Kegiatan
rutin yang sering dilakukan saya yakni menulis dan membaca. Hal tersebut tidak
lepas dari predikat seorang mahasiswa.
Namun tidak sedikit dari mahasiswa yang hanya melakukan kegiatan
rutinitas tanpa tau segala sesuatu diluar sana yang mengharuskan mereka
menelaah bahkan mengkritisi suatu permasalahan berat dan mencari solusi dengan
cara apakah mereka mampu menyelesaikannya.
Dengan cara memberi kritik pedas untuk membangun, atau bahkan dengan
kekerasan sekalipun. Oleh karena itu saya mengambil satu judul pembahasan pada
tugas kali ini adalah PENDIDIKAN MERANGKUL SEMUA ASPEK
DALAM KEHIDUPAN. Melihat dari
beberapa kasus yang ada, sistem pendidikan di negara kita ini masih
kurang. Bukan hanya dari segi pendidikan
dasar, tetapi meluas pada ranah budaya, sosial, moral maupun agamanya. Pembahasan ini bertujuan untuk membangun
karakter suatu bangsa terutama dalam budi pekerti luhur para warganya. Seperti yang telah di utarakan dalam artikel
“Classroom Discourse to Foster Religious
Harmony” karya Prof. Alwasilah, memang benar bahwa pendidikan dasar itu
sangat penting untuk membangun bangsa yang bermoral dan beradab.
Dalam
pendidikan dasar akan diajarkan bagaimana menjadi warga negara yang taat,
beretika, beragama, bertoleransi dan bersosialisasi. Setelah membaca wacana tersebut, dapat di
lihat bahwa yang paling dominan dalam permasalahan tersebut ialah pendekatan
pendidikan dasar beragama. Saya
menemukan kunci utama yang tertera dalam wacana tersebut yakni Pentingnya
pendidikan dasar, Konflik sosial antar pemeluk Agama, Konflik antar etnis,
Pentingnya menciptakan warga negara yang beradab, dan Pentingnya peran seorang
guru. Dari kata kunci tersebut kita akan mengetahui faktor apa saja
yang memicu terjadinya konflik ataupun ketidakseimbangan kualitas manusia tanpa
adanya pendidikan agama, moral, dan etika.
Merangkum
isi wacana “Classroom Discourse to Foster Religious Harmony” karya Prof.
Alwasilah, bahwa jika ingin melihat kualitas suatu bangsa cukup dengan melihat
praktek sistem pendidikannya. Memiliki
tujuan pendidikan dasar untuk memberikan siswa dengan keterampilan dasar untuk
mengembangkan kehidupan mereka sebagai individu, anggota masyarakat dan warga
negara. kurangnya rasa hormat dan
kepekaan terhadap orang lain dari kelompok yang berbeda sehingga timbul
radikalisme di indonesia, ini adalah indikasi dari penyakit sosial. Konflik sosial dan ketidakharmonisan agama
khususnya merupakan tantangan bagi pendidik dalam melakukan yang terbaik untuk
mempersiapkan generasi berikutnya sebagai warga negara yang demokratis dengan
karakter yang baik sebagaimana diatur dalam UU Sisdiknas. Untuk mewujudkan tujuan ini, kerukunan umat
beragama harus dikembangkan di sekolah pada awal usia mungkin. Dalam konteks sekolah , itu adalah hubungan
ini di mana rekan-rekan menghormati , membantu , berbagi , dan umumnya sopan
terhadap satu sama lain . Konsep interaksi dengan rekan sebaya adalah komponen
penting dalam teori pembangunan sosial ( Rubin , 2009).
a. Pada
pendidikan formal, siswa memasuki dunia di mana kemampuan untuk menjaga
hubungan baik sangat penting untuk keberhasilan individu. Sebaliknya,
ketidakmampuan untuk menjaga hubungan baik dapat merugikan individu dan dapat
menyebabkan tingkat tertentu konflik sosial dalam suatu masyarakat tertentu . Bentuk-bentuk radikalisme telah mengganggu
kohesi sosial dan dapat menghasilkan saling tidak percaya di antara
kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat.
Kasus bunuh diri, pemboman gereja di Surakarta , mungkin ( mudah-mudahan
tidak ) menyebabkan dendam dan serangan serupa terhadap masjid. Ini bisa meningkat menjadi ketidakharmonisan
agama besar.
b. Sebuah
laporan penelitian oleh Apriliaswati ( 2011) menyimpulkan bahwa Interaksi rekan
dalam studi sosial , kelas Indonesia dan Pancasila tidak perilaku mengganggu
jika guru mengelola secara efektif.
Disarankan agar interaksi sebaya
harus dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan rutin kelas. Siswa harus diberi kesempatan untuk
berinteraksi dengan satu sama lain melalui tugas-tugas kelompok untuk berlatih
mendengarkan penuh perhatian , berdebat hormat dan suara mengorbankan untuk
mempersiapkan mereka untuk hidup sebagai anggota fungsional dari masyarakat
yang demokratis. Studi Aprilliaswati
mengajarkan kepada kita bahwa pendidikan harus mengembangkan tidak hanya
penalaran ilmiah, tetapi juga wacana sipil positif. Penalaran ilmiah sangat diperlukan dalam
mengembangkan warga intelektual, sedangkan kompetensi wacana sipil sangat
penting untuk menciptakan warga negara yang beradab.
c. Ketika
politisi dan birokrat gagal untuk mendidik masyarakat , sekolah harus
dikembalikan dan diberdayakan untuk berfungsi secara maksimal. Guru SD harus memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mendorong pengalaman bermakna yaitu interaksi dengan siswa lain dari
agama yang berbeda, etnis dan dari kelompok-kelompok sosial yang berbeda.
Teks
tersebut bertujuan untuk memberikan informasi mengenai isu yang kerap terjadi
di negara kita ini, dan mengajak para pembaca untuk lebih peka terhadap kasus
yang ada. Apalagi ini adalah kasus yang
melibatkan antar kelompok beragama.
Seharusnya perbedaan tersebut bukan menjadi suatu permasalahan,
melainkan jadi tiang untuk memperkokoh tali persaudaraan antar warga negara
yang menjunjung tinggi nilai pancasila.
Dari
permasalahan yang ada, maka akan saya kembangkan lima isue penting yang
terdapat dalam wacana tersebut, yakni Pentingnya
pendidikan dasar, Konflik sosial antar pemeluk Agama, Konflik antar etnis,
Pentingnya menciptakan warga negara yang beradab, dan pentingnya seorang guru.
1.
Pentingnya
Pendidikan Dasar
Pendidikan
dasar adalah sarana penunjang utama untuk membangun kualitas manusia dalam
Beragama, Bersosialisasi, Berkewarganegaraan, maupun Politik.
Penjelasan diatas termasuk dasar
pendidikan yang dapat dilihat dari berbagai segi dibawah ini:
- Religius : Merupakan elemen atau dasar pendidikan yang paling pokok, disini ditanamkan nilai nilai agama islam (iman, akidah dan akhlak) sebagai suatu pondasi yang kokoh dalam pendidikan
- Ideologis : Yaitu mengacu kepada ideologi bangsa kita yakni pancasila dan berdasarkan kepada UUD 1945. Intinya adalah untuk mencerdaskan kehidupa bangsa.
- Ekonomis : Pendidikan bisa dijadikan sebagai suatu langkah untuk mendapatkan kehidupan yang layak dan keluar dari segala bentuk kebodohan dan kemiskinan.
- Politis: Lebih mengacu kepada suasana politik yang berlansung.
- Teknologis : Dunia telah mengalami eksplosit ilmu pengetahuan dan teknologi. Bisa dikatakan teknologi sangat memiliki peran dalam kemajuan dunia pendidikan.
- Psikologis dan Pedagogis: Tugas pendidikan sekolah yang utama adalah mengajarkan bagaimana cara belajar, mendidik kejiwaan, menanamkan motivasi yang kuat dalam diri anak untuk belajar terus-menerus sepanjang hidupnya dan memberikan keterampilan kepada peserta didik, mengembangkan daya adaptasi yang besar dalam diri peserta didik.
- Sosial budaya: Mengacu kepada hubungan antara individu dengan individu lainnya dalam suatu lingkungan atau masyarakat. Begitu juga hal nya dengan budaya, budaya masyarakat sangat berperan dalam proses pendidikan, karena budaya identik dengan adat dan kebiasaan. Apabila sosial budaya seseorang itu berjalan baik maka pendidikan akan mudah dicapai.
Pendidikan dasar
memang wajib ditanamkan pada anak-anak usia dini. Berawal dari pendidikan yang
di ajarkan oleh orang tua, yakni bagaimana cara berbicara, berperilaku, dan
beribadah dengan baik. Walau
bagaimanapun faktor paling utama adalah keluarga, lalu menuju ranah pendidikan
tahap satu diluar lingkungan keluarga yakni Sekolah Dasar. Disanalah mereka memulai berinteraksi dengan
berbagai perbedaan yang ada. Bahasa
daerah yang berbeda, sifat yang berbeda, bahkan karakter yang berbeda. Keadaan tersebut mengakibatkan terjadinya
konflik yang berujung pada permusuhan diantara teman. Contohnya perbedaan keinginan untuk bermain
ketika jam istirahat, maupun adanya jarak pertemanan (biasa disebut dengan
genk). Kelompok A biasa bermain dengan
kelompok A, begitupun dengan kelompok B.
Lanjut
pada ranah pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP), banyak sekali kasus yang
melibatkan siswa Sekolah Menengah Pertama.
Seperti tersebarnya video asusila siswa di salah satu SMP Negeri di
Jakarta. Ini contoh bergesernya moral
bangsa serta agama para siswa. Kasus
tersebut dikembalikan lagi pada orang tua dan guru untuk merubah. Selain itu etika dan sopan santun para siswa
di sekolah juga kurang mencerminkan seorang pelajar seperti berkelahi dengan
sesama teman, bahkan melawan guru apabila diberi peringatan.
Apabila
lihat pada ranah pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) akan sangat terlihat
sekali bahwa mereka tidak pernah lepas dari konflik. Baik itu antar teman sekolah, bahkan kelompok
lain yang berada diluar lingkungan sekolah.
Seperti permasalahan yang terjadi antara siswa sekolah A dengan salah
satu siswa sekolah B, maka akan memicu terjadinya konflik antar kelompok, lalu
ada juga konflik luar antar umat beragama.
Walaupun permasalahan individu, tetapi menimbulkan permasalahan kelompok
karena adanya rasa solidaritas sesama kawan walaupun penyelesaiannya bukan
dengan cara dingin. Disinilah peran
serta tenaga pendidik harus lebih ekstra untuk membentuk kembali pribadi anak
bangsa.
“Tujuan
pendidikan tersebut terdapat dalam UU No 2 Tahun 1985 yaitu mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia yang seutuhnya yaitu yang beriman
dan dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan kerampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan berbangsa”.
Nilai-nilai
tersebut adalah penunjang untuk menjadikan para manusia yang baik. Bukan hanya untuk diri sendiri melainkan
untuk bangsa serta agamanya. Karena ini
hidup bermasyarakakat, apabila mampu
menyetarakan dengan rujukan tersebut, kita sudah berhasil meminimalisir keadaan
negara kita ini yang erat dengan konflik antar umat beragama, etnis, maupun
keompok lainnya.
“Dasar
pendidikan memang pondasi atau landasan yang kokoh bagi setiap masyarakat untuk
dapat melakukan perubahan sikap dan tata laku dengan cara berlatih dan belajar
dan tidak terbatas pada lingkungan sekolah, sehingga meskipun sudah selesai
sekolah akan tetap belajar apa-apa yang tidak ditemui di sekolah. Hal ini lebih
penting dikedepankan supaya tidak menjadi masyarakat berpendidikan yang tidak
punya dasar pendidikan sehingga tidak mencapai kesempurnaan hidup. Apabila
kesempurnaan hidup tidak tercapai berarti pendidikan belum membuahkan hasil
yang menggembirakan”.
2.
Konflik
Sosial Antar Pemeluk Agama
Di
negara kita ini banyak sekali keanekaragaman.
Selain keanekaragaman hayati, ada juga keanekaragaman budaya, suku bangsa, bahasa,
serta agama. Berbicara mengenai agama,
di Indonesia memiliki empat agama berbeda yang diakui. Antara lain Islam, kristen, hindu, dan
budha. Dari berbagai jenis perbedaan
yang ada, maka indonesia ini menjunjung tinggi semboyan Bhineka Tunggal Ika
yang mempunyai makna meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa
Indonesia tetap satu kesatuan.
Melihat
dari banyaknya konflik sosial di indonesia yang melibatkan antar umat beragama,
sangat prihatin sekali. Contohnya Kasus
Perusakan Tempat Ibadah dan Fasilitas Publik, Kasus perusakan tempat ibadah
merupakan kasus klasik yang terjadi antara umat Islam dan Kristen. Padahal seharusnya umat beragama bisa rukun
tanpa ada permusuhan, karena dalam Undang-undang dasar 45 juga tertera “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama
dan kepercayaannya itu.”
3. Konflik Antar Etnis
Konflik
antar etnis sering dijumpai di negara kita ini karena banyak nya perbedaan
suku, semakin rentan pula konflik yang terjadi.
Namun mirisnya justru konflik antar etnis pelajar dan mahasiswalah yang
paling sering terjadi di indonesia. Ini akan berpengaruh terhadap pengendalian
sosial pada tiap kelompoknya. Dapat
dilakukan oleh suatu kelompok terhadap kelompok lainnya atau oleh suatu
kelompok terhadap individu. Namun
permasalahan tersebut bisa dikendalikan.
Banyak sekali bentuk-bentuk
pengendalian sosial yang dilakukan oleh masyarakat, yakni:
Gosip
Gosip sering juga diistilahkan
dengan desas-desus. Gosip merupakan memperbincangkan perilaku negatif yang
dilakukan oleh seseorang tanpa didukung oleh fakta yang jelas. Gosip tidak
dapat diketahui secara terbuka, terlebih-lebih oleh orang yang merupakan objek
gosip. Namun demikian gosip dapat menyebar dari mulut ke mulut sehingga hampir
seluruh anggota masyarakat tahu dan terlibat dalam gosip. Ini akan menimbulkan
konflik antar individu maupun kelompok.
Namun biasanya ada pihak lain yang menengahi sehingga konflik tersebut
dapat terkontrol.
Teguran
Teguran biasanya dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang terhadap seseorang atau sekelompok orang yang
dianggap melanggar etika dan/atau mengganggu kenyamanan warga masyarakat.
Teguran merupakan kritik sosial yang dilakukan secara langsung dan terbuka
sehingga yang bersangkutan segera menyadari kekeliruan yang telah diperbuat. Di
dalam tradisi masyarakat kita teguran merupakan suatu hal yang tidak aneh lagi.
Misalnya teguran terhadap sekelompok pemuda yang begadang sampai larut malam
sambil membuat kegaduhan yang mengganggu ketentraman warga yang sedang tidur,
teguran yang dilakukan oleh guru kepada pelajar yang sering meninggalkan
pelajaran, dan lain sebagainya.
Sanksi/Hukuman
Pada dasarnya sanksi atau hukuman
merupakan imbalan yang bersifat negatif yang diberikan kepada seseorang atau
sekelompok orang yang dianggap telah melakukan perilaku menyimpang. Misalnya
pemecatan yang dilakukan terhadap polisi yang terbukti telah mengkonsumsi dan
mengedarkan narkoba, dan lain sebagainya. Adapun manfaat dari sanksi atau
hukuman antara lain adalah: (a) untuk menyadarkan seseorang atau sekelompok
orang terhadap penyimpangan yang telah dilakukan sehingga tidak akan
mengulanginya lagi, dan (b) sebagai peringatan kepada warga masyarakat lain agar
tidak melakukan penyimpangan.
Pendidikan
Pendidikan merupakan usaha sadar
yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi
seseorang atau sekelompok orang agar mencapai taraf kedewasaan. Melalui
pendidikanlah seseorang mengetahui, memahami, dan sekaligus mempraktekkan
sistem nilai dan sistem norma yang berlaku di tengah-tengah masyarakat.
Agama
Agama mengajarkan kepada seluruh
umat manusia untuk menjaga hubungan baik antara manusia dengan sesama manusia,
antara manusia dengan makhluk lain, dan antara manusia dengan Tuhan Yang Maha
Esa. Hubungan yang baik dapat dibina dengan cara menjalankan segala perintah
Tuhan dan sekaligus menjauhi segala larangan-Nya. Melalui agama ditanamkan
keyakinan bahwa melaksanakan perintah Tuhan merupakan perbuatan baik yang akan
mendatangkan pahala. Sebaliknya, melanggar larangan Tuhan merupakan perbuatan
dosa yang akan mendatangkan siksa. Dengan keyakinan seperti ini, maka agama
memegang peranan yang sangat penting dalam mengontrol perilaku kehidupan manusia.
4.
Menciptakan
Warga Negara yang Beradab dengan Pembentukkan Karakter
Pada zaman sekarang
anak-anak banyak yang diikutkan les oleh orang tuanya di luar jam sekolah,
seperti les matematika, les bahasa inggris dan sebagainya. Sebagai seorang
anak, tentu tidak akan menolak permintaan orang tuanya itu karena biasanya
orang tua akan beralasan agar anaknya dapat menjadi juara dan yang terbaik di
sekolahnya.
pendidikan karakter bagi
seseorang sangat penting karena merupakan dasar untuk menghasilkan warga negara
Indonesia yang berkualitas bagi bangsanya dengan tidak meninggalkan nilai-nilai
luhur bangsa yang sudah dilestarikan sejak dahulu sehingga akan menciptakan
kehidupan berbangsa dan bernegara yang beradab.
Pendidikan karakter dapat
ditanamkan semenjak usia dini melalui lingkungan keluarga. Peran serta orang
tua sangat dominan untuk menanamkan karakter kepada anakanya. Selain itu, di
sekolah juga sudah ada mata pelajaran yang berkaitan dengan pengetahuan
karakter, seperti Pendidikan Kewarganegaraan dan Pendidikan Agama. Peran
serta masyarakat di sekitar tempat tinggalnya juga penting untuk menanamkan
pendidikan karakter.
“Dengan
pendidikan karakter ini akan menciptakan warga negara yang beradab, karena
sudah tercatat dalam pendidikan karakter menurut Diknas yakni akan menanamkan
sikap Religius,jujur, toleransi, disiplin, kerjakeras, kreatif, mandiri,
demokratis, rasa ingin tau, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai
prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli
sosial, dan tanggung jawab”.
Bukti
paparan diatas menunjukkan bahwa pendidikan religius, toleransi, bersahabat,
peduli sosial, dan tanggung jawab berkaitan dengan permasalahan yang ada dalam
wacana karya Prof. Alwasilah.
5.
Pentingnya
Peran Seorang Guru
Guru
adalah sebuah profesi yang dapat merubah kualitas manusia menjadi manusia yang
cerdas. Sebenarnya tidak cukup hanya itu, menurut saya peran guru yang paling
utama adalah sebagai pendidik, pengajar, dan pembimbing. Guru sebagai pendidik yakni mereka akan menjadi
panutan para siswanya ketika dalam lingkungan sekolah. Contoh kecilnya dalam berpakaian dan
bereperilaku. Guru sebagai pengajar yakni memberikan pembelajaran pada peserta
didik untuk menjadikan siswa yang terampil, aktif,kreatif dan inofatif. Guru sebagai pembimbing yakni membimbing
siswanya tidak hanya dengan pembekalan materi saja, tapi dengan pembekalan
moral, spiritual, maupun emosional. Dari
ketiga peran tersebut, yang paling dominan dan berperan untuk menetralisir
kasus seperti yang tertera dalam wacana karya Prof. Alwasilah ialah guru sebagai
pembimbing. Mengapa ? Karena kehidupan bermasyarakat itu sangat rentan dengan
perbedaan. Peran pembimbing ini sangat
penting sekali. Oleh karena itu, guru
juga harus mampu mengajarkan siswanya bagaimana bertoleransi antar umat
beragama, berkomunikasi, dan berperilaku baik dengan kawan sebayanya.
“Menurut
Sardiman (1992), peran guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai
Informator, Organisator, Motivator, Pengarah/Direktor, Inisiator, Transmiter,
Fasilitator, Mediator, dan Evaluator. Sedangkan Pullias dan Young, Manan, Yelon
dan Weinstein seperti yang dikutip oleh E. Mulyasa (2007), mengatakan bahwa peran guru dalam proses
pembelajaran adalah sebagai Pendidik,
Pengajar, Pembimbing, Pelatih, Penasehat, Pembaharu (Inovator), Model dan
Teladan, Pribadi, Peneliti, Pendorong Kretivitas, Pembangkit Pandangan, Pekerja
Rutin, Pemindah Kemah, Pembawa Cerita, Aktor, Emansipator, Emansipator,
Pengawet, dan sebagai Kulminaor.”
Kesimpulannya, dari wacana
yang di tulis oleh Prof. alwasilah tersebut saya menarik lima poin penting
antara lain pentingnya pendidikan dasar, Konflik sosial antar
pemeluk Agama, Konflik antar etnis, Pentingnya menciptakan warga negara yang
beradab, dan Berbagai masalah sosial lain yang menimbulkan konflik.
Ø Pendidikan
dasar adalah sarana penunjang utama untuk membangun kualitas manusia dalam
Beragama, Bersosialisasi, Berkewarganegaraan, maupun Politik. Pendidikan dasar memang wajib ditanamkan pada
anak-anak usia dini. Berawal dari pendidikan yang di ajarkan oleh orang tua,
yakni bagaimana cara berbicara, berperilaku, dan beribadah dengan baik. Walau bagaimanapun faktor paling utama adalah
keluarga, lalu menuju ranah pendidikan tahap satu diluar lingkungan keluarga
yakni Sekolah Dasar. Disanalah mereka
memulai berinteraksi dengan berbagai perbedaan yang ada. Bahasa daerah yang berbeda, sifat yang
berbeda, bahkan karakter yang berbeda.
Ø Konflik
sosial antar pemeluk Agama di negara kita ini banyak sekali
keanekaragaman. Selain keanekaragaman
hayati, ada juga keanekaragaman budaya,
suku bangsa, bahasa, serta agama.
Berbicara mengenai agama, di Indonesia memiliki empat agama berbeda yang
diakui. Antara lain Islam, kristen,
hindu, dan budha. Dari berbagai jenis
perbedaan yang ada, maka indonesia ini menjunjung tinggi semboyan Bhineka
Tunggal Ika yang mempunyai makna meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya
bangsa Indonesia tetap satu kesatuan.
Ø Konflik
antar etnis sering dijumpai di negara kita ini karena banyak nya perbedaan
suku, semakin rentan pula konflik yang terjadi.
Namun mirisnya justru konflik antar etnis pelajar dan mahasiswalah yang
paling sering terjadi di indonesia. Ini
akan berpengaruh terhadap pengendalian sosial pada tiap kelompoknya. Dapat dilakukan oleh suatu kelompok terhadap
kelompok lainnya atau oleh suatu kelompok terhadap individu.
Ø pendidikan karakter bagi seseorang sangat penting
karena merupakan dasar untuk menghasilkan warga negara Indonesia yang
berkualitas bagi bangsanya dengan tidak meninggalkan nilai-nilai luhur bangsa
yang sudah dilestarikan sejak dahulu sehingga akan menciptakan kehidupan
berbangsa dan bernegara yang beradab.
Ø Guru
sebagai pembimbing yakni membimbing siswanya tidak hanya dengan pembekalan
materi saja, tapi dengan pembekalan moral, spiritual, maupun emosional. Dari ketiga peran tersebut, yang paling
dominan dan berperan untuk menetralisir kasus seperti yang tertera dalam wacana
karya Prof. Alwasilah ialah guru sebagai pembimbing. Mengapa ?
Karena kehidupan bermasyarakat itu sangat rentan dengan perbedaan. Peran pembimbing ini sangat penting
sekali. Oleh karena itu, guru juga harus
mampu mengajarkan siswanya bagaimana bertoleransi antar umat beragama, berkomunikasi,
dan berperilaku baik dengan kawan sebayanya.
Sementara
untuk isi dari wacana Prof. Alwasilah tidak terlalu membuat pembaca bingung,
karena topik dan isue nya disuguhkan dengan jelas. Sehingga pembaca mampu mengetahui garis besar
dari permasalahan yang dibahas. Hanya
saja mungkin kurang begitu banyak memberikan contoh, apalagi isue nya adalah
kurangnya pendidikan dasar dan toleransi masyarakat dalam beragama. Kemudian organisasi kebahasaannya juga cukup
bisa difahami.
Referensi :
(2).
UU
No 2 Tahun 1985
(3). H. Fuad Ihsan, Dasar – Dasar Kependidikan.Bandung:
Rineka Cipta,2003. h 27
(4). UUD 1945 Pasal 29
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
a space for comment and critic