangan. Pengorbanan akan mengajarkan
banyak energy positif untuk keluar pada diri kita . mengajarkan banyak energy positif untuk
keluar dari diri kita. Mengajarkan akan
arti menghargai, bersosialisasi, menetapkan sebuah prinsip hidup yang akan saya
bahas masih mengenai teks.
Pengertian Teks
Sebuah
teks adalah terdiri dari unit-unit bahasa dalam penggunaanya. Unit-unit bahasa tersebut adalah merupakan
unit gramatikal seperti klausa atau kalimat namun tidak pula didefinisikan
sebagai ukuran panjang kalimatnya. Teks
terkadang pula digambarkan sebagai sejenis kalimat yang suer yang lebih panjang
daripada suatu kalimat yang saling berhubungan satu sama lain. Sebuah
teks dianggap semantic yaitu unti bahasa yang berhubungan dengan bentuk
maknanya. Teks merujuk pada bentuk
konkrit penggunaan bahasa berupa untaian kalimat yang mengemban preposisi-preposisi
sebagai suatu keutuhan. Menurut Fowler (Sugira Wahid
dan Juanda; 2006; 7) wacana tentu berbeda dengan teks, sebab wacana
merujuk pada kompleksitas aspek yang terbentuk oleh interaksi antara aspek
kebahasaan sbagaimana terwujud dalam teks dengan aspek luar bahasa. Interaksi tersebut selain menentukan
karakteristik bentuk komunikasi ataupun pengguanan bahasanya juga menentukan
karakteristik bentuk dalam teks. Menurut Halliday mengemukakan
bahwa teks selalu dilingkupi oleh konteks budaya. Konteks situasi adalah kseluruhan lingkungan
baik lingkungan tutur maupun lingkungan tempat teks itu diproduksi. (diucapkan atau ditulis). Diatas konteks situasi tedapat konteks budaya
yang melingkupi teks dan konteks situasi dan konteks budaya.
Jejak Halliday
tersebut dapat ditemukan dalam pandangan Fowler
(1986; 70) bahwa satuan bahasa dalam penggunaan yang nyata lebih dari
sekedar teks yang dibangun bersama-sama dengan konvensi dasarnya, tetapi lebih
banyak berupa wacana daripada yang sudah dilahirkan itu. Fowler membedakan konsep teks dan wacana
dibangun dari teks dan konteks untuk melihat bahasa sebagai teks membawa kita
pada kajian keseluruhan unit-unit komunikasi yang dilihat sebagai struktur
sintaksis dan semantic yang koheren yang dapat diucapkan dan ditulis. Dalam pandangan kritis, teks dipandang
sebagai secara dinamis sebagai komunikasi interpersonal dalam konteks. Dengan demikian teks dapat dibandang sebagai
medium wacana. Untuk melihat bahasa
sebagai wacana membawa kita kepada keseluruhan proses interaksi lingual yang
rumit anatara masyarakat yang mnghasilkan dan masyarakat yang memahai teks.
Wacana dan Ideologi
Bagaimana
suatu teks dimaknai? Mengapa seorang memaknai dan menafsirkan teks wacana
dengan pandangan tertentu atau bagaimana teks dibentuk dengan cara tertentu? Apa yang menyebabkan pemaknaan seperti
itu? Menurut
John Fiske,
makna tidak intrinsic ada dalam teks itu sendiri. Seseorang yang membaca suatu teks berita
tidak menemukan makna dalam teks, sebab yang ditemukan adalah pesan dalam
teks. Makna itu doproduksi lewat proses
yang aktif dan dinamis, baik dari sisi pembuat maupun khalayak pembaca. Pembaca
dan teks secara bersama-sama mempunyai andil yang sama dalam memproduksi
pemaknaan, dan hubungan tersebut menempatkan seseorang sebagai suatu bagian
dari hubunganya dengan system teta nilai yang lebih besar dimana dia hidup
dalam masyarakat. Pada titik inilah
ideology bekerja.
Ada banyak definisi tentang ideology. Raymon William
mengklasifikasikan penggunaan ideology tersebut dalam tiga ranah. Pertama,
sebuah system kepercayaan yang dimiliki oleh kelas tertentu. Definisi ini terutama dipakai oleh kalangan
psikologi yang melihat ideology sebagai seperangkat sikap yang dibentuk dan
diorganisasikan dalam bentuk yang koheren.
Sebagai missal, seseorang mungkin mempunyai seperangkat sikap tertentu
mengenaidemonstras buruh. Ia percaya
bahwa yang berdemonstrasi mengganggu kelangsungan prduksi. Akibatnya, perusahaan tidak bisa memproduksi
barang dan mengalami kerugian besar, yang akibatnya akan ditanggung oleh buruh
sendiri. Oleh karena itu, demonstrasi
buruh tidak boleh ada karena hanya akan menyusahkan orang lain dan membuat
keresahan dan kemacetan lalu lintas.
Jika kita bisa memprediksikan sikap semacam itu, kita dapat mengatakan
bahwa seseorang mempunyai ideology kapitalis atau borjuis. Meskipun ideology disini terlihat sebagai
sifat seseorang, tetapi ideology disini, tidak dipahami sesuatu yang ada dalam
diri individu sendiri, melainkan diterima dari mayarakat. Ideology bukan system yang unik yang
dibantah oleh pengalaman seseorang tetapi ditentukan oleh masyarakat dimana ia
hidup.
Kedua,
sebuah system keppercayaan yang dibuat-ide palsu atau kesadaran palsu yang bisa
dilawankan dengan pengetahuan ilmiah. Ideology dalam pengertian ini adalah seperangkat kategori yang dibuat
dan kesadaran palsu dimana kelompok yang berkuasa atau dominan untuk
menggunakannya mengontrol kelompok lain dengan menggunakan perangkat ideology
yang disebarkan kedalam masyarakat akan membuat kelompok yang didominasi
melihat hubungan Nampak natural, dan diterima sebagai kebenaran. Disini ideology disebarkan lewat berbagai
instrument dari pendidikan, politik sampai media massa.
Ideology disini bekerja sebagai hubungan social yang Nampak nyata, wajar
dan alamiah, dan tanpa sadar kita menerima sebagai kebenaran. Berita mengenai pencuri yang berasala dari
kelompok bawah kita terima sebagai sesuatu yang nyata, kita tidak merasa heran
dan aneh.
Ketiga,
proses umum produksi makna dan ide.
Ideology disini sebagai istilah yang digunakan untuk menggambarkan
produksi makna. Berita demonstrasi
pabrik gudng garam itu secara umum menggambarkan apa yang dilakukan oleh buruh
dan bagaimana dampaknya bagi produksi perusahaan, perekonoman masyarakat, dan
pemerintah yang dtekankan disini bukan kecilnya gaji yang diterima oleh buruh tetapi
sikap buruh pabrik yang merugikan banyak pihak.
Berita secara tidak sengaja membuat pembalikan/oposisi bahwa buruh
anarkis, perusahaan bagus. Perusahaan
berperan dalam perekonomian daerah dan nasional, sedangkan guru menciptakan
kekacauan. Buruh anarkis mau menang
sendiri, menolak jalan damai, sementara pihak perusahaan digambarkan sebagai
korban anarkis menawarkan jalan damai, dan kekeluargaa. Perbedaan itu secara jelas terlihat dalam
teks dengan berbagai komentar yang ada dan diterima taken for granted.
It sec
Berita itu secara ideology adalah
kapitalis. Dalam ideology semacam itu,
kekuatan capital diangap dan dipandang sebagai paling berperan dalam produksi
masyarakat. Buruh hanyalah sekrup yang
bekerja demi terselenggaranya produksi yang pada akhirnya menciptakan
produktifitas dalam masyarakat.
Bagaimana ideology ini bekerja dalam memproduksi makna dapat dilihat
dari bagaimana tindakan masyarakat dan pengusaha itu digambarkan dan bagaimana
posisi kelompok yang terlibat diposisikan.
v Pembacaan Teks
Dalam
konsepsi Max,
idologi adalah sebentuk kesadaran palsu.
Kesadaran seseorang, siapa mereka,
dan bagaimana mereka menghubungkan dirinya dengan masyarakat dibentuk dan diproduksi oleh masyarakatm
tidak oleh biologis yang diamati,
hubungan antara pembuat teks dan pembaca teks. Menurut Stuart Hall
(1986; 136-18) ada tiga bentuk pembacaan/hubungan antara penulis dan
pembaca dan bagaimana pesan itu dibaca anatara keduanya. Hal yang menarik adalah hubungan antara pembacaan teks dan dengan posisi ideology baik pembuat
teks atau pembaca teks. Pembacaan dominan
atas teks secara hipotesis akan terjadi kalau baik pembuatnya atau pembacanya
mempunyai ideology yang sama. Adanya
ideology yang sama ini menyebabkan, tidak ada beda
pandanagan antara penulis dan pembaa.
Akibatnya, nilai-nilai pandangan
yang dibawa oleh pembuat teks bukan hanya disetujui oleh pembaca, lebih jauh
dinikmati dan dikonsumsi oleh pembaca teks.
Pada titik ini tidak ada proses atau perlawanan dari pembaca. Pembaca akan menafsirkan dan memamknai teks
dalam apa yang ditawarkan oleh penulis
Dalam teori
Althusser tentang ideology menekankan bagaimana kekuasaan suatu kelompok
yang dminan dalam mengontrol kelompok lain.
Pertanyaanya, bagaimana cara
atau penyebaran ideology itu dilakukan? Pada titik ini, teori Gramscitentang
hegemoni layak dikedepankan. Antonio Gramscimembangun
suatu teori yang menekankan bagaiamana penerimaan kelompok yang didominasi
terhadap kehadira kelompok dominan berlangsung dalam proses yang damai, tidak
dengan tindakan kekerasan. Konsep hegemoni menolong kita menjelaskan
bagaimana suatu proses berlangsung. Konsep
hegemoni dipopulerkan oleh ahli filsafat terkemuka Italia,
Antonia Gramsci yang berpendapat bahwa kekuatan dan dominasi kapitalis tidak hanya
melalui dimensi material dari sarana ekonomi dan relasi produksi, tetapi juga
kekuatan (force) dan hegemoni. Jika
yang pertama menggunakan daya paksa
untuk membuat orang banyak mengikuti dan mematuhi syarat-syarat suatu cara produksi atau nilai-nilai tertentu, maka yang
terakhir meliputi peluasan dan pelestarian “kebutuhan aktif” (secara sukarela)
dari kelompok-kelompok yang didominasi oleh kelas penguas lewat penggunaan
kepemimpinan intelektual moral, dan politik.
Hegemoni menekankan pada bentuk ekspresi , cara
penerapan, mekanisme yang dijalankan untuk mempertahankan dan mengembangkan
diri melalui kepatuhan para korbanya, sehingga upaya tersebut erasil
mempengaruhi dan membentuk alam pikiran mereka.
Proses itu terjadi dan berlangsung melalui pengaruh budaya yang
disebarkan secara sadar dan dapat meresap, serta berperan dalam menafsirkan
pengalaman tentang kenyataan. Seperti
yang dikatakan Raymon
William; 1991; 49) hegemoni bekerja melalui dua saluran
ideology dn budaya melalui nilai-nilai itu bekerja. Melalui hegemoni, ideology kelompok dominan
lebih disebarkan, nilai dan kepercayaan dapat ditularkan. Akan tetapi, berbeda
dengan manipulasi atau indoktrinasi, hegemoni justru terlihat wajar, itu menyatu
dan tersebar dalam praktek, kehidupan, persepsi, dan pandangan dunia sebagai
sesuatu yang dilakukan dan dihayati secara sukarela. Hegemoni bekerja melalui consensus ketimbang
upaya penindasansatu kelompok terhadap kelompok lain. Salah
satu kekuatan hegemoni adalah bagaimana ia menciptakan cara berfikir atau
wacana tertentu yang dominan yang dianggap benar, sementara wacana lain
dianggap salah. Ada suatu nilai atau consensus yang dianggap
memang benar sehingga ketika ada cara
pandang atau wacana lain diangga salah.
media disini seara tidak sengaja dapat menjadi alat bagaimana
nilai-nilai atau wacana yang dipandang dominan itu disebarkan dan meresap dalam
benak khalayak sehingga menjadi consensus bersama. Logman (1979;
345-346), misalnya pemberian mdia mengenai demonstrasi buruh, wacana
yang dikemangkan seringkali perlunya pihak buruh musyawarah dan kerja sama
dengan pihak perusahaan. Dominasi
semacam ini menyebabkan kalau buruh melakukan demonstrasi selalu dipandang
tiada benar.
Disini menggambarkan bagaimana
proses hegemoni bekerja. Ia berjalan
melalui suatu proses atau cara kerja
yang tampak wajar. Dalam produksi
berita, prose situ terjadi melalui cara
yang halus, sehingga apa yang terjadi dan dibicarakan oleh media tampak sebagai sesuatu kebenaran, memang
begitulah adanya, logis dan bernalar (common sense)dan semua orang
menganggap itu sebagai sesuatu yang tidak perlu dipertanyakan. Atau dalam bahasa
Stuart Hall, proses hegemoni itu sendiri
bahkan menjadi ritual yang seringkali tidk disadari oleh wartawan sendiri.
Jadi, ideology adalah factor yang
penting dan essential dalam analisis wacana. Berita disini melalui dpandang
dari kacamata “ideology” melalui mana kelompok yang dominan menyebarkan dan
menanamkan kepercayaan dan keyakinannya dalam mendefinisikan suatu kejadian. Setiap teks selalu dilihat secara ideologis
sebagai bentuk ekspresi dan ideology.
Disini,setiap teks selalu dilihat secara ideologis sebagai bentuk teori
besar atau filsafat. Tetapi ideology
juga dalam arti penandaan, yakni titik orang (posisi) dalam melakukan
interpresi. Disini teks sebagai
representasi dar hubungan kuasa yang tidak seimbang dan hubungan kuasa yang
tidak seimbang yang direpresentasikan dalam teks tersebut adalah bentuk dari
ekspresi ideologis. Analisis wacana tertarik dengan bagaimana ideology
menelusup dalam teks yang dikhayati secara bersama.
Pada pertemuan keenam sedikit akan
saya ulas terdapat beberapa point yang telah dipaparkan oleh mr. Lala
Bumela, diantaranya yaitu:
ü Salah
satu tugas penulis adalah untuk mengungkap kemunginan-kemungkinan pemahaman
baru.
ü Menjangkau
bentu-bentuk baru dari pemahaman yang meliputi tiga tahap penting: emulate
(meniru)-discover(menemukan)- create (menciptakan).
ü Menulis
adalah masalah menciptakan affordancedan mengekspresikan potensi makna menulis
adalah semogenesis.
ü Thesis
statement merupakan tahapan yan sangat pemnting untuk membuat dialog awal
dengan harapan pembaca..
Padaayat
utama emulate-discover-create artinya yaitu bahwa kita sebagai penulis
baru,tahap yang pertama kali kita lakukan yaitu meniru (emulate). Dengan meniru kita dapat mengetahui
pengetahuan (wawasan) yang lebih luas.
Sebis baru, hal yang wajar apabila dalam menulis terdapat hal yang
peniru karena dalam menirulah kita bisa mengetahui bagaimana cara menulis yang baik. Taha kedua yaitu discover (mencari
cerukn (baru), kita menggunakan data
yang sebanyak-banyaknya untuk bahan kita menulis, setelah kita sudah menemukan
bahan tersebut data dan fakta tersebut sebagai topic perubahan kita, kita bis
menginjak tahap yang ketiga yaitu create.
Dalam tahap create inilah tahap yang dapat menyalurkan semua pikiran
kita terhadap sebuah tulisan.
The enlightened +
the literate= the issue of knowledge
Affordance
(mempunyai kekuatan yang baru untuk menghasilkan sesuatu yang baru + meaning
potentials (semogenesis)
Semogenesis,
penciptaan makna telah dipromosikan oleh Halliday
dan Matthiesse (1999) sebagai “pedoman” dalam presentasi mereka tentang
teori fungsional sistematik dan bahasa yang dimiliki dan dirinya sendiri
sumberdaya dengan orang yang dapat menciptakan makna baru. Semogenesis adalah sebuah istilah Hallidaay dan Matthiessen (1999; 17) diciptakan
untuk merujuk pada penciptaan makna.
1. A
phylognetic dimension: dimensi filogenetik untuk mencapai evolusi dalam bahasa
dan dalam bahasa tertentu.
2. An
ontogenetic: dimensi ontogenetic untuk
mencakup perkembangan linguistic dalam individu.
3. A
logogenetic: dmensi logogenetic untuk mencakup terungkapnya makna dalam actual wacana.
Makna terus diciptakan,
ditransmiikan, diciptakan ulang diperpanjang dan diubah
(199; 18) dengan proses yan beroperasi
dimasing-masing dimensi, atau kerangka waktu.
Dengan demikian secara umum, kemampuan manusia untuk menggunakan bahasa
untuk mengubah pengalaman kami menjadi tindakan komunikasi memnugkinkan seorang
individu untuk berkomunikasi apa yang dimaksud dalam bahasa tertenutu pada
suatu titik wktu tertentu.
Halliday dan matthiessen (1999 18-22)
menggmbarkan tiga jenis proses dimana potensi dapat diperluas. Tanda linguistic baru dapat diproduksi, yaitu
proses “inovasi” atau tanda linguistic dapat dibagi kelezatan semantic, kita akan menyebutnya
proses “differentiation”, dan tanda dapat “mendekonstruksi” yaitu makna dan
realisasdalam kata-kata dapat terlepas dari satu sama lain dan kembali melekat
pada susunan kata dan makna lainya. Mari kita gambarkan masing-masing proses pertama,
inovasi. Otogenetically saya mungkin
memperoleh tanda yang sebelumnya tidak saya ketahui. Misalnya, ketika saya
diberi recognized adalah baru bagi saya.
Proses kedua untuk menciptakan makna baru differensiasi. Pada abad ke-16 Inggris, temptation disebut
semua jenis pengujian, sehingga membawa kami dalam pencobaan adalah permohonan
untuk cadangan kami dari segala bentuk pengujian. Proses ketiga, untuk menciptakan
makna baru adalah dekonstruksi.
Dua bagian dari tanda makna, dan realisasinya dalam kata-kata yang
diidentifikasi secara terpisah. Halliday
dan Matthiessen (1999; 21) menggambarkan proses ini adalah awalnya oleh
pemisahan “kata benda” sebagai realisasi.
Begit
jelas sekali bukan, penjelasan diatas?, sekarang kita tengok lagi slide yang mr. Lala
berikan pada pertemuan keenam, menengok slide yang ketiga yaitu:
The Flame that Fires Up My Soul
Komentar Milan Kundera (di L’Art du roman, 1986). Untuk menulis, berarti untuk
penyair untuk menghancurkan dinding dibelakang yang sesuatu “selalu ada”
disembunyikan. Dalam hal initugas
penyair tidak berbeda dari karya sejarah, yang juga menemukan daripada
menciptakan’ sejarah seperti penyair mengungkapkan dalam situasi yang selalu
baru kemungkinan manusia sampai sekarang masih tersembunyi.
History of Intellectual Culture
Milan Kundera on Politics and the Nove
Yvon Greiner
History of Intellectual Culture,
2006 2
Refleksi
Kundera
pada seni dan politi tidak berjumlah uraian yang komprehensif dan sistematis
menurut standar filsafat atau ilmu-ilmu social.
Namun demikian wawasan kundera membantu kita menghargai sifat dan
keterbatasan pandangan orang dalam politik.
Selain itu, mereka memberikan komentar bijaksana pada politik eropa
tengah dan budaya. “The Art of the Novel (L’Art du
roman)”, perjanjian betrayed” (“les wasiat trahis) dan baru ini Le
Rideau the curtain”, tiga sebagian pemkiranya tentang seni dan
politik adalah objek eksperimen sastra dan novel-novelnya baik dalam struktur
tematik novel itu sendiri atau dalam selfstanding refleksi dan penyimpangan
dirumuskan oleh karakter atau narrator.
Artikel ini khusus berfoku terutama pada essai Kundera , pada dasarnya
karena ini adalah dmana Kundera secara eksplisit dan sengaja menggunakan
register proposional yang cocok untuk universalitas hukum contradiction. Saya seorang ilmuwan politik yang tertarik
pada pendekatan interdisipner. Apa yang
saya usulkan disini adalah analisi ide Kundera pada kontras antara seni dan politik. Sembilan essai Kundera pada misi novel
tampaknya ditulis untuk membela novel dan apa yang diwakilinya (budaya,
peradaban, kebijaksanaan, otonomi) terhadap apa yang ia lihat sebagai dunia reduktif ideology.
Namun, tulisan-tulisan Kundera pada misi novel dipenuhi komentar yang
menarik dan berwawasan politik. Banyak
novelnya dapat dengan mudah ditafsirkan sebagai novel politik. Hasilnya adalah dimana keteganagan antara maksud
dari penulisan “niat teks” menghasilkan ambiguitas dan merangsang untuk kedua
ilmuwan social.
Kundera intinya adalah tidak untuk
memisahkan pada semuanya (dan membayangkan seni pada umumnya) dari
politik. Imajinasi sastra tidak karena
ia pernah berkomentar tentang kafka,”penggelapan
seperti mimpi atau subjektivitas murni melainkan alat untuk menembus kehidupan
nyata, untuk menginstalnya, untuk mengejutkan itu. Dengan “kehidupan
nyata”, Kundera berarti
pengalaman manusia secara keseluruhan, termasuk politik. Bahkan,
novel (komentar dibayangkan berlaku lebih umum untuk literature dan bahkan
untuk seni) harus melakukan “penetrasi” dan unmarking” politik. Ini tidak boleh ditembus dan dimanipulasi
oleh itu seperti halnya dengan banyak “seni pilitik” dalam bentuk yng paling
didaktiknya. Novelis berbicara tentang
politik, tetapi dari posisi lebih tinggi dari politik yang tidak pernah gagal
untuk mengelilingi politik dengan konteks budaya yang lebih luas dan lebih
bermakna.
Komentar Kundera
tentang hakikat dan misi budaya dan seni yang unggul umumnya berfokus pada
novel sebagai bentuk seni. Dia
mendefinisikan novel sebagai bentuk prosa besar dimana seorang penulis), benar-benar mengeksplorasi melalui diri
eksperimental (karakter) beberpa tema besar dan keberadaan. Dengan novel “ia berarti” novel eropa”
dipelopori oleh Boccaccio, Rabelais dan Carvants
dirayakan oleh inggris dan penulis perancis di abad ke delapan belas, dan
baru-baru pada abad kedua puluh, Rusia dan Eropa Centro penulis seperti Tolstoy, Kafka,
Musil, Broch, dan Gombrawicz.
Kundera adalah sesuatu tetapi sederhana ketika mengomentari misi novel
Erop dan belakangnya peradaban barat telah gagal untuk mengenali novel sebagai bentuk seni modernitas mengomentari “Rosdhie
Affair” Kundera menyimpulkan bahwa
“kutukan Rusdhie dapat dilihat
bukan sebagai peristiwa kebetulan, penyimpangan, tetapi sebagai konflik paling
mendalam antara dua yang paling penciptaan perwakilan”;novel.
Konjungsi pemikiran eksperimental
dengan ketidak pastian polifoni, dan pencarian abadi, cara
ideology terhubung kebenaran, dogma dan penghakiman terakhir. Dalam komentar pada carvantes, Kundera berpendapat manusia mengingikan
dunia dimana yang baik dan yang jahat dapat dengan jelas dibedakan, karena ia
memiliki keinginan bawaan dan tak tertahankan untuk menilai sebelum ia mengerti
Agama dan ideology yang didirikan pada keinginan ini. Mereka dapat mengatasi dengan novel hanya
dengan menerjemahkan bahasanya relativitas dan ambiguitas dalam wacana
apodiktis dan dogmatis mereka sendiri.
Mereka membutuhkan seseorang yang benar; baik Anna Kireina adalah Korban
dari seseorang wanita tidak bermoral baik K adalah orang yang tidak bersalah
hancur oleh pengadilan yang tidak adil, atau pengadilan mewakili keadilan
illahi dan K bersalah. Ini “baik-atau”
merangkum ketidakmampuan untuk mentolerir relativitas penting dari hal-hal
manusia, ketidakmampuan untuk melihat secara jujur pada adanya hakim agung.
Jika sastra dan novel adalah pencair
seperti pemerintah tirani, sebuah sumur tanpa dasar tidak hormat pada otoritas,
mengapa itu begitu dihargai, sejak zaman dahulu, leh penguasa absolute? Seperti
zaman kita. Seperti Rolan
Bleiker katakana tampaknya
bahwa “semakin otoriter penguasa, semakin bergairah cinta mereka terhadap
sastra. Radovon
Karaduc, Saddam Husein, Muamar al-Gaddafi, Saparamurat Niyazov, atau Kim Jong-il
hanya nama beberapa contoh baru, semua mengklaim telah menulis
karya-karya puitis. Tiran
sering gagal keduanya memiliki kesamaan kerinduan untuk kemenangan kehendak
melawan segala rintangan. Dalam
kebadian, karakter menegaskan Lenin menyatakan bahwa
ia mencintai Beethoven
Appasionate diatas segalanya, apa
iya itu benar-benar mencintai apa yang dia dengan music atau suara megah yang
meningkatkanya pada kepeduliaanya serius dalam jiwanya, kerinduan untuk darah,
persaudaraan, eksekusi, keadilan, dan absolute?, apakah dia bera; sukacita dari
nada, atau dari renungan dirangsang oleh orang yang tidak ada hubunganya dengan
seni atau dengan keindaahan.
Untuk menjelaskan afinitas elektif
sastra dengan baik kebebasan dan ketidakbebasan apa yang dibutuhkan bisa dibilang merupakan apresiasi terhadap pentingnya
masing-masing dan saling mempengaruhi dari penulis sndiri Versus apa sosiolog
Pierre Bourdieu menyebut “Le Champ
Literature (bidang sastra) yang berarti dia mikro masyarakat yang
lebih luas atau kurang dilembagakan terbuat dari praktek dan habitus, dan
dimana penulis menulis, sosialisasi, menerbitkan, debat, dan sebagainya. Sama pentingnya adalah interaksi antarayang
juara tertentu dan daerah lain, termasuk bidang politik. Jka ada korelasi antatara sastra dan
kebebasan novel dan politik non-otoriter, melibatkan tidak begitu banyak
disposisi penulis politik tetapi produksi kondisi sastra sendiri,
ditengah-tengah yang satu menemukan beberapa kondisi fundamental bagi kebebasan
itu sendiri; imaginasi, pecakapan dan kritik.
Jika, seperti George
Steiner berpendapat semua seni
serius, music dan sastra adalah tindakan penting, “ pernyataan counter untuk
dunia,” itu karena terkonstruksi, interaksi selektif antara kendala yang
diamati dan kemungkinan tak terbatas dari yang dibayangkan, “hamper terlepas
dari keyakinan politik artist/writer.
Kundera tidak hanya mengadopsi seni
untuk posisi ia mencoba menemukan posisi dari mana bisa ia jelaskan
dipolitik. Namun, tetap kukuh anti
politik dengan kata lain bukan hanya politik.
Dari perspektif ilmu politik hal ini menunjukan sebuah pertanyaan
menarik dan dinilai dari luar? Apakah ada hal seperti itu sebgai logika politik
yang satu terikat untu mengadopsitentang politik, mendorong kami disalah satu
politik, secarasadar atau tidak, ketika berfikir satu politik banyak alternative dan jauh dari
titik pandang darimana politik dapat dikritik secara keseluruhan? Kundera menunjukan bahwa itu adalah layak
untuk mengkritik politik dari perspektif novelis jika ada yang puas dengan apa novelis
yang terbaik; meneliti dan bahkan memberikan penilaian sekaligus menjaga
dimensi proposional atau terpogram kritik terbuka. Dengan kata lain apa yang mungkin dan bahkan
berguna sebagai pelengkap orientasi hasil aksi politik adalah dosis yang baik
dari kritik yang tidak bertanggung jawab.
Ini biasanya tidak menghasilkan posisi sepenuhnya koheren atau praktis. Namun, William Phillis
tepat menunjukan bahwa cepat atau lambat tidak menyerah terhadap tuntutan
tanggung jawabvpasti akan berbenturan dengan masalah rasional dan pramatis
politik. Agar lebih bermakna dan menarik
, cepat atau lambat posisi politik harus menghadapi kekhawatiran rasional dan
pragmatis politik karena politik juga (Kundera memilih untuk menghitungkan
bunyi dalam percakapan itu) tentang pilihan dan keputusan.
Jadi, sejauh mana sosok manuisa
bernama penyair mampu mengada dalam sejarah?
Martin
Heidegger (1997) menyebut puisi sebagai media terbaik
manuisa untuk mengada, karena puisi memiliki karakteristik
yang paing mampu menghadirkan makna dunia yang melimpahi dan meneguhkan
kesadaran. Untuk menaikan
misi ini penulis/penyair harus menolak pelayanan kebenaran yang diketahui
sebelumnya, kebenaran sudah jelas karena selalu mengambang dipermukaan. Untuk meningkatkan “kuasa” para penyairdalam
sejarah modern, panggung festival dan industry penerbitan saja tidak
cukup. Kita membutuhkan mekanisme
sanggup menghubungkan puisi dengan Agama, keluarga, kekerabatan,
kekuasaan, perusahaan, dan pemerintahan yang luar biasa kompleks, karena
keragamanya Negara ini. Disamping
itu ideology yang dibawa para penyair juga mampu menyentuh “meta-sejarah”
yang menjembatani komunikasi bangsa yang beaga ini, tidak hanya melakukan kreasi estetis berdasarkan betuk estetis kendati dalam kadar tertentu bentu estetis juga menentukan ideologinya. Jika mekanisme
tersebut berhasil dilakukan, para penyair modern setidaknya bisa ikut menunda “keruntuhan sejarah” bangsanya yang sedang mengalami
otomisasi diberbagai bidang, atau bahkan menjadi dirijen sejarah
berdasarkan irama puisi-puisinya, untuk bergerak mengikuti pancaran ideology yang
mereka buatkan. Serta sejarah
merupakan proses penciptaan manusia yang tidak pernah putus, itu bukan karena alasan
yang sama (dan dengan cara yang sama)
proses yang tak berujung penemuan diri manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic