Chapter review
Di
dalam bab 6 ini, pak Haidar mencantumkan beberapa metode atau
pendekatan-pendekatan amg dilakukan oleh para ahli bahasa terhadap pengajaran bahasa
asing yang terbagi menjadi 5 garis besar.
*
Pendekatan struktural dengan grammar
translation methods.
Mtode
ini menggunakan fokus pembelajarannya pada bahasa tulis dan penguasaan tata
bahasa.
*
Pendekatan Audiolingual atau dengar ucap
Pendekatan
tersebut berprioritas terhadap latihan dialog-dialog pendek untuk dikuasai oleh
siswa.
*
Pendekatan kognitif dan transformatif
Pendekatan
kognitif ini berfokus pada menyalurkan dan menumbuhkan potensi-potensi yang
telah ada dalam diri siswa khususnya dalam hal berbahasa.
*
Pendekatan communuicative competence
Pendekatan
itu dietus oleh Hymes(1976) dan Widdowson(1978) yang menjelaskan tujuan dari
pengajaran bahasa adalah menjadikan siswa mampu berkomunikasi dalam bahasa
target, mulai dari komunikasi terbatas sampai dengan komunikasi spontan atau
alami.
*
Pendekatan Literasi
Pendekatan
ini berdasarkan kurikulum 2004 di Indonesia yang menerangkan bahwa tujuan dari
pembelajaran adalah mnjadikan siswa mampu menhasilkan wacana yang sesuai dengan
tuntutan kontek komunikasi. Pembelajarannya
pun dilakukan menjadi empat tingkatan, yaitu:
1. Membangun
pengetahuan
2. Menyusun
model-model teks
3. Menyusun
teks secara bersama-sama
4. Menciptakan
teks sendiri
Definisi Literasi
Dalam
ilmu kebahasaan, kata literasi tentu sudah tidak asing lagi didengar oleh guru
yang berkecimpung di dunia bahasa. Kata
literasi ternyata memiliki arti yang cukup luas seiring dengan perkembangan
zaman dan perkembangan teknologi. Arti
literasi yang lama adalah kamampuan seseorang dalam hal membaca dan
menulis. Pada zaman yang cukup kejam
ini, kemampuan baca-tulis saja tidak cukup .
kita dituntut untuk bersaing di kalangan dunia yang telah mengglobal
ini. Atas dasar itu lah para ahli atau
pakar dari pendidikan dunia mengeluarkan pradigma baru dalam menafsirkan
litersi dan pembelajarannya seperti literasi komputer, literasi media dan
sebagainya.
Adanya
perubahan makna literasi (bisa dilihat hal :160 bab 6) disana terdapat
perubahan makna yang sudah tentu mengakibatkan perubahan terhadap
pembelajarannya. Rujukan literasi yng
cenderung semakin luas dn kompleks, lain halnya dengan rujukan linguistik yang
cenderung relatif konstan. Literasi
sudah jelas erat kaitannya dengan penggunaan bahasa, dan kini merupakan kajian
lintas disiplin yag saling berhubungan.
*
Dimensi Geografis(loksl, nasional,
regionsl, internasional)
*
Dimensi Bidang (pendidikan, komunikasi,
administrasi, hiburan, militer,dll)
*
Dimensi Ketrampilan (membaca, menulis,
menghitung, berbicara)
*
Diensi Fungsi (memecahkan persoalan,
mendapatkan pekerjaan, mencapai tujuan, mengembangkan potensi diri)
*
Dimensi Media (teks, cetak, visual,
digital)
*
Dimensi Jumlah (satu, dua, beberapa)
*
Dimensi Bahas (etnis, lokal,
nasional,regional, internasional)
Di bawah ini, ada 10
gagasan mengenai literasi yang menunjukan perubahan pradigma literasi sesuai
dengan perkembangan zaman serta ilmu pengetahuan sekarang ini.
Ø Ketertiban
lembaga-lembaga sosial
Di I ndonesia banyak sekali
lembaga-lembaga sosial. Misalnya, Rt, Rw,
kelurahan sampai dengan DPR yang tentunya menjamin ketertiban sosial. Dengan menjalankan dalam fasilitas bahasa,
ini akan menumbuhkan bahasa birokrasi atau bahasa politik.
Ø Tingkat
kefasihan relatif
Kefasihan berbahasa sangat diperlukan
dalam interaksi sebagai peran fungsional dalam setiap interaksi.
Ø Pengembangan
potensi diri dan pengetahuan
Literasi merupakan suatu hal yang sangat
penting untuk membekali orang-orang mengembangkan segala potensi yang ada dalam
dirinya masing-masing.
Ø Warga
masyarakat demokratis
Prioritas adanya pendidikan yakni tidak
lain untuk menhasilkan manusia yang memiliki literasi memadai sebagai warga
negara yang demokratis.
Ø Keragaman
lokal
Manusia cenderung membangun literasi
dalam konteks lokalnya sebelum memasuki konteks nasional, regional dan global.
Ø Hubungan
global
Salah satu dampak dari adanya teknologo
komunikasi taitu semua orang adalah warga dunia dan untuk bersaing ditingkat
dunia.
Ø Kewarganegaraan
efektif
Literasi juga bisa membekali manuasia
menjadi warga negara yang efektif yakni warga negara yang mampu mengubah diri,
menggali potensi diri, dan berkontribusi bagi keluarga, lingkungan dan negara.
Ø Bahasa
inggris ragam dunia
Adanya teknologo komunikasi, tentu
memaksa untuk memerlukan bahasa yang bisa diterima oleh semua pihak diseluruh
penjuru dunia.
Ø Masyarakat
semiotik
Semiotik adalah ilmu yang membahas tentang
tanda-tanda, kode, struktur, dan komunikasi.
Budaya adalah sisem tanda dan untuk menafsirkan tanda manusia terus
menguasai literasi semiotik.
Pendidikan bahasa berbass
literasi seharusnya dilaksanakn dengan mengikuti tujuh prinsip sebagai berikut:
1.
Literasi adalah kecakapan hidup yang
memungkinkan manusia berfungsi maksimal(sebagai anggota masyarakat)
2.
Literasi mencakup kemampuan reseptif dan
produktif dalam upaya berwacana secara tertulis maupun lisan.
3.
Literasi adalah kemampuan memecahkan
masalah.
4.
Literasi adalah refleksi penguasaan dan
apresiasi budaya.
5.
Literasi adalah refleksi(diri)
6.
Literasi adalah hasil kolaborasi
7.
Literasi adalah kegiatan melakukan
interpretasi.
Rapor Merah Literasi
Anak Negeri
Keikutsen
Indonesia dalam p punyapenelitian dunia yang dikenal dengan PIRLS, PISA, dan
TIMSS sejak 1999 menjadi bukti bahwa Indonesia mempunyai peran dalam pendidikan
di dunia. Proyek tersebut bertujuan
untuk mengukur literasi membaca, matematika, dan ilmu pengetahuan alam. Pada bab ini, telah dikutip beberapa temuan
penting dari PIRLS 2006 yang berkenaan dengan literasi membaca khususnya siswa
kelas IV. Indonesia pun membandingkan
posisi siswanya dengan negara peserta lainnya.
Dalam penelitian
tersebut, tujuan dari mmbaca meliputi:
a.
Literacy purposes
b.
Informational purposes
Sedangkan prosesnya
meliputi interpreting, integrating, dan evaluating. Berikut adalah temuannya:
1.
Skor prestasi membaca Indonesia adalah
407 (untuk semua siswa). Angka ini
merupakan dibawah rerata negara peserta.
Indonesia menempati urutan ke-5 dari bawah.
2.
Negara yang skornya diatas rerata
ditandai oleh pendapatan perkapita dan indeks.
3.
Ditemukan tiga kategori negara
berdasarkan perbandingan skor yang sesuai dengan tujuan membaca.
4.
Di Indonesia hanya tercatat 2% siswa
yang prestasi membacanya masuk kategori sangat tinggi.
5.
Tercatat 44% orang tua di Indonesia
terlibat dalam early hoe litaracy activities.
6.
Sekitar 13% siswa berada dalam kategori
high her, 77% kategori medium, dan 10% kategori low her.
7.
Orang tua siswa negara PIRLS 25% lulus
universitas, lulus SMA 21%, dan lulusan SMP 31% lulusan SD sebanyak 15%.
Dari ketujuh temuan
tersebut, kita dapat menarik pelajaran, yaitu:
·
Tingkat literasi siswa-siswa yang ada di
Indonesia cukup jauh tertinggal dengan ngara lain. Secara tidak langsung berarti pendidikan
nasional kita belum mampu untuk menciptakan warga negara yang literat yang
mampu bersaing dengan negara lain.
Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti pendapatan
nasional perkapita, pendidikan orang tua, fasilitas belajarnya, durasi belajar
di sekolah dan sebagainya. Manusia
literat merupakan SDM yang berperan penting dalam membangun bangsa. Pendidikan literasi adalah investasi jangka
panjang untuk membentu pribadi yang literat dan menjamin kehidupan sosial
ekonomi yang lebih baik.
·
Dalam laporan PIRLS tidak ditemukan
untuk skor prestasi menulis, yang menyebabkan kita tidak mengetahui bukti
korelasi antara skor membaca dan skor menulis.
Prestasi menulis seseorang sangat tergantung pada kemampuan
membacanya. Tanpa membaca dalam porsi
yang cukup banyak, tidak menjamin seseorang tersebut bisa menulis. Bagaimana dengan orang yang jarang membaca,
yang rajin membaca saja belum tentu bisa menjadi penulis.
·
Ternyata ilmuwan lebih banyak dari pada
jumlah dari penulis. Sampai dengan 2003,
Indonesia setiap 3 tahun memproduksi 6000 buku, jauh dibanding dengan negara
India yang menempati posisi ketiga setelah Amerika Serikat dan Inggris. Sementara itu, tercatat 231.786 orang dosen
di Direktorat Jendral Pendidikan. Bila
setiap dosen menjalankan kewajibannya menulis sebuah buku dalam setiap tiga
tahun, maka hasilnya akan bisa mengimbangi negara India.
·
Persoalan Indonesia seputar literasi
merupakan potret besar dalam skala internasional. Dalam laporan seprti ini tidak akan ditemukan
penyebab yang spesifik dan realisasi pengajaran literasi di
sekola-sekolah. Di dalam ruang lingkup
sekolah misalnya, kita harus mengetahui terlebih dahulu pemahaman guru mengenai
literasi dan penguasaan teknik pengajaran.
Pengajaran literasi harus diseimbangkan dengan keadaan sosialnya seperti
suasana rumah, suasana sekolah, suasana
masyarakatnya secara keseluruhan.
Ujung tombak dari pendidikan literasi adalah guru dengan langkah-langkah
profesionalnya yang tercantum dalam 6 hal:
1. Komitmen
profesional
2. Komitmen
etis
3. Strategi
analitis
4. Etika
diri
5. Pengetahuan
bidang studi
6. Ketrampilan
literasi dan numerasi
Implementasi
Berdasarkan
pemaparan diatas, orang literat adalah orang yang terdidik dan berbudaya. Rekayasa literasi adalah upaya yang disengaja
untuk menjadikan manusia terdidik dan berbudaya lewat pengusaan bahasa secara
optimal. Pengusaan bahasa adalah pintu
masuk menuju ke pendidikan dan pembudayaan.
Lembaga pendidikan formal atau sekolah merupakan situs pertama untuk
membangun literasi dibawah naungan pemerintah dan menggunakan dana publik. Kegiatan literasi dalam keluarga dan dalam
masyarakat berkontribusi pada tingkat literasi seperti yang telah dibahas pada
bab 6 ini literasi merupakan kemampuan membaca dan menulis. Dengan demikian, rekayasa literasi mengandung
arti merekayasa pengajaran mebaca dan menulis dengan memperhatikan 4 dimensi.
Pengajaran
bahasa yang meliputi membaca-menulis harus ditempatkan pada keempat dimensi.
Pengajaran bahasa dapat dikategorikan baik apabila bisa menghasilkan orang
literat yang mampu menggunakan keempat dimensi ini secara bersamaan dan
seimbang, aktif dan terintegrasi, menggunakan bahasa secara efektif dan
efisien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic